Sejarah Petamburan di Mana Habib Rizieq Tinggal, Dari Zaman VOC Kini Jadi Museum Tekstil

/ 1 Januari 2021 / 1/01/2021 11:35:00 PM

 

Petamburan

Red,POLICEWATCH,  - Nama Petamburan begitu mem-booming setelah Habib Rizieq Shihab tinggal di wilayah tersebut. Ternyata Petamburan membawa makna dan sejarah penting peradaban Jakarta.

Ingin tahu sejarah Petamburan dari masa ke masa? Berikut data-data dan informasi yang berhasil dihimpun SINDOnews, Jumat (1/1/2021).

Hamparan rumput berhektare-hektare terlihat di sepanjang Palmerah - Slipi di pertengahan tahun 1700-an. Satu rumah tinggi milik petinggi VOC Andreas Hartnick yang dibangun tahun 1790 menjadi saksi bisu hamparan itu.

Vila berlantai dua yang kini menjadi kantor Polsek Palmerah, Polres Metro Jakarta Barat sangatlah cocok. Pemandangan indah terekam dari lantai dua vila yang berada di atas bukit kala itu.

Rumput hijau dengan pohon rindang menjadi pemandangan yang menyejukkan. Saat sore hari di waktu weekend sesekali Andreas dan keluarga berkuda di sekitaran itu.

Menjelang abad 18 seiring meningkatnya ekspor pala, sebagian tanah di sana hingga ke arah Slipi diubah menjadi perkebunan pala, sebagian di antaranya juga menjadi lokasi pertanian.

Butuh pekerja banyak, VOC kemudian mendatangkan para pekerja dari wilayah tengah dan barat Jawa. Mereka kemudian diperbantukan menggarap perkebunan dan pertanian.

“Seiring itu muncullah permukiman di sekitaran Poetamburan (kini Petamburan),” kata sejarawan dan pemerhati Batavia Chandrian Attahiriyat, Jumat (1/1/2020).

Merujuk dari peta lama Jakarta tahun 1876 terpantau kawasan Petamburan merupakan kawasan permukiman,  Sementara Slipi dan Palmerah merupakan lahan perkebunan.

Sembilan tahun kemudian yakni tahun 1885 peta kawasan ini berubah, Lahan-lahan pertanian di sekitaran Slipi berubah menjadi permukiman. Begitupun dengan kawasan Petamburan yang kini berubah menjadi kawasan permukiman.

“Di sana permukiman warga menjadi kian banyak. Tapi, masih ada kaitannya dengan pertanian dan kebon pala,” kata Chandrian.

Seiring berkembangnya kawasan Tanah Abang sejak operasi perdana jalur kereta Jakarta - Angke - Rangkasbitung pada 1 Oktober 1899 oleh Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda, Staatsspoorwegwn Westerlijnen (SS-WL). 

Kawasan Tanah Abang kian berkembang pesat, rumah-rumah penduduk mulai bermunculan di Petamburan yang hanya berjarak kurang dari 1 kilometer dari Tanah Abang. 

Museum Tekstil
Museum Tekstil dibangun sekitar abad ke-19 oleh saudagar Perancis. Bangunan Museum Tekstil kemudian dijual ke konsulat Ottoman Turki, Abdul Aziz Al Musawi Al Katiri. Tahun 1942, bangunan itu kemudian dijual kembali ke penjual barang antik, Karel Cristian Cruq yang dikenal Vermeulen.

Sempat dijadikan markas Pemuda Barisan Pelopor dan BKR tahun 1945. Tahun 1947, bangunan itu kemudian dibeli dan dijadikan tempat tinggal saudagar Cina Lie Siong Phin yang kemudian menyewakan kepada Dinas Perumahan Departemen Sosial dan dijadikan rumah tinggal sekaligus penampungan orang-orang jompo.

Dalam buku ‘Jakarta Sejarah 400 Tahun’ yang ditulis Susan Blackburn. Menjelang abad 19, Museum Tekstil kemudian dibeli oleh Abban bin Abubakar Alatas, keturunan Sayid Abdullah bin Alwi Alatas.

 

Museum Tekstil dibangun sekitar abad ke-19 oleh saudagar Perancis

Pembelian ini menjadi tanda ekspansi dan migrasi orang-orang Arab dari kawasan Pekojaan ke Tanah Abang. Tak lama kemudian sejumlah orang Arab bermukim di sekitar Museum Tekstil, Tanah Abang hingga Petamburan.

Chandrian menuturkan di pertengahan 1900-an atau abad 19 kawasan ini kian padat, sejumlah orang dari pelosok provinsi, khususnya Jawa berdatangan, mereka kemudian mengadu nasib membuat kawasan Petamburan semakin padat.

Kini berdasarkan data sensus penduduk 2019, Kelurahan Petamburan, Tanah Abang, yang memiliki luas 0,90 km persegi itu dihuni lebih dari 32.956 jiwa.

Cikal Bakal Petamburan
Dikutip dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, kawasan Petamburan dahulunya merupakan kawasan kosong. Rumah penduduk di sana masih jarang dan pohon jati masih ada di wilayah tersebut.

Pada suatu waktu, peristiwa yang menjadi cikal bakal nama tempat itu terjadi. Kala itu, seorang penabuh tambur meninggal dan dimakamkan di bawah pohon jati sehingga nama kampung ini sebenarnya adalah Jati Petamburan
Asal mula nama Petamburan yang berasal dari kata tambur

Lilie Suratminto, dosen Sastra Belanda Universitas Indonesia menyebut dua versi asal mula nama Petamburan yang berasal dari kata tambur. Pertama, terkait dengan masa penjajahan Belanda. Kala itu, setiap warga Eropa yang meninggal, maka warga Betawi di wilayah ini akan memainkan alat musik tambur untuk mengiri jenazah.

Dan kedua, berasal dari tempat pembuatan tambur untuk militer karena masa itu para anggota militer juga memerlukan tambur***

Penulis: M Rodhi irfantoSH

Komentar Anda

Berita Terkini