Dewan Pembina MIO Indonesia Minta Pemerintah Terbitkan SKB Tiga Menteri, Untuk Hadirkan Sektor UMKM Berjaya Di Negeri Sendiri!

/ 16 Mei 2021 / 5/16/2021 12:37:00 PM

POLICEWATCH-JAKARTA.

Anto Suroto, SH, SE, MM  yang dikenal sebagai penggiat serta kerap lakukan pendampingan bagi para pelaku sektor UMKM sekaligus sebagai Dewan Pembina Media Independen Online Indonesia (MIO INDONESIA), mengingatkan kepada seluruh stakeholder terkait, agar di hari kemenangan Idul Fitri 1442 Hijriah kali ini, seyogyanya dapat dijadikan momentum "Kebangkitan Produk UMKM Berjaya di Negeri Sendiri".

Untuk mencapai itu, menurut Ketua Umum Aliansi Perdagangan Industri Kreatif Indonesia (APIKI) tersebut perlu adanya campur tangan pemerintah menerbitkan regulasi yang mengacu keberpihakan pada sektor UMKM.

"Jika perlu pemerintah harus berani menerbitkan SKB tiga Menteri dan juga harus berani mencabut ketentuan PPN  10 % yang saat ini dirasakan sangat memberatkan bagi para pelaku usaha sektor UMKM," terang Anto Suroto yang juga duduk sebagai salah satu Dewan Pakar Ekonomi Kreatif di MIO INDONESIA. 

"Selain harus dibebaskan dari ketentuan PPN 10 persen tersebut, juga harus ada aturan regulasi yang diterbitkan oleh pemerintah yang mewajibkan bagi toko atau pasar modern lainnya wajib menyediakan 25 hingga 30 persen dari total space yang ada, untuk display produk yang dihasilkan oleh UMKM,"  terang Anto Suroto.

"Jika hal itu diabaikan, maka gembar-gembor pemerintah terkait ingin memajukan sektor UMKM sepertinya hanya isapan jempol belaka," tegas Anto yang dikenal suka ceplas-ceplos jika berbicara.

Menyikapi teriakan pemerintah agar Produk UMKM bisa bangkit, baik yang digaungkan sebelum pandemi maupun saat sekarang ini.

Menurut lelaki separuh baya yang sudah malang melintang dan berpengalaman dalam mengurusi "tektek bengek" dunia UMKM yang tidak saja dilakoninya di negeri sendiri.

Namun, berbagai pengalamannya hingga dia terjun langsung untuk belajar ke negara luar kendatipun semua itu dilakukannya secara mandiri, tidak lantas menyurutkan niat lelaki Flamboyan tersebut untuk terus menekuni bidang UMKM yang digandrunginya hingga dia akhirnya harus berkeliling mendatangi berbagai negara diberbagai belahan dunia.

Baik di negara-negara yang yang berada dilingkungan Asia Tenggara maupun yang berada di Benua Asia semua telah dijelajahi dengan baik.

Bahkan, beberapa kota yang ada di Amerika Serikat dan di Eropa pun tidak luput dari kunjungan lelaki Putra Jawa Kelahiran Sumatera tersebut, yang mengaku dari sejak di bangku Sekolah Dasar dulu, bakat bisnisnya sudah terasah dan dalam usianya  yang masih kanak-kanak itu,  Anto sudah jadi pengusaha Ikan Asin kecil-kecilan di Kota Medan.

Sehingga dari berbagai pengalamannya yang segudang itu, tidaklah mengherankan jika saat ini sosok Anto Suroto kerap di undang sebagai pembicara dalam acara-acara seminar maupun acara workshop lainnya, karena memang Anto Suroto dinilai memiliki pengalaman yang sangat baik dalam bidang UMKM.

Kebangkitan produk UMKM menurut lelaki kelahiran Kota Medan Provinsi Sumut itu, secara sederhana indikatornya bisa dilihat dan dihitung dari implementasi 30 persen keberadaan produk-produk UMKM terealisasikan pada rak-rak pajangan barang (Red- Rak Gondola) yang tersedia di pasar-pasar modern ataupun Mall.

"Jika implementasinya belum terpenuhi maka impact yang timbulpun tidak akan terlihat secara signifikan," terangnya.

Padahal slogan yang bersipat himbauan kepada masyarakat, antara lain "Cintailah Produk Indonesia"

Sepertinya kelimat semacam ini sudah cukup lama di dengungkan, namun faktanya hingga saat ini himbauan tersebut belum bisa memberikan impact positif yang dapat dirasakan "Rasa Manisnya" oleh kalangan pelaku UMKM di Republik ini. 

Maka dengan momen bangkitnya Produk IKM, UKM dan UMKM diharapkan nantinya bisa berdampak mendorong terhadap percepatan pertumbuhan perekonomian secara Nasional.

Ditemui ditempat kediamannya, lelaki separuh baya yang masih energik dan tinggal di bilangan Cempaka Putih, Jakarta Pusat tersebut, dia menyambut kedatangan awak media HINEWS dengan hangat penuh keakraban.

Sikapnya yang bersahabat dan selalu memberikan energi positif dalam setiap kelimat bicaranya, sehingga orangpun menjadi betah untuk berlama-lama mengobrol dengannya. 

Sosoknya memang patut diteladani, sehingga tidak berlebihan jika saat ini Anto Suroto didapuk sebagai Dewan Pembina MIO INDONESIA dan Ketua Umum APIKI karena dinilai mampu memberikan contoh Nyata dan Bukan Katanya.

Sentuhannya serta kepiawaiannya dalam cara membranding produk UMKM skala rumahan menjadi produk sexy dan berkelas, sepertinya talenta yang dimiliki oleh lelaki pemilik 60 pintu rumah kost didaerah Cempaka Putih tersebut tidak perlu lagi diragukan.

"Mari kita peduli dan memberikan bukti nyata kepada semua para steak holder terkait, khususnya bagi para pemangku kebijakan saatnya hadirkan keberpihakan kepada sektor UMKM agar produk-produk mereka bisa mengisi sebanyak 25 hingga 30 persen di rak-rak pajangan toko maupun pada display produk gerai-gerai pasar modern lainnya," harapnya penuh optimis.

Terpuruknya ekonomi nasional hingga saat ini dan belum ada tanda-tanda pertumbuhan secara positif dan signifikan. 

Ditegaskan oleh Anto, sebagai tidak terlepas dari adanya sikap "setengah hati" yang masih bercokol dalam pemikiran para pengelola pasar modern yang notabene sebenarnya dijalankan dengan cara "kartel". 

Terkait itu Anto Suroto selaku selaku Dewan Pembina MIO-INDONESIA, mengajak kepada  semua insan pers untuk turut bertanggung jawab dengan cara memuat konten-konten pemberitaan yang mampu memberikan edukasi kepada para stakeholder terkait, khususnya bagi para pemegang kebijakan pada perusahaan pasar modern, dapat bersinergi dengan para pengusaha UMKM.

Hal itu ditegaskan kembali oleh Ketua Umum APIKI yang sudah berpengalaman selama 20 tahun lebih, telah lakukan pendampingan terhadap produk UMKM agar memiliki standar Nasional maupun Internasional.

Hal itu harus menjadi concern semua pihak terkait, demi terpenuhinya program masa depan menuju Indonesia Negara Maju Tahun 2045. 

(Red/MN/Yog)

Komentar Anda

Berita Terkini