Tampilkan postingan dengan label TRC-PA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TRC-PA. Tampilkan semua postingan

Ketua KPU Cabuli Cowok Magang, " Kornas TRC PPA Bunda Naumi" Meminta pelaku dihukum seumur hidup


KORNAS TRCPA Bunda Naumi

Banjarbaru,Kal-Sel, POLICEWATCH,- Penyidik Satuan Reserse Kriminal Polres Banjarbaru, Kalimantan Selatan, menetapkan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Banjarmasin, Gusti Makmur alias GM sebagai tersangka kasus pencabulan

Gusti Makmur diduga telah mencabuli seorang remaja laki-laki.

Kasubag Humas Polres Banjarbaru, AKP Siti Rohayati mengatakan, orangtua anak yang diduga menjadi korban pencabulan melaporkan Gusti Makmur pada 25 Desember 2019.

"Informasi dari Kasat Reskrim, jadi untuk kasus GM, sudah diadakan gelar perkara dan sudah dilayangkan surat untuk diperiksa kembali sebagai tersangka," ujar AKP Siti Rohayati dikutip TribunJakarta.com dari Kompas.com, pada Selasa (28/1/20).

Peristiwa tindak asusila diduga terjadi di toilet sebuah hotel di Kota Banjarbaru.
Saat itu, Gusti Makmur diduga melakukan tindak asusila kepada korban yang masih berstatus pelajar di bawah umur.

Tersangka diduga memegang anggota tubuh korban.
Selanjutnya, Gusti Makmur diduga menarik tangan kiri korban dan meletakkan di bagian tubuh sensitifnya.

Korban diketahui sedang melaksanakan tugas magang kala itu dan di saat bersamaan, ada acara rapat koordinasi di hotel tersebut.

Gusti diduga melanggar Pasal 82 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo. Pasal 76E Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Menanggapi kasus tersebut, Koordinator Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (baca TRC PPA) Bunda Naumi memberikan statement yang cukup keras.

"Saya menginginkan pelaku bisa dihukum seumur hidup. bahkan jika bisa dihukum mati saja" ujarnya ketika dihubungi melalui sambungan telepon pada hari ini 29/1/20.

Ketika ditanya alasan mengapa pelaku harus diberikan hukuman seberat itu, Bunda Naumi menjelaskan,

"Apapun alasannya kejahatan seksual terhadap anak adalah kejahatan yang sangat luar biasa. itu yang pertama. dan yang kedua, pak Presiden Jokowi pun sudah menyatakan beliau setuju bahwa kejahatan terhadap anak terutama kejahatan seksual itu adalah Extra Ordinary Crime"

"So, apalagi pelaku ini adalah ketua KPU yang menciptakan pemimpin-pemimpin daerah maupun pemimpin negara sebagai contoh di masyarakat"

"Kenapa bunda begitu keras terhadap para predator anak seperti ini karena secara psikologis si anak akan mengalami trauma seumur hidup. kalaupun bisa sembuh tidak akan bisa 100 persen karena mereka sudah terkoyak jiwanya. itulah sebabnya para pelaku harus diberi hukuman seumur hidup setara dengan trauma seumur hidup yang dialami oleh korban"

"Apapun kejahatan terhadap anak yang terutama menyangkut perbuatan cabul dan pemerkosaan, saya selaku Kornas TRC PPA yg juga merupakan salah satu dari korban kejahatan pada masa kecil saya, merupakan alasan kuat saya berkecimpung di sini karena saya tidak ingin ada lagi terjadi kejahatan-kejahatan serupa yang dialami oleh anak Indonesia"

"Karena efek dari kejadian itu sakitnya luar biasa. maka saya menunggu kapan hukum di Indonesia bisa memberikan hukuman yang luar biasa juga kepada para pelaku untuk memberikan efek jera, atau bahkan kalau bisa diberi hukuman mati. hanya saja hingga saat ini Presiden belum memutuskan untuk memberi hukuman mati kepada para predator anak" tutup bunda Naumi.


Jurnalis : Ratnasari Tri F

Setelah 21 kali menyetubuhi Anak kandungnya Sendiri, Mantan istri juga sempat 2 kali diperkosa.

PB (54) yang tega menyetubuhi anak kandungnya sendiri & 2X Perkosa mantan istri


Samarinda, POLICEWATCH,-  Di penghujung tahun 2019 kemarin publik di Samarinda sempat dikejutkan oleh pemberitaan kasus seorang bapak berinisial PB (54) yang tega menyetubuhi anak kandungnya sendiri bernama Sekar (nama samaran) yang masih berusia 13 tahun hingga 21 kali. Perbuatan ini dilakukan berkali-kali dibawah ancaman bahwa korban akan dipukul jika tidak mengikuti nafsu bejad pelaku.

Akibat tidak tahan dengan perlakuan ayahnya, korban pun kabur dari rumah dan menginap di salah satu rumah temannya. Mengetahui hal itu, ibu korban lalu menjemput anaknya dan menanyakan perihal alasan ia kabur dari rumah. Disini lah kemudian korban membongkar semua perilaku bejat ayahnya sendiri terhadapnya.

