MASIH PRESIDENKAH JOKOWI?

/ 20 Februari 2020 / 2/20/2020 02:03:00 AM


Catatan seorang relawan.
Novy Viky Akihary

Red POLICEWATCH,- Paska Pilpres tahun 2019 saya pernah diskusi ringan seputar hasil pilpres yang dimenangkan oleh Jokowi 55 : 45 % suara atas Prabowo.

Kebetulan kawan ini adalah kader yang dibesarkan oleh partai pemenang pemilu legislatif tahun 2019. Kawan ini menjelaskan matematika kemenangan Jokowi yang hanya  mencapai 55% suara dibanding suara partai koalisi diatas 60%, ia dengan serius serta yakin menyampaikan bahwa suara Jokowi adalah suara partai bukan suara relawan.

Sepintas lalu asumsi teman partai ini dalam hitungan bodoh-bodoh para bid'ah lewat seloroh bodor bisa dipahami. Jikalau melihat angka 60 - 55, tentu bisa dengan mudah diasumsikan seolah-olah itu suara partai yang didapat oleh Jokowi dalam mencapai kemenangan pada pilpres tahun 2019 lalu. Itulah bentuk pemikiran orang partai, padahal  saya pikir yang bersangkutan memiliki kecerdasan lumayan dalam analisa politik.

PANDANGAN KAMI :

Menjadi wajar pada periode kedua ini setelah lebih dari 100 hari kerja, pemerintahan Jokowi belum menampakan nilai prestasi yang baik, apalagi kita malah direpotkan oleh statement menteri agama yang beberapa kali blunder.

Presiden Jokowi yang katanya pada periode kedua ini akan bekerja tanpa beban malah terkesan memang gak punya beban alias santai. (acuh tak acuh)

Pernyataan Presiden saat pelantikan kabinet kerja jilid II, bahwa tidak ada visi/misi menteri, yang ada hanya visi/misi Presiden. Menjadi mandul dilindas pernyataan menteri agama yang melulu keliru dan bertolak belakang dengan keinginan rakyat.

Terlalu berkuasanya partai pengusung mengangkangi presiden, sehingga ada kabar burung, seakan partai sudah mengkapling proyek pemerintah dan bagi-bagi jabatan pada BUMN serta pejabat setingkat Dirjen dan Direktur, belum lagi jabatan Komisaris Utama dan Komisaris.

Selaku relawan yang telah mendukung Ir. Joko Widodo mulai dari Pilkada Jakarta tahun 2012, kemudian berlanjut pada Pilpres tahun 2014, hingga Pilpres tahun 2019.

Bentuk dukungan tanpa pamrih, hanya karena ingin melihat Indonesia lebih baik, ramah, serta damai. Indonesia yang menjadi tanah membahagiakan bagi anak cucu kelak. Indonesia yang mempersatukan segala perbedaan. Inilah kerinduan saya, dan kami sebagai relawan kepada keputusan tanpa keraguan dari seorang pemimpin seperti ucapan Jokowi sendiri.

Sebagai seorang yang berjibaku memperjuangkan nilai dan harapan baru yang dibawa oleh Jokowi. Saya mencatat beberapa keberhasilan, namun juga mencatat beberapa kelemahan yang justru bisa membahayakan presiden sendiri. Antara lain :

1. Kita perlu acungkan jempol atas kinerja Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim.

2. Kami bertanya kemana saja Tito Karnavian setelah menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri?

3. Masih pantaskah Menteri Agama Fachrul Razi dipertahankan?

4. Menteri KKP Edhie Prabowo ini seorang ibu atau bapak?

5. Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly malah memberhentikan Dirjen Imigrasi Ronny Sompie setelah sang Dirjen melaporkan bahwa Harun Masiku masih di Indonesia, karena Dirjen Imigrasi paling tahu lalu lalang WNI yang akan dan telah keluar negeri, padahal sebelumnya Menkumham menyampaikan bahwa Harun Masiku tengah berada di S'pore.

CATATAN KAMI :

Pada periode kedua pemerintahan Jokowi hal yang merisaukan dan masih merupakan kelemahan Jokowi. Antara lain :

1. Kasus intoleransi renovasi gereja di Tanjung Balai Karimun. (pemerintah tidak berdaya)

2. Kasus pengungsi Sampang yang telah berlangsung hampir 8 tahun, bahkan terakhir jenazah Ibunda dari Ustadz Tajul Muluk tidak bisa dikebumikan di tanah Madura. (pemerintah tidak berdaya)

3. Kaburnya Harun Masiku kader PDIP sampai saat ini tidak bisa ditangkap padahal jumlah aparat kepolisian menurut catatan terakhir tahun 2019 berjumlah 470.391 personil. (seriuskah penerintah atau tidak berdaya mengahadapi partai)

4. Kasus mega korupsi Jiwasraya yang menurut tulisan Haidar Alwi juga seorang relawan Jokowi (Penanggungjawab ARJ) di media online, melibatkan nama besar dari lingkungan Istana presiden sendiri.

5. Tentu banyak catatan kasus lainnya yang tidak kami tulis satu persatu.

Sekarang kita kembali ke laptop. Soal celoteh kemenangan Jokowi. Adalah karena suara partai yang seolah-olah dari 60% suara perolehan partai pada pemilu legislatif diberikan kepada Jokowi cukup 55% suara untuk bisa mendudukan kembali Jokowi di kursi presiden.

Pandangan seperti ini bisa jadi ramai sekali dan menjadi pemikiran partai pengusung Jokowi-Ma'ruf Amin. Kalau ini benar maka tak heran apabila partai berani mengangkangi Jokowi.

Tapi andai kita mau jujur dan jernih berpikir, serta bicara dari hati yang paling dalam tentu pemikiran bahwa kemenangan Jokowi merupakan sumbangsih partai seutuhnya, adalah pembodohan amat sangat. Kenapa demikian?

1. Jokowi memiliki basis massa serta dukungan yang jelas, andai tanpa partaipun suara Jokowi akan tetap tinggi. Karena banyak rakyat di daerah yang sangat berterimakasih atas sentuhan pembangunan infrastruktur yang dipersembahkan oleh Jokowi pada periode pertama ia berkuasa.

2. Relawan pendukung Jokowi yang jumlahnya puluhan jutaan diseluruh Indonesia yang tidak tergabung dalam organ-organ relawan adalah pundi-pundi suara murni Jokowi.

3. Kehadiran Jokowi dipentas politik Jakarta maupun nasional, tentu terbukti membesarkan partai pengusung bukan sebaliknya.

Saat ini relawan merasa Jokowi tidak lagi membutuhkan mereka. Ada yang ikhlas dan kembali menekuni rutinitas sehari-hari. Ada juga yang kesal atas sikap dan pola kerja Jokowi karena dianggap abai terhadap mereka.  Juga masih ada sebagian relawan cemas bahwa Jokowi sedang dikerubuti para pembusuk yang ingin melengserkannya.

Sekarang Jokowi nyaris sendiri setelah jalur komunikasi dengan relawan berangsur diputus oleh para pembusuk haus kekuasaan dari partai maupun ring satu istana.

Hati-hatilah Pak Jokowi, kalau anda tidak tegas maka cuma masalah waktu bagi mereka untuk menyingkirkan anda, artinya Indonesia kembali ke jaman batu, dimana korupsi merajalela, kekuasaan negara dalam genggaman segelintir orang, kenudian Sumbet Daya Alam Indonesia akan kembali dikuasai oleh Neo Kolonialisme. Sudah barang tentu proyek membagi Indonesia menjadi 8-18 negara kecil-kecil merupakan keniscayaan.

Pesan untuk Presiden Jokowi'

1. Jadilah pemimpin dengan keputusan tanpa keraguan.

2. Tunduklah hanya kepada konstitusi dan keinginan rakyat.

3. Tahanlah kebahagiaan anda demi mendahulukan kebahagiaan rakyat Indonesia.

4. Relawan anda adalah bukti dukungan rakyat terhadap anda maka jangan pernah mengabaikan kekuatan relawan.

Jadi wajar kalau kami bertanya masih Presidenkah Jokowi?

Jakarta, 18-02-2020
Novy Viky Akihary

Pewarta : Wadira
Komentar Anda

Berita Terkini