Masuk Jeratan dan Menjadi Korban Pinjaman Online

/ 24 Februari 2021 / 2/24/2021 09:51:00 PM



Policewatch, Jabar,-  Kehadiran Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi , memunculkan persoalan baru, yakni risiko over-indebtedness.Risiko over-indebted atau utang yang berlebihan dirasakan warga yang memang lagi kesusahan. Seperti pengalaman peminjam pinjol dibawah ini.
Beberapa hari ini, hidup Ecep tak lagi sama. Hampir tiap jam, Laki laki 50 tahun ini harus menghadapi “teror” berupa tagihan utang dari aplikasi pinjaman online .

Bukan hanya menagih, debt collector pun menebar ancaman. Paling parah, si penagih menghubungi sejumlah orang di daftar kontak telepon selular Ecep, baik melalui pesan singkat maupun sambungan telepon, hanya untuk mengumumkan kalau Ecep punya utang.

“Saya merasa dipermalukan. Saudara, teman, kenalan saya, jadi tahu kalau saya punya tunggakan,” kata Ecep, saat ditemui MPW, Rabu, 24 Pebruari 2021

Ecep terjerat utang pinjol gara-gara iba terhadap temannya, seorang bapa yang sedang membutuhkan biaya. Karena mau diusir dari kontrakannya

Bunga dan denda yang tinggi membuat utang membengkak dengan cepat. Si teman tidak mampu membayar dan Ecep yang harus menanggung akibatnya.

“Saya gak ngerti sih apa itu pinjaman online, makanya saya kasih aja data saya ke teman dengan niat membantu. Saya pikir cuma 500 ribu, gak masalah lah. Tapi dalam waktu tiga hari setelah jatuh tempo jadi membengkak menjadi 700 ribu. Saya gak ngerti bunganya sebesar itu. Sepertinya bunga dihitung harian. Ini lebih-lebih dari rentenir,” ujar Ecep dengan nada terdengar emosi.
" Apalagi dari pihak pinjol akan mendatangi rumah saya, kebetulan akan saya tunggu. Saya penasaran koq bisa ,dijaman pandemi korona ketika banyak orang susah dijerat oleh pinjaman seperti ini. Nuraninya dimana ...," Ujar pria berkarisma ini pada wartawan.

Kisah serupa dialami Siti yang data pribadinya dipakai pacarnya berutang di aplikasi pinjol. Saat putus, ia terpaksa menanggung utang itu.

Siti merasa hidup dalam ketakutan. Apalagi, pihak aplikasi mengancam akan mengumumkan utangnya ke seluruh kontak dan media sosial. Data KTPnya yang dikirim ke aplikasi pinjol sebagai syarat pinjaman, dijadikan alat intimidasi.

“Batas jam kerja kami sampai jam 6 sore, jika memang tidak ada pembayaran sama sekali maka dengan terpaksa kami akan open donasi ke semua kontak dan media sosial Anda setiap hari pagi siang malam. Jadi, kami harap Anda jangan main-main dengan utang dikarenakan keterlambatan dan itikad pembayaran yang sangat buruk. Ingat NIK KTP dan data Anda lebih berarti daripada utang,” tulis penagih sebuah aplikasi pinjol dengan pesan bernada ancaman yang diterima Siti.

Tidak hanya itu, Siti juga dikirimi pesan yang bernada ancaman lainnya. ”Pihak agency dan kuasa hukum kami sedang menelusuri keberadaan Anda saat ini. Pastikan Anda tetap berada di alamat sesuai KTP. Jika kami tidak menemukan Anda, kami akan minta bantuan pihak berwenang dan RT/RW setempat.”

Mendapat sejumlah pesan itu, Siti merasa diteror. “Aku tertekan banget. Merasa terancam dan takut,” ujar gadis berusia 18 tahun ini.

Korban pinjol tidak hanya Ecep dan Siti. Yang lebih parah, Sabar yang mencuitkan kesulitan membayar utang pinjol di akun Twitternya. Warga Depok, Jawa Barat, ini bahkan rela menjual ginjalnya agar utangnya lunas.

“Jika memang tidak ada solusi lagi untuk bisa melunasi utang pinjaman online tersebut, saya terpaksa menjual ginjal saya. Itu pun jika ada yang mau dan setahu saya tindakan itu ilegal,” kata Sabar melalui pesan yang dikirim via Whatsapp, .

Sabar terpaksa berutang di pinjol demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Setelah istrinya keluar kerja, kondisi ekonomi keluarga Sabar morat-marit, hanya mengandalkan gajinya sebagai petugas keamanan yang dirasa tidak cukup.

Sabar punya pinjaman di 20 aplikasi pinjol dengan jumlah pinjaman masing-masing antara 1 juta hingga 3 jutaan. Gun 

Komentar Anda

Berita Terkini