Reporter :Fauzyiah
pengacara-kondang-hotman-paris-hutapea-kiri-dan-capres-nomor-urut-01-joko-widodo |
Jakarta , POLICEWATCH.NEWS,- Hotman Paris Hutapea langsung tantang Capres Joko
Widodo selesaikan kasus hukum ini usai debat Capres-Cawapres. Seorang wanita wong
cilik dijadikan tersangka oleh polisi hanya karena dokumen gugatan perdata.
HOTMAN Paris Hutapea langsung menantang Calon Presiden Joko
Widodo alias Jokowi untuk memenuhi janjinya.
Hotman Paris Hutapea menyebut Calon Presiden atau
Capres Joko Widodo berkali-kali meminta masyarakat atau
siapa pun langsung mengadu jika menemui kasus hukum.
Pernyataan Capres Joko
Widodo itu disampaikan beberapa kali dalam debat Capres-Cawapres, kemarin.
Ketika Capres Prabowo Subianto meminta agar pemerintah
bersikap adil dalam kasus kepala desa yang ditahan karena mendukung Prabowo,
Capres Jokowi minta, silakan laporkan saja.
Kali ini, melalui akun instagramnya, pengacara kondang Hotman Paris Hutapea menagih janji Jokowi
tersebut.
Hotman Paris Hutapea melaporkan ada kasus hukum yang menimpa
wanita wong cilik di Bali.
Wanita bernama Jenny itu kini dijadikan tersangka kasus
pemalsuan dokumen atau berbuat bohong hanya berdasarkan surat gugatan perdata
yang diajukan Ibu Jenny ke pengadilan.
"Tadi malam di debat capres-cawapres, Bapak jokowi
mengatakan, adukan kalau ada masalah. Sekarang saya mau mengadukan kasus hukum
nih," ujar Hotman Paris Hutapea, Jumat (18/1/2019) sekitar 1 jam lalu.
Menurut Hotman Paris Hutapea, Ibu Jenny mengajukan gugatan
secara perdata sebuah kasus ke pengadilan di Bali.
ny-jenny-warga-bali-yang-disebut-hotman-paris-hutapea |
Tetapi, kata Hotman Paris Hutapea, oleh penyidik dokumen
pengaduan gugatan itu dinyatakan palsu dan bohong sehingga Ibu Jenny
dijadikan tersangka pelanggaran Pasal 262 dan Pasal 263 KUHP.
"Yang berhak menilai gugatan itu sah atau
tidak,dikabulkan atau tidak, itu hakim. Tapi oleh penyidik Si
Jenny malah dijadikan tersangka," ujar Hotman Paris Hutapea.
Bahkan, kasus itu sudah dilimpahkan oleh penyidik polisi
kepada kejaksaan dan dinyatakan lengkap atau istilahnya sudah P21.
"Padahal surat gugatan yang yang menentukan sah atau
tidak itu hakim. Tolong Pak Jokowi perhatikan nasib rakyat kecil
tersebut," ujar Hotman Paris Hutapea.
Hotman Paris Hutapea sampai tiga kali mengunggah video
terkait pengaduannya kepada Capres Jokowi yang kini masih menjawab sebagai
Presiden RI.
"Sekarang saya mau mengadukan kepada Bapak Jokowi.
Apakah seseorang yang telah mengajukan gugata perdata, isi surat gugatan itu
bisa oleh penyidik disebutkan pemalsuan sehingga dikenakan pasal
262 dan 263 KUHP," kata Hotman.
Hotman Paris menambahkan, "Isi gugatan kan perdata, dia
tidak memalsukan apa pun. Cuma argumentasi di gugata perdata kan bebas. Dan
hakim perdata yang menentukan. Kenapa pula Pak Kajait Bali menjadikan
p21."
CALON Presiden atau Capres Joko
Widodo membuka contekan saat menyampaikan visi dan misi pada
sesi pertama,
Capres Nomor 01 Joko
Widodo alias Jokowi juga melihat contekan ketika menjawab pertanyaan
maupun ketika menanggapi jawaban dari lawan politiknya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Momen tersebut terlihat ketika moderator membuka sesi debat
pertama bertema Hukum dan HAM.
Debat antar pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil
Presiden (Cawapres) Joko
Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berlangsung di Hotel
Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2019) malam.
Jokowi yang mendapatkan kesempatan pertama memberikan
tanggapan terkait jawaban Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno terlihat
terbata-bata.
Matanya beberapa kali melihat ke arah bawah, ke arah catatan
yang dipegangnya sejak awal.
Begitu juga ketika Jokowi-sapaan Joko
Widodo; menjawab pertanyaan seputar Hukum dan HAM yang terdapat dalam
amplop yang dibuka moderator.
Jokowi kembali sesekali melihat catatan yang dipegangnya.
Berbanding terbalik dengan Jokowi, pasangan calon (Paslon)
nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menjawab
pertanyaan dalam amplop maupun menanggapi jawaban Jokowi.
Keduanya menjawab dengan lugas tanpa melihat catatan di
tangan mereka.
Sebelumnya, pada sesi pertama debat, masing masing pasangan
calon (Paslon) diberikan kesempatan menyampaikan visi dna misi selama tiga
menit.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara memberikan
kesempatan pertama kepada Capres nomor urut 1, Joko
Widodo-Ma'ruf Amin menyampaikan visi dan misi selama tiga menit.
Selanjutnya, sesi penyampaian visi dan misi pun dilanjutkan
kepada Prabowo-Sandiaga Uno.
Namun terdapat hal berbeda dalam penyampaian visi dan misi
yang dilakukan kedua Capres.
Jokowi terlihat menyampaikan visi dan misi sembari membawa
teks.
Presiden Republik Indonesia itu membaca kalimat yang
tertulis di dalam catatan yang dibawanya.
Namun, belum selesai membacakan visi dan misi, moderator
menghentikan paparan Jokowi lantaran waktu telah habis.
Berbeda dengan Jokowi
Berbanding terbalik dengan Jokowi, Prabowo terlihat
menyampaikan visi dan misi tentang tema pertama debat, yakni Hukum dan Hak
Asasi Manusia (HAM) tanpa catatan.
Prabowo terlihat menggebu-gebu menyampaikan visi dan misi
yang diusungnya secara tegas.
Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu pun mengepalkan tangan
sebagai bentuk penegasan agar hukum ditegakkan di Indonesia.
Tidak hanya cara menyampaikan visi dan misi tanpa teks,
Prabowo juga memberikan kesempatan kepada pendampingnya, Sandiaga Uno
memaparkan tentang hukum dan HAM sesuai dengan visi dan misi mereka, yakni
peningkatan ekonomi.
Seperti diketahui sebelumnya, debat antar kandidat pasangan
Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) antara Joko
Widodo-Ma'ruf Amin dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Ruangan Birawa
Assembly Hall, Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan pada Kamis
(17/1/2019).
Dalam debat perdana yang digelar resmi oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) itu kedua pasangan calon akan beradu gagasan terkait empat tema
debat yang diangkat, antara lain hukum, Hak Asasi Manusia (HAM), Terorisme dan
Korupsi.
Tidak Punya Potongan Diktator
CALON presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko
Widodo-Ma'ruf Amin menegaskan tidak mempunyai "potongan" diktator
atau otoriter.
Hal itu dikatakan Jokowi saat memberikan "closing
statement" (kata penutup) pada acara debat perdana calon presiden dan
wakil presiden di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019) malam.
"Kami tidak ingin banyak bicara, kami sudah paham
persoalan bangsa ini dan tahu apa yang harus kami lakukan, kami tidak punya
potongan diktator atau otoriter," kata Jokowi.
Selain itu, Jokowi juga menyatakan bahwa dirinya dan Ma'ruf
Amin juga tidak mempunyai rekam jejak melanggar HAM,
"Kami tidak punya rekam jejak melakukan kekerasan, kami
juga tidak punya rekam jejak masalah korupsi, Jokowi-Amin akan pertaruhkan
jabatan dan reputasi dan akan kami akan gunakan semua kewenangan yang kami
miliki untuk perbaikan bangsa ini," ucap Jokowi.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Kamis malam menggelar debat
perdana debat calon presiden dan wakil presiden yang berkompetisi dalam
pemilihan umum 2019.
Debat diikuti oleh pasangan calon no urut 01, Joko
Widodo (Jokowi) dan KH Ma'ruf Amin dan pasangan calon nomor urut
02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Debat perdana kali ini mengambil tema hukum, korupsi, hak
asasi manusia dan terorisme dengan panelis:
- Guru Besar Hukum UI Hikmahanto Juwana,
- Mantan Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan,
- Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik,
- Ahli Tata Negara Bivitri Susanti,
- Ahli Tata Negara Margarito Kamis.
Gestur Jokowi-Maruf dan Prabowo Sandi saat debat
Saat debat perdana calon presiden dan wakil presiden untuk
Pilpres 2019 yang diikuti Joko
Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dapat melihat
bahasa tubuh atau gestur ketika debat.
Monica Kumalasari, pakar bahasa tubuh atau gestur tubuh
berbasis sains yang mendapat lisensi dari Paul Ekman, mengupas bahasa tubuh dua
pasang calon pemimpin Indonesia periode 2019-2024.
Raut wajah
"Mata itu jendela jiwa, dari sisi Jokowi terlihat
alisnya bergerak turun naik ketika dia mau mengatakan penegasan," kata
Monica seperti dilansir Antaranews.com, Kamis (17/1/2019).
Pada Prabowo, yang terlihat adalah peningkatan kedipan mata
yang lebih cepat dari biasanya. Penyebabnya bisa jadi dua hal yang berbeda.
"Bisa stres, bisa juga udaranya dingin sekali jadi
(berkedip) untuk membasahi mata," katanya.
Ada perubahan gaya dari Jokowi dan Prabowo dalam debat
perdana ini.
Jokowi yang biasanya santai jadi lebih tegas, sementara
Prabowo jadi lebih kalem.
Para kandidat punya cara yang berbeda dalam menegaskan suatu
argumen.
Prabowo cenderung mengekspresikannya lewat gerak tangan
menunjuk-nunjuk, sedangkan Jokowi menandakannya dengan mengulang-ngulang kata
tersebut.
"Juga bicaranya pakai tone suara perut," kata
Monica mengenai Jokowi.
Dari gaya verbal, Jokowi banyak menyajikan data saat
berargumen.
Pesaingnya, Prabowo-Sandi dinilai lebih banyak mengutarakan
soal persepsi ketimbang data.
Contohnya, pernyataan ".. Yang kita ketemukan ada
perasaan di masyarakat, bahwa kadang-kadang aparat itu berat sebelah,"
yang diutarakan Prabowo.
Ketika bicara, pasangan nomor urut dua sering memakai kata
"kami" atau "Prabowo Sandi" alih-alih "saya".
Tapi ada juga gaya verbal Prabowo yang menekankan kata
"saya", ketika bercerita tentang pembentukan pasukan antiteror
pertama yang dilakukannya bertahun-tahun silam.
Gaya itu menyiratkan dirinya merasa superior dibanding yang
lain, ujar Monica, yang dipertegas dengan gestur menunjuk-nunjuk saat
menekankan sesuatu, serupa seperti gaya memberikan instruksi.
Pada umumnya, Sandiaga Uno terlihat tenang di atas panggung.
Tapi ada satu kalimat yang menyiratkan tingkat kepercayaan diri yang mungkin
rendah di persaingan ini.
Ketika bicara soal kepastian hukum, dia bertanya pada Jokowi
mengenai apa yang akan dia lakukan seandainya terpilih lagi jadi presiden
selama lima tahun ke depan.
Menurut Monica, Sandi terlihat grogi ketika tanpa sadar
omongan itu spontan keluar dari mulutnya, yang berasal dari alam bawah sadar
yang selama ini ditekan.
Di sisi lain, Sandi terlihat paling ramah. Gayanya santai
dan tidak terlalu "menyerang".
Gestur dan kontrol emosinya bagus. Dia bisa menjalin
hubungan interpersonal yang bagus, siapa pun pasangannya.
Ketika berbicara, Sandi banyak memakai kata "kami"
atau menyebut "Prabowo - Sandi".
"Lebih humble," kata dia.
Kesantunan Sandiaga terlihat juga dari caranya memberi salam
pada Ma'ruf Amin, dengan mencium tangan beberapa kali.
Prabowo joget, Sandi pijat bahu
Dibandingkan Jokowi-Ma'ruf, pasangan Prabowo-Sandi memang
terlihat lebih "mesra" karena mereka memang lebih lama menjalin
chemistry.
Prabowo terlihat kehilangan kesabaran saat Jokowi bertanya
menyebut data ICW mengenai mantan koruptor yang jadi calon legislatif dari
partai Prabowo.
Sebelum waktunya dimulai, Prabowo tak sabar ingin menjawab.
Ucapan "tidak boleh" yang tegas dari moderator Ira Koesno membuat
seisi ruangan tertawa.
Pada saat itu, Prabowo dianggap "lupa" untuk
menahan diri sehingga "aslinya keluar".
"Karena sepertinya dia memang ditahan oleh (tim sukses)
untuk 'jangan kelihatan meledak-ledak' tetapi 'bocor' juga,"
Prabowo kemudian mengalihkannya berjoget, sementara Sandi
memijat-mijat punggung Prabowo seakan memintanya untuk tenang.
Pengalihan ini juga terjadi ketika Prabowo menjawab soal
perempuan dalam struktur partai Gerindra, lalu Sandi diberi kesempatan untuk
menambahkan argumen, tetapi ditolak karena dirinya bukan lagi bagian dari
partai Prabowo.
"Saya bukan Gerindra lagi pak, enggak bisa jawab,
pak," ujar Sandi yang ditimpali Prabowo dengan permintaan maaf.
Ekspresi malu dialihkan dengan senda gurau Prabowo-Sandi
hingga akhirnya bel penanda waktu berbunyi.
Ratna Sarumpaet
Ekspresi subtil campur aduk antara geram dan malu sekilas
nampak di wajah Prabowo saat Jokowi menyebut soal juru kampanyenya yang mengaku
babak belur dianiaya, padahal bekas operasi plastik. Jokowi bicara soal
kebohongan Ratna Sarumpaet pada akhir 2018.
Ketika kebohongan Ratna terkuak, Prabowo pun minta maaf
karena menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya.
Ekspresi subtil itu muncul kemungkinan karena Prabowo ingat
dirinya pernah dibohongi, serta malu karena tak menyangka hal tersebut
tiba-tiba diungkit.
Irit bicara
Ma'ruf Amin bisa dibilang paling pendiam selama debat
perdana karena panggung lebih didominasi oleh Joko
Widodo.
Pada awal debat, dia sempat diberi kesempatan untuk
menambahkan argumen Jokowi, tapi memilih untuk diam.
"Saya tidak menambah, saya mendukung pernyataan Pak
Jokowi," ujar Ma'ruf.
Monica melihat situasi itu memang sudah ditentukan sejak
awal, di mana Ma'ruf memang berkontribusi pada tema-tema tertentu yang dia
kuasai.
Ketika menolak untuk menambahkan pernyataan Jokowi, Ma'ruf
terlihat masih grogi karena panggungnya berbeda dari aktivitas ceramah.
Namun, belakangan kegugupannya mereda dan dia menambahkan
sedikit komentar di sana-sini.
"Jokowi mendominasi, tapi Ma'ruf tetap dikasih
kesempatan untuk bicara."
Dibandingkan Prabowo-Sandi, interaksi Ma'ruf denganJokowi
lebih terbatas.
Monica berpendapat ini karena Jokowi bersikap hormat
terhadap Ma'ruf sebagai seorang figur besar.
Meski dinilai sebagai kandidat yang paling gugup, Ma'ruf
dianggap banyak memperlihatkan senyum tulus selama debat berlangsung.
"Ada senyum tulus, ada senyum sosial. Banyak senyum
tulus yang terlihat dari Ma'ruf," katanya.
Gulung lengan baju
Jokowi menggulung lengan baju usai memberikan pernyataan
penutup, menolak tawaran untuk menghabiskan jatah bicaranya yang masih tersisa.
Menurut Monica, ini menyiratkan keinginannya untuk segera
melanjutkan pekerjaan.
Kedua kubu, meski dipersilakan untuk memberikan kata-kata
penutup "menyejukkan" untuk mengapresiasi pesaing, memilih untuk
tidak saling memuji.
Namun suasana dingin itu kembali menghangat ketika debat usai,
di mana Jokowi berjalan lebih dulu ke arah Prabowo dan mereka saling
berpelukan.