Religi policewatch.news
Edisi 02
Team Redaksi
H.Abd Wahid irvanto |
_Bismillahirrahmanirrohim_
Pembaca,pecinta rubrik Religi policewatc.news, Kebanyakan dari kita sudah terpola untuk berpikir ingin hidup tenang di hari tua, duduk-duduk tanpa beban, hanya bermain dengan cucu, reunian jalan-jalan ke sana ke mari.
Kita ingin hidup di zona nyaman...Atau kita hanya berpikir menghabiskan masa tua hanya dengan shalat dan membaca QurAn dari waktu ke waktu, tanpa kegiatan lain...Itulah mindset kita.
Setidaknya itulah fenomena yang terjadi di sekitar kita, Ketika kita belum memasuki usia pensiun pun, kita kerap sudah merasa bukan saatnya untuk aktif, Kita kehilangan gairah, Bahkan mungkin kehilangan arah,
mau ke mana..?
untuk apa...?
Hanya ingin hidup tenang di zona nyaman. Hanya ingin bersenang-senang, tak ingin bergerak.
Kita bahkan cenderung hanya ingin memikirkan diri sendiri. Makin tak peduli dengan sesama.
Kita merasa sudah saatnya istirahat...
Bukankah begitu??
Seperti itu pula dulu Abah berfikir.
Sebenarnya, adakah Islam mengajarkan pola pikir semacam itu tentang hari tua..?
Alhamdulillah, Alloh memberi jawaban dengan mempertemukan penulis pada seseorang, sambil membaca Al Qur'an Surah Al-Insyirah: 7-8.
"dan apabila engkau sudah selesai mengerjakan satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan yang lain. Dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap."
Bahwa Rasulullah memulai hidup baru di usia 40 tahun. Demikian pula sahabat-sahabat beliau, seperti : Abu Bakar Siddiq yang lebih muda 2 tahun enam bulan dibanding Rasulullah Muhammad SAW.
Di usia itu, Rasulullah dan para sahabat memasuki perjuangan baru, meninggalkan kenyamanan yang selama ini mereka rasakan...
Harta, mereka infaqkan, Martabat manusia mereka perjuangkan, Bukannya bersantai dan stagnan, tapi mereka makin aktif dan dinamis.
Di usia tua Rasulullah, tidak hanya sibuk dengan shalat dan membaca al Quran maupun ibadah Ritual,justru, Pada usia 53 tahun beliau Baginda Rasulullah Muhammad SAW makin aktif membina hubungan dengan sesama manusia.
Membangun masyarakat madani (civil society) di Madinah, Tidak hanya hubungan dengan Allah, tapi juga hubungan dengan manusia.
_(hablum minallah wa hablum minannas)_
Beliau makin bermasyarakat, makin terlibat dalam kehidupan sosial
Artinya, memasuki usia pensiun bukan alasan kita untuk melepaskan diri dari kehidupan sosial dan hanya sibuk dengan diri sendiri.
Hingga akhir hayat, Rasulullah tidak pernah diam dan tidak juga ingin beristirahat.
Beliau juga tidak meninggal dalam keadaan kaya, tidak juga dalam keadaan pensiun karena beliau tetap memimpin umatnya.
Begitu juga sahabat-sahabat Rasulullah yang lain. Mereka pensiunnya setelah wafat.
Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, contohnya.
Bahkan Abu Ayyub al-Anshari berangkat berperang menghadapi Byzantium pada usia 93 tahun.
Manusia sukses versi Islam itu menurut hadits adalah:
“Manusia terbaik di antaramu adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”
Bertambah usia, justru kita harus makin merambah dunia. Berbagi dan menjadi sosok bermanfaat.
Bukan berpikir untuk hidup santai dan sekadar menghabiskan waktu luang dan lain hal yg kurang manfaat.
Lagipula, makin pasif seseorang, makin cepat pikunlah ia, Alhasil, jika memang kita ingin mempersiapkan hari tua, selain menyiapkan uang agar tidak berkekurangan, yang lebih penting adalah menyiapkan apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa bermanfaat bagi sesama di hari tua, sampai saatnya menutup mata..
Tak ada kata terlambat untuk memulai hidup baru.
Tua bukan alasan untuk putus asa dan berhenti. Merasa tua dan berpikir "bukan saatnya lagi untuk hidup aktif dan dinamis adalah bukan pilihan yang tepat"
Tidak ada kata pensiun untuk menjadi manusia sukses di mata Allah SWT.
TIDAK ADA KATA PENSIUN UNTUK INSAN MANUSIA YANG INGIN MENIKMATI SURGANYA ALLAH SWT
Yaa Allah, yaa Kariiim, persatukanlah kami dalam ketaatan padamu Ya Allah agar kami memperoleh ridho Mu dan Husnul Khotimah
AamiƬiin yaa Allah Yaa Robbal 'aalamiiin.