Setelah mengetahui hal itu ibu korban langsung melaporkan pelaku yang juga mantan suaminya ke Polsek Samarinda Ulu. Pelaku pun telah ditetapkan sebagai tersangka pencabulan kepada anak kandungnya, dan telah dibekuk oleh pihak kepolisian pada Kamis (19/12/2019) malam.
Korban yang sedang menjalani terapi healing bersama TRCPA

"Saya khilaf melakukan itu. Saya sama istri sudah lama pisah, jadi saya tinggal bersama anak saya," ujar pelaku.

Kini kasus tersebut telah ditangani oleh pihak Polsek Samarinda ulu dan akibat dari aksi bejatnya tersebut, pelaku harus mendekam di penjara lantaran terjerat pasal 83 ayat 2 dan 82 ayat 1 UU 35 tahun 2014 tentang Persetubuhan dan Pencabulan dengan ancaman hukum di atas 15 tahun.

Saat ini korban Sekar (13) sedang menjalani terapi trauma healing yang dilakukan oleh Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak Kaltim (TRC PPA kaltim). 

Namun ketika ditemui pagi ini (27/1/2020) tim TRC PPA mendapatkan kisah baru dari Ibu korban.
Ternyata sebelum bercerai AK (35) sering mengalami kekerasan fisik yang dilakukan oleh pelaku bahkan sempat diperkosa oleh pelaku hingga 2 kali.

"Kejadiannya waktu tahun 2016 saat belum bercerai saya sering dipukul dan ditonjok hingga berdarah dan lebam. bahkan pernah saya dipukul dan diseret hingga telanjang" ungkap AK (35) sambil berurai airmata.

Ketika ditanya alasan mengapa pelaku melakukan itu, AK mengatakan "Saya dituduh berselingkuh padahal tidak ada bukti. pernah dipukul sampai lebam dan berdarah saya melapor ke polisi dan sempat dibuatkan laporan dan visum. namun proses tidak saya lanjutkan karena saya keburu pulang ke Jawa karena tidak tahan lagi. ketika saya pulang dia sudah ditahan dan dipenjara karena kasus penadahan barang curian"
AK ibu Korban

"Ketika dia di dalam penjara saya mengurus proses perceraian. tapi ketika dia bebas tahun 2018 saya beberapa kali didatangi serta diseret dan disekap di rumahnya. di situ saya dipukul dan diperkosa 2 kali" Ujar AK. 

"Selepas bebas dari penjara inilah persetubuhan itu terjadi dalam rentang antara bulan mei 2019 hingga bulan desember 2019"

"Saya berharap dia bisa diberi hukuman yang setimpal dan anak saya bisa sembuh dari traumanya. cukup saya saja yang begini jangan sampai anak saya hidup dalam trauma berkepanjangan" Ujarnya.


Pewarta Ratnasari Tri F

KORNAS TRC PPA MEMINTA PENANGANAN KASUS YUSUF BISA DITANGANI DENGAN LEBIH SERIUS.

Koordinator Nasional Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak, Naumi Supriyadi

Jakarta, POLICEWATCH,-Setelah ditetapkannya kedua tersangka M (26) dan TS (52) dalam kasus ananda Ahmad Yusuf Ghazali yang menghilang di salah satu PAUD di Samarinda dan berujung dengan penemuan jasadnya pada 16 hari kemudian, kini kasus tersebut memasuki babak baru.

Menyusul hasil dari Konferensi Pers yang dipimpin oleh Wakapolresta Samarinda AKBP dedi Agustono, S.I.K, MH dan Kasat Reskrim Kompol Damus Asa, S.H, S.I.K beserta dokter forensik RSUD A.W syaharanie Samarinda dr. Kristina di ruang Vicon polresta Samarinda pada hari kamis 23/1/20
 (baca https://www.policewatch.news/2020/01/mengikutil-hasil-perkembangan-kasus.html )

Ketika dihubungi melalui sambungan telepon Koordinator Nasional Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak, Naumi Supriyadi pagi ini 25/1 angkat bicara.

 "Satuan reserse Polresta Samarinda saya harapkan bisa sangat-sangat serius dalam menangani kasus Yusuf ini" ujar perempuan yang akrab dipanggil Bunda Naumi ini.

 "Dan saya menginginkan keseriusan dalam penanganan kasus ini bisa menjadi pelopor untuk penanganan kasus-kasus kekerasan anak lainnya di daerah-daerah lain, Sesuai dengan pernyataan bapak Presiden yang memerintahkan untuk kita semua lebih serius dalam penangan kasus-kasus perlindungan anak di Indonesia mengingat terjadinya peningkatan kasus-kasus kejahatan pada anak dalam 2 tahun terakhir ini"
pungkas bunda Naumi.

 " bunda berharap dari semua elemen lembaga negara yang berada di Samarinda khususnya dalam Perlindungan Perempuan dan Anak bisa bermitra dengan TRCPPA di sana, karena kami bukanlah oposisi tapi kami adalah mitra bagi mereka semua.
 Tapi sanggup bekerja saling bersinergi dengan semua lembaga terkait di Kalimantan timur khususnya di Samarinda" tutup Bunda Naumi.

Salam TRCPPA
stop Kejahatan Pada Anak 🖐

Pewarta Ratnasari Tri F.