 |
Letnan Jendral (Purn) Sutiyoso |
Padahal cukup dilakukan oleh Trantib, kalau kewalahan minta bantuan Polisi, baru TNI. Itu pun status TNI hanya sekadar bantu saja, jangan diakukan sendiri.
Red, POLICEWATCH,- Belakangan ini sejumlah aksi Panglima TNI Marsekal Hadi
Tjahjanto tengah menjadi sorotan publik. Apa yang dilakukan TNI pun dinilai
publik sebagai buntut dari sejumlah sikap tokoh sentral FPI Habib Rizieq
Shihab.
Maka tak heran jika kemudian TNI mulai melempar pernyataan
tegas untuk menjaga persatuan dan kesatuan hingga pentingnya menjaga diri dari
provokasi. Saat mengeluarkan pernyataan soal pentingnya persatuan dan kesatuan,
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto bahkan didampingi jajaran komandan pasukan
elite TNI.
Ini tentu memiliki pesan dan kesan kuat tersendiri. “TNI
adalah bentengnya persatuan dan kesatuan bangsa, oleh karena itu, dengan
profesionalisme kalian, maka kalian harus siap untuk diterjunkan dalam rangka
melawan musuh yang mencabik-cabik benteng persatuan dan kesatuan bangsa,” kata
Hadi Tjahjanto.
ak berselang lama, Kamis kemarin, secara mendadak Panglima
TNI lalu bersafari dan melakukan sidak pasukan-pasukan elite lintas matra
sekaligus. Pertama, yakni Markas Kopassus di Cijantung menjadi tujuan awal Marsekal
Hadi.
Selanjutnya Panglima TNI melakukan kunjungan ke markas
Marinir Cilandak, Jakarta Selatan. Safari Panglima TNI kemudian dilanjutkan ke
Markas Pasukan Khusus TNI AU Kopaska, di Halim, Jakarta Timur.
Lantas pertanyaannya adalah apa makna di balik langkah
Panglima TNI ini. Benarkah kondisi Indonesia kini sudah semakin mengkhawatirkan
sebagai buntut kesiap-siagaan TNI?
Masalah TNI vs Habib Rizieq
Seperti diketahui, berulang kali pasukan elite menyatakan
diri siap mengatasi para perusak persatuan dan kesatuan di Tanah Air.
Setidaknya itulah pesan yang disampaikan oleh Panglima TNI.
Terkait hal ini, mantan kepala BIN Sutiyoso pun memberi
pandangan. Menurut sosok yang pernah menjadi Pangdam Jaya, dan bagian dari
Kopassus ini, memang ada yang perlu dianalisa lebih jauh.
“Kalau kita simak dari pernyataan TNI, akhir-akhir ini kan
melakukan sidak, Kopassus, Marinir, Kopaska. Sebelum itu, ada juga pernyataan
tegas (Panglima TNI) didampingi komandan pasukan elite plus Pangkostrad yang
menekankan untuk jaga persatuan dan kesatuan,” kata dia di Apa Kabar Indonesia, Sabtu 21 November 2020.
utiyoso menilai, TNI memang sudah mulai menggerakkan atau
menyiapkan pasukan-pasukan elite itu. Termasuk dengan Kostrad yang jumlah
pasukannya sangat besar, dianggap Sutiyoso juga sudah dipersiapkan.
Ini tentu meninggalkan kesan ke permukaan atau ke masyarakat
kalau TNI memang serius menghadapi masalah bangsa. Lantas, apa masalah bangsa
yang sedang dihadapi Indonesia sekarang ini?
Menurutnya pertama tentu menghadapi pandemi covid-19. Kata
Sutiyoso, Pemerintah dinilai sudah sangat serius menanganinya, termasuk
melibatkan semua kekuatan yang ada, baik Kementerian, Pemerintah Daerah,
TNI-Polri, masyarakat, sukarelawan.
“Sudah all aot dikerahkan. Namun tentu bukan masalah ini
berarti kan (kesiapsiagaan TNI),” katanya.
Sementara masalah bangsa yang dihadapi selanjutnya adalah,
pasca kepulangan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab. Di mana kepulangannya
menimbulkan kehebohan di mana-mana. Mulai dari penjemputan di bandara, maulid,
pernikahan putrinya, hingga kemudian sukses mengumpulkan massa yang sangat
besar.
Ini tentu bertentangan dengan protokol kesehatan. Nah,
berkaitan dengan tupoksi TNI, memang cuma tunggal, yakni soal pertahanan. Kapan
TNI bergerak, kata Sutiyoso kalau diserang lawan.
Namun hingga kini tidak ada indikasi akan diserang lawan,
bahkan sampai 10 tahun ke depan. “Tapi memang TNI bisa diberikan tugas lain.”
Tidak tepat
Tetapi soal pencopotan baliho Habib Rizieq, TNI dianggap
tidak tepat. Sebab kata dia, inilah pemicu stigma kini kalau yang tegang
berhadapan adalah TNI. Padahal jika pencopotan baliho tidak dilakukan TNI,
stigmanya tidak demikian sekarang ini.
“Terjawab saat Kodam Jaya bersihkan baliho yang memuat
gambar dari HRS. Inilah, menurut pandangan saya, padahal cukup dilakukan oleh
Trantib, kalau kewalahan minta bantuan Polisi, baru TNI. Itu pun status TNI
hanya sekadar bantu saja, jangan diakukan sendiri.”
“Makanya kini seolah yang berhadapan TNI vs HRS, padahal TNI
ada di kelompok masyarakat kita juga,” katanya***(M R I)