WASPADA! Pakar Bencana Sebut Gempa Megathrust dan Tsunami Bisa mencapai 20 Meter Terjadi Dalam Waktu Dekat,

/ 27 September 2020 / 9/27/2020 08:55:00 PM

 

 



Potensi Tsunami 20 M di Pantai Selatan Adalah Skenario Terburuk, Semua Wajib Waspada. /Data BNPB


Red, Policewatch,-
Publik dihebohkan dengan riset Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait gempa dan tsunami beberapa waktu belakangan ini.

Tsunami dengan skala tak terduga menurut pemodelan skenario kebencanaan, bisa terjadi jika segmen-segmen megathrust di sepanjang Jawa terjadi secara bersamaan.

Tsunami setinggi 20 meter menurut riset berbasis data BMKG dan GPS tersebut, dapat menerjang Pulau Jawa, tepatnya pantai selatan Jawa barat.

Sementara itu, wilayah selatan Jawa Timur dapat dilanda tsunami setinggi 12 meter. Jika terjadi bersamaan di sepanjang pantai selatan Jawa tinggi gelombang air laut maksimum rata-rata 4,5 meter.

Riset tersebut dikonfirmasi oleh pakar tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko.

"Iya teman-teman dari BMKG dan ITB sudah meriset hal ini bahwa potensi ancaman gempa megathrust dan tsunami akan ada. Ini berada di zona subduksi selatan Jawa," kata Widjo Kongko pada Sabtu 26 September 2020.

BACA JUGA : Tsunami 20 Meter Bisa Terjadi di Jabar dan Jatim "ITB Prediksikan itu" BMKG Singgung Gambaran Terburuk

Widjo Kongko yang mengacu pada katalog Wichman, menjelaskan mungkin potensi gempa besar dan tsunami terjadi tidak akan lama lagi.

Hal tersebut berdasarkan siklus 400-500 tahun gempa besar yang terjadi di zona subduksi selatan Jawa.

Ia menambahkan bahwa adanya gempa megathrust yang berpotensi menimbulkan tsunami setinggi 20 meter juga bisa terjadi kapan saja.

Walaupun seperti itu, terjadinya tsunami baik itu di Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera tinggi gelombangnya bisa bervariasi.

Oleh sebab itu, Widjo Kongko mengingatkan semua pihak untuk waspada, karena gempa yang berpotensi menghadirkan tsunami ini belum memiliki alat sebagai pendeteksi.

Widjo Kongko mengingatkan untuk itu kepada masyarakat yang tinggal di daerah pesisir agar lebih waspada lagi.

"Perlu diingat, gempa bumi dan tsunami ini merupakan siklus, jadi mereka yang tinggal di pesisir harus siap dan berhati-hati," ujar Widjo.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menanggapi riset tersebut bahwa salah satu Peneliti BMKG Dr. Pepen Supendi terlibat langsung dalam penelitian tersebut terutama dalam pengolahan data dan analisis seismisitasnya.

Kesiapan Indonesia menghadapi potensi tersebut pada 2008 lalu, BMKG telah mengoperasikan Sistem Monitoring dan Peringatan Dini Tsunami untuk mengantisipasi dampak gempa bumi Megathrust seperti yang pernah terjadi di Aceh.

Jika waktu tiba ketika gelombang tsunami ke pantai terdekat membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit.

"Sistem yg dibangun tersebut dioperasikan dengan menggunakan Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligent (AI) untuk menghitung secara cepat parameter gempa bumi, magnitudo dan lokasi hiposenter gempa bumi, yang kemudian secara otomatis dg pemodelan matematis dapat dihitung (diestimasi) potensi kejadian tsunaminya," ucap Dwikorita pada Jumat 25 September 2020.

Sehingga, dapat disebarluaskan secara otomatis Info kejadian gempa bumi dan peringatan dini tsunami melalui BNPB, BPBD, Televisi, dan berbagai mode diseminasi informasi lainnya SMS, telepon atau fax, media sosial, aplikasi info BMKG.

Hal tersebut hanya membutuhkan waktu 3-5 menit setelah gempa terjadi di wilayah Selatan Jawa.

"Artinya, masih tersisa waktu sekitar 15-17 menit sebelum perkiraan datangnya gelombang tsunami untuk evakuasi," ucap dia.

Meski demikian, dia menegaskan adanya Riset dan Sistem Peringatan Dini tersebut belum cukup untuk benar-benar melindungi masyarakat dari ancaman bahaya tsunami. Harus tetap ada kesiapan masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam merespons Peringatan Dini tersebut secara cepat dan tepat, bahkan dalam menyiapkan sarana prasarana evakuasi.

"Selain itu, masyarakat harus terus diedukasi supaya semakin aware terhadap bahaya gempa dan tsunami yang ada di wilayahnya," kata Dwikorita.

Dwikorita pun memaparkan riset yang dilakukan merupakan multidisiplin data, ilmu, dan lintas instansi untuk mengkaji potensi gempa bumi terjadi di zona seismic gap pada sumber gempa Megathrust Selatan Jawa.

Tidak hanya itu, riset juga memodelkan dampak gempa bumi Megathrust tersebut berupa ketinggian gelombang tsunami di pantai selatan Jawa.

"Jadi pada area seismic gap di zona sumber gempa Megathrust ini dijadikan sebagai input dalam pemodelan tsunami dengan menggunakan beberapa skenario; skenario 1 jika hanya segmen Megathtust selatan Jawa Barat saja yang pecah," ucapnya.

Skenario 2 dilakukan jika hanya segmen Megatrust selatan Jawa Timur saja yang pecah, kemudian skenario terburuknya adalah jika kedua segmen ini pecah bersamaan bisa menghasilkan magnitudo Mw 9,1.

Pemodelan tersebut menunjukkan gempa dapat menyebabkan tsunami dengan ketinggian maksimum 20 meter di selatan Jawa bagian Barat (lebih tepatnya di selatan Banten) dan 12 meter di selatan Jawa Timur, dengan ketinggian tsunami rata-rata 4,5 meter.

"Dari hasil riset tersebut waktu datangnya gelombang tsunami sekitar 20 menit," katanya.

Pewarta : M Rodhi Irfanto

 

 

Komentar Anda

Berita Terkini