Revolusi Mental Terjadi di Desa Taba Sating.

/ 29 November 2020 / 11/29/2020 06:39:00 PM

 



KEPAHIANG, Policewatch, -Desa adalah ujung tombak pemerintahan di suatu negara, jika tidak ada pedesaan dapat dikatakan tidak akan ada negara yang sempurna, demikian yang disampaikan oleh Riskon Trunajaya, SPdi kepala desa Sating kecamatan Tebat Karai Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu, beberapa waktu lalu saat dikunjungi Media Police Watch di kediamannya (Jum'at, 27/11/2020, red)

Pria kelahiran, 1979 ini, Alumnus STAIN Curup tahun 2005, dengan berbekal SPdi inilah Rizkon  sangat antusias untuk membangun desa Taba Sating dengan cara bersinergi kepada para perangkat serta masyarakat yang ada yaaang menggunakan  pola kekeluargaan serta mengutamakan Azas Musyawarah dan Mufakat inilah kepemimpinan yang melambangkan Ulama Wal Umaroh seorang pemimpin menirukan gaya kepemimpinan Rasulullah.

Selanjutnya Rizkon panggilan akrabnya  mengatakan kalau di desa Taba Sating ini selalu berupaya untuk membangun mental atau Revolusi Mental guna untuk mengantisipasi ancaman terhadap masyarakat yang sangat besar yang bernama NARKOBA dan MEDSOS, dimana sekarang ini yang narkoba dan medsos sudah melanda ke seluruh penjuru dunia tanpa terkecuali pada akhirnya merusak mental dan akhlak generasi muda, oleh karena itu dalam setiap kesempatan saya selalu menghimbau kepada seluruh masyarakat Taba Sating untuk menjauhi dan memerangin narkoba, 


Kemudian untuk mengawasi para anak anak dan generasi muda yang menggunakan medsos, cari dan pilih  aplikasi medsos yang baik dan pantas untuk kita pelajari dan ikuti. Jangan sampai menggunakan aplikasi yang merusak jiwa dan akhlak anak anak generasi muda kita.

Sejak saya menjabat sebagai kepala desa saya selalu berkordinasi dengan para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda agar bisa membangun desa Taba Sating ini, tiga tahun kebelakang masjid selalu sepi, setiap masyarakat yang mendapat musibah selalu sepi dan untuk menghantam Al-Qur'an tidak ada orangnya bahkan untuk menghantam Al-Qur'an itu sampai satu bulan baru bisa hatam,  

Alhamdulillah dua tahun belakangan tepatnya 2019 akhir masyarakat sudah mulai merasakan perubahan yang terjadi, semenjak adanya pengajian atau majlis ta'lim baik kerumah rumah atau ditempat utama di masjid, sekarang ini setiap ada musibah atau warga yang meninggal dunia, ahli musibah sangat merasa terhibur, kenapa tidak biasanya untuk menghantam Al-Qura'n ditempat masyarakat yang mendapat musibah yang takziah selalu sepi, namun dengan dobrakan revolusi mental yang saya lakukan ini yang takziah sangat banyak, untuk menghatam Al-Qur'an hanya sampai tujuh hari atau satu Minggu artinya masyarakat Taba Sating sudah mencintai Al-Qur'an dan menyadari kalau kehidupan bermasyarakat satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, ujar Rizkon.

Lebih lanjut Rizkon mengatakan, selain program revolusi mental kami juga melakukan pembangunan pisik seperti pelapis jalan juga jalan menuju perkebunan dan persawahan masyarakat, juga untuk kegiatan sosial yang terdampak dari COVID 19 ini dengan penyaluran BLT, karena itu memang hak masyarakat Taba Sating sementara saya beserta perangkat hanya berkewajiban untuk menyampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan mengutamakan kebijakan, karena kami sebagai pengemban amanah dari Allah melalui masyarakat Taba Sating, tutup Rizkon.(Habib)
Komentar Anda

Berita Terkini