Anak Padi Menolak Tambang dan PLTU Batu Bara Mengubur Lumbung Padi Petani

/ 24 September 2021 / 9/24/2021 08:01:00 PM

  



Laporan  : Bambang.MD

       LAHAT,policewatch.news 

Dalam rangka memperingati hari tani nasional yayasan anak padi dan pemuda melakukan aksi dengan datang langsung kelahan pertanian yang ada di desa muara maung, dalam aksinya mereka berdiskusi dan bertanya langsung dengan petani yang sedang menggarap lahannya. Selain itu anak padi juga membagikan tudung dan membentangkan spanduk tentang penyelamatan lahan pertanian dari ancaman tambang dan pltu batu bara. 

Reza, selaku kordinator menjelaskan kepada wartawan bahwa program dan kampanye  anak padi mengatakan “ saat ini kondisi pertanian yang ada di desa Muara Maung sudah sangat memprihatinkan dimana lahan pertanian warga sudah dikeliling oleh pertambangan dan pltu batu bara, sehingga membuat para petani mengeluh karena hasil panen yang tak seperti dulu lagi.”

Dulu hasil pertanian warga cukup memuaskan sehingga dapat mencukupi kebutuhan keluarganya untuk satu musim panen tapi sekarang lahan pertanian warga mengalami perubahan dimana lahan sudah tandus karena terkena limbah dari pertambangan dan pltu batu bara tuturnya.

Abu sisa pembakaran batu bara yang keluar dari cerobong pltu dapat mengakibat tanah tandus  karena abu tersebut banyak mengadung zat logam berbahaya bagi manusia, hewan dan tumbuhan, sedangkan dampak dari eksploitasi batu bara ialah cuaca yang tak menentu sehingga mengakibatkan hasil panen menurun tutupnya.

Amat Supri (70), pemilik lahan pertanian di dekat pltu batu bara “saya sudah bertani di lahan ini sejak tahun 90an dulu hasil panen sangat lah memuaskan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari bahkan lebih, dalam satu kali tanam padi saya mendapatkan hasil panen 700kg beras itu sebelum adanya pltu batu bara namun kini hasil panen hanya sekitar 300kg  sehingga tidak  mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari”.

Selain menanam padi kami disini juga menanam jagung, kacang –kacangan dan sayur hasilnya pun tidak sesuai harapan, dulu sebelum ada pltu batu bara kami nanam kacang hijau itu hasil bisa mencapai 100kg lebih tapi ketika pltu operasi kami cuman dapat 40kg itu pun sudah dipupuk, disemprot hama bekali –kali, “ kalu dide lok itu mangke hasilnya nihil”tambahnya.

Bertani sekarang harus rutin di pupuk biar hasilnya memuaskan dan pupuk itu harus dibeli dengan uang sendiri, pihak perusahaan tidak memberikan kebijakkan untuk petani disekeliling pltu padahal lahan kami ini telah di cemari oleh abu pembakaran batu bara yang keluar dari cerobong  nya itu tutupnya.

Selain dampak dari pltu batu bara warga desa Muara Maung juga di resahkan dengan limbah batu bara akibat aktivitas pertambangan dihulu sungai kungkilan.

Senada dikatakan Hasan Saini, pemilik kebun dibantaran sungai kungkilan,  “sebelum adanya kegiatan pertambangan batu bara di hullu sungai kungkilan  saya sudah menggarap lahan ini dengan menanam karet, kopi serta tanaman lainya, dulu karet dan kopi saya bisa memenuhi kebutuhan keluarga  dan untuk biaya anak saya sekolah, tapi semenjak banjir lumpur pada Desember 2019 lalu, tanaman karet dan kopi saya mati”.

Padahal kebun ini sangat saya harapkan agar bisa mencukupi kebutuhan keluarga kami, saya dan beberapa warga yang terkena dampak lumpur telah mengadu pada beberapa perusahaan yang beraktivitas di hulu sungai kungkilan tapi sampai hari ini perusahaan belum ada Kejelasan nya ucap " Hasan sambil sedikit Kecewa.

Selain diskusi langsung dengan para petani yayasan anak padi juga membentangkan kertas kartun yang bertuliskan beragam  penolakkan tambang dan pltu batu bara, serta mengajak anak muda agar tetap melestarikan lingkungan untuk generasi yang akan datang.

“Pertanian adalah warisan nenek moyang kami, dari bertani kami bisa sekolah bahkan sampai ke jenjang yang lebih tinggi, namun kondisi lahan pertanian saat ini sangat meprihatinkan jika eksploitasi batu bara dan aktivitas pltu terus di jalankan  maka lumbung padi desa kami hanya menjadi sejarah untuk cerita di  massa yang akan datang.”

Komentar Anda

Berita Terkini