OPINI: MAHASISWA EKONOMI DAN SALAH KAPRAH

/ 26 Juli 2021 / 7/26/2021 10:14:00 PM


Oleh : Firman Gazali Djunaidi


NAMLEA,POLICEWATCH.NEWS,_ Setiap disiplin ilmu pastilah memiliki epistemologi keilmuannya masing -masing, yang akan menjadi pedoman dan panduan cara pikir, cara tindak, cara berbuat, cara bersikap, cara berbicara, dari orang-orang yang menggeluti bidang pengetahuan keilmuan tersebut. Selanjutnya, kepemilikan akan epistemologi keilmuan akan membentuk karakter intelektual dari pemiliknya.

Ilmu Ekonomi juga memiliki epistemologi keilmuannya. Dasar dari epistemologi ilmu ekonomi adalah menempatkan manusia ekonomi pada tempatnya. 

Epistemologi Ilmu Ekonomi mengenal 2 (dua) tempat, yang satu adalah milik Yang Maha Kuasa (istilah Adam Smith: the author of the world) dan yang satu lagi adalah milik kita semua, manusia, manusia ekonomi, dan lain sebagainya.

Tempat pertama merupakan unsur a priorism dari epistemologi ilmu ekonomi.

"Absolutism is only the rights of the acts of GOD". Apapun yang mutlak hanya merupakan hak dari kegiatan Yang Maha Kuasa.

Tempat kedua merupakan unsur praxeology dari epistemologi ilmu ekonomi. "What man in economics can do are merely fictions, BUT his fictions should be legalized using 3 pillars: moral, logics, and responsibility”. Apapun yang dilakukan oleh manusia ekonomi, semata-mata hanyalah berupa fiksi, tapi fiksi tersebut haruslah dilegalisasi menggunakan 3 (tiga) pilar, yaitu moral, logika dