Sayap-Sayap Patah 2: Olivia: Sebuah Refleksi Mendalam tentang Pengabdian dan Pengorbanan di Balik Seragam Polri

/ 27 Mei 2025 / 5/27/2025 05:46:00 AM

 


Policewatch-Mataram

Di tengah hingar-bingar kehidupan modern, film "Sayap-Sayap Patah 2: Olivia" berhasil menyentuh hati ratusan penonton di CGV Transmart Kota Mataram.  Bukan semata-mata karena efek visual yang memukau, melainkan karena pesan mendalam yang disampaikan: pengabdian yang seringkali sunyi dan tak terlihat.  Acara nonton bareng (Nobar) yang diprakarsai oleh keluarga besar Polres Lombok Utara dan Bhayangkari pada Minggu (25/5) lalu, menjadi ajang refleksi yang menyentuh tentang realitas kehidupan keluarga Polri.

Lebih dari sekadar film drama, "Sayap-Sayap Patah 2: Olivia"  mengungkapkan kejujuran tentang cinta yang harus mengalah pada tugas negara.  Ketua Bhayangkari Lombok Utara, Ny. Heny Agus Purwanta, menekankan bahwa film ini merepresentasikan perjuangan sunyi ribuan keluarga Polri di Indonesia.  Ia dengan tegas menyatakan, "Kalau mengharap hidup yang teratur dan seimbang, jangan pilih jalan ini."  Kalimat tersebut menjadi gambaran nyata akan risiko dan ketidakpastian yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anggota Polri.  Ironisnya, bahkan saat Nobar berlangsung, Kapolres Lombok Utara, AKBP Agus Purwanta, S.I.K., beserta beberapa pejabat utama masih bertugas di lapangan, menjalankan pengabdian mereka.

Film garapan Danny Siregar Production ini menceritakan dilema Pandu, anggota Densus 88, yang terjebak antara tugas negara dan keselamatan anaknya.  Dilema yang mungkin dianggap fiktif oleh sebagian orang, namun bagi para Bhayangkari, merupakan bagian keseharian mereka.  Ny. Heny dengan suara lirih mengungkapkan, "Anak-anak kami belum memahami pengabdian. Mereka hanya tahu ayahnya sering tak pulang, dan ketika pulang, membawa beban yang tak bisa mereka pahami."

Para Bhayangkari, bukan sekadar pendamping seremonial.  Mereka adalah penjaga ketahanan emosional, penopang stabilitas psikologis, dan fondasi keutuhan keluarga.  Ny. Heny menjelaskan, "Kami bukan pengganti ayah. Kami adalah pelindung sunyi, penyeimbang luka, dan peredam getir yang tak terlihat publik."

Nobar "Sayap-Sayap Patah 2: Olivia" bukan hanya sekadar hiburan.  Ini adalah langkah nyata Bhayangkari dalam menghadirkan ruang edukasi emosional, tidak hanya bagi keluarga Polri, tetapi juga masyarakat luas.  Tujuannya adalah untuk menyadarkan publik akan pengorbanan di balik pengabdian negara.  Ada pelukan yang tertunda, doa-doa anak yang tak pernah putus, dan kerinduan mendalam akan kehadiran seorang ayah.

Ny. Heny kemudian berbagi kisah pribadinya, mendampingi suami bertugas di enam provinsi, puluhan kabupaten, dan ratusan desa.  Ia membesarkan anak-anak di tengah ketidakpastian dan ketegangan yang tak semua perempuan mampu hadapi.  "Tapi inilah jalan hidup yang Tuhan titipkan. Tidak semua perempuan dipercaya negara untuk menopang barisan belakang pertahanan bangsa," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Kegiatan ini menegaskan peran Bhayangkari sebagai garda psikologis yang memperkuat ketahanan keluarga – pilar tak tergantikan dalam menjaga marwah pengabdian anggota Polri.  Di balik seragam gagah, tersimpan air mata yang ditahan, cinta yang diuji waktu, dan harapan kecil yang terus hidup: "Ayah, pulang hari ini, kan?"  Film ini, dan Nobar yang diinisiasi, menjadi pengingat akan pengorbanan dan pengabdian yang tak ternilai harganya.

 MN

Komentar Anda

Berita Terkini