Kontroversi Sistem Rotasi Warung di Benang Stokel-Kelambu: Antara Pemerataan Ekonomi dan Tuduhan Pemaksaan

/ 5 Mei 2025 / 5/05/2025 01:31:00 PM

 


 Policewatch-Lombok Tengah. 

Sistem rotasi warung di destinasi wisata alam Benang Stokel dan Benang Kelambu, Kecamatan Batukliang, Lombok Tengah, menimbulkan kontroversi.  Meskipun pengelola, H. Humaidi, mengklaim sistem "rolling" ini bertujuan untuk pemerataan pendapatan dan mencegah konsentrasi wisatawan di satu tempat saja – merespon masukan wisatawan asing yang merasa terkonsentrasi di satu warung –  beberapa pedagang mengungkapkan keprihatinan.

Hermawati, salah satu pedagang,  menyatakan bahwa sistem ini tidak berjalan dengan baik dan banyak pedagang merasa dirugikan.  Ia berharap semua warung dapat beroperasi dengan baik dan tidak ada yang tertinggal.  Pernyataan ini diperkuat oleh keresahan beberapa pedagang lainnya yang merasa pendapatan mereka terdampak sistem rotasi tersebut.  Mereka mengeluhkan kurangnya transparansi dalam mekanisme penggiliran warung.

H. Mawardi, Sekretaris Pengelola Benang Stokel dan Benang Kelambu,  menjelaskan bahwa sistem ini merupakan upaya pemerataan ekonomi bagi masyarakat sekitar.  Namun, penjelasan ini belum cukup meredakan kekhawatiran para pedagang yang merasa dirugikan.

Sementara itu, Ketua HPI DPD NTB, Andra, mendukung sistem rotasi sebagai langkah positif untuk pemerataan kesempatan.  Namun, ia menekankan pentingnya transparansi dan keadilan dalam pelaksanaannya, agar sistem ini benar-benar bermanfaat bagi semua pihak, termasuk pedagang, guide lokal, dan wisatawan.  Ia menyarankan agar ke depannya dilakukan diskusi dan evaluasi berkelanjutan, termasuk peran guide lokal dalam pengelolaan pariwisata di Benang Stokel dan Benang Kelambu.

Laporan dari beberapa wisatawan juga memberikan gambaran yang beragam.  Beberapa wisatawan mengaku puas dengan sistem ini karena dapat merasakan pengalaman yang lebih merata.  Namun, ada juga yang merasa kurang nyaman karena merasa diarahkan ke warung tertentu, meskipun pengelola membantah adanya pemaksaan atau pengusiran.  Salah satu insiden yang dilaporkan melibatkan sebuah warung yang penuh dan tidak memiliki tempat duduk, sehingga rombongan wisatawan dialihkan ke warung lain.

Ke depannya, transparansi dan mekanisme yang jelas dalam sistem rotasi ini menjadi kunci untuk menyelesaikan kontroversi.  Komunikasi yang lebih baik antara pengelola, pedagang, dan wisatawan sangat penting untuk memastikan keberlanjutan sistem ini dan kepuasan semua pihak.  Perlu adanya mekanisme pengawasan yang independen untuk memastikan keadilan dan mencegah potensi penyalahgunaan sistem.  Selain itu, pelatihan manajemen usaha bagi para pedagang juga perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan daya saing mereka.

 .Jurnalis

LR/MN

Komentar Anda

Berita Terkini