Makna "Cukup" dalam Perspektif Kehidupan: Sebuah Refleksi Mendalam dari Dr. I Dewa Nyoman Agung Wijaya

/ 6 Mei 2025 / 5/06/2025 12:12:00 PM

 


 Policewatchnews

Dalam pusaran kehidupan modern yang serba cepat dan kompetitif di Bali, khususnya Denpasar,  pesan bijak dari Dr. I Dewa Nyoman Agung Wijaya tentang makna "cukup" terasa semakin relevan.  Bukan sekadar ungkapan filosofis,  "Dalam kurang kita diuji, dalam lebih kita diuji, sampai akhirnya kita paham makna cukup,"  merupakan ajakan untuk merenungkan esensi kebahagiaan yang melampaui materi.  Kalimat ini, bagaikan mantra, menggemakan realita kehidupan yang penuh paradoks.

Ujian hidup, menurut Dr. Wijaya, hadir dalam dua wujud yang saling bertolak belakang: kekurangan dan kelimpahan.  Kekurangan,  dengan segala keterbatasannya,  menguji kesabaran dan rasa syukur kita.  Kita belajar menghargai setiap nikmat kecil,  menemukan kekuatan di tengah keterbatasan,  dan  menumbuhkan empati terhadap sesama yang mungkin mengalami kesulitan yang lebih besar.  Bayangkan seorang petani di pedesaan Bali yang bersyukur atas hasil panennya yang sederhana,  atau seorang pedagang kaki lima di Denpasar yang tetap tersenyum meskipun penghasilannya pas-pasan.  Mereka telah menemukan makna "cukup" dalam kesederhanaan.

Di sisi lain, kelimpahan juga merupakan ujian tersendiri.  Kelimpahan harta,  kesuksesan,  dan popularitas dapat menjebak kita dalam keserakahan dan kesombongan.  Kita tergoda untuk terus mengejar lebih banyak,  lupa bersyukur,  dan kehilangan rasa empati.  Kelimpahan tanpa rasa syukur dapat menghancurkan kedamaian batin dan menciptakan jurang pemisah antara kita dengan sesama.  Contohnya,  seorang pengusaha sukses di Denpasar yang lupa akan asal-usulnya dan menjadi sombong,  menunjukkan bagaimana kelimpahan dapat menjadi ujian yang berat.

"Makna 'cukup' bukan diukur dari seberapa banyak yang kita punya, melainkan dari ketenangan dan kepuasan hati atas apa yang kita miliki," tegas Dr. Dewa Wijaya.  Pesan ini menjadi tamparan keras bagi gaya hidup konsumtif yang begitu menjangkiti masyarakat modern,  termasuk di Bali.  Kita sering terjebak dalam perlombaan mengumpulkan barang-barang materi,  mengejar status sosial,  dan membanding-bandingkan diri dengan orang lain.  Hal ini justru menjauhkan kita dari kebahagiaan sejati.

Dr. Dewa Wijaya mengajak kita untuk lebih bijak dalam menjalani hidup.  Tantangan dan kesulitan hidup bukanlah penghalang,  melainkan jalan pembelajaran yang berharga.  Dengan memahami makna "cukup",  kita dapat menemukan kedamaian batin dan menjalani hidup dengan lebih  bermakna,  tanpa terjebak dalam  perburuan yang tak berujung untuk hal-hal yang  belum tentu membawa kebahagiaan sejati.  Ia mengajak kita untuk merenungkan,  apakah kita telah menemukan "cukup" dalam hidup kita?  Apakah kita telah bersyukur atas apa yang kita miliki?  Pertanyaan-pertanyaan ini  menjadi  refleksi penting  bagi kita semua.

 Mamen

Komentar Anda

Berita Terkini