Reporter : Abucek
Tembok pembatas Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) roboh Kamis (28/3) petang.. |
Tasikmalaya (policewatch.news) - Banjir bandang merendam enam kampung di dua desa Kecamatan
Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, menyebabkan aktifitas pendidikan
lumpuh. Ratusan siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
terpaksa diliburkan.
"Tidak ada korban jiwa meski 10 rumah dalam kondisi
rusak," ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan
Bencana Kabupaten Tasikmalaya, Ria Supriana, Kamis (28/3) petang.
Menurutnya, hujan deras yang terjadi sejak siang kemarin
menyebabkan lonjakan air cukup signifikan. Bahkan tanggul penahan Sungai
Cibanjaran sepanjang 3 meter jebol.
"Luapan sungai tersebut membawa material lumpur cukup
tebal termasuk tumpukan sampah plastik yang menimbulkan sumbatan," kata
dia.
Akibatnya sebanyak enam kampung yang berada di sepanjang
Sungai Cibanjaran ikut terdampak banjir. Total ada 35 rumah penduduk di dua
desa yang terendam, termasuk tembok pembatas Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) roboh.
Tercatat puluhan rumah yang berada di Kampung Babakan
Kondang, Gayonggong, Cibanjaran, Kikisik, Gunung Balong, dan Kikisik Wetan,
Desa Sinagar dan Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu ikut terendam.
Ia menyatakan, selain banyaknya sumbatan sampah, banjir
bandang juga diakibatkan aktivitas penggalian pasir Galian C berada di wilayah
Sukaratu.
"Jika hujan turun dipastikan luapan air di Sungai
Cibanjaran akan meluap kembali," ujarnya.
Selain aktivitas warga yang terganggu, banjir tersebut
menyebabkan proses belajar ratusan siswa di Sekolah Dasar (SD) Gunungsari 2 dan
SMP Gunung Balong diliburkan.
"Kondisi ruangan kelas sekolah banyak lumpur dan
sekarang para petugas berupaya secara gotong-royong membersihkan lokasi
itu," kata dia.
Kepala Sekolah Dasar Gunungsari 2, Ai Nendah, mengatakan
hujan deras yang telah terjadi sejak kemarin sore, mengakibatkan tujuh ruang
kelas sekolah tergenang banjir, dengan ketinggian bervariasi antara 50
centimeter hingga 1,5 meter.
Bahkan ruang kepala termasuk perpusatakaan ikut terdampak
banjir. "Kami terpaksa harus meliburkan siswa untuk belajar di rumahnya
masing-masing, karena bangunan sekolah tidak bisa digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar," ujarnya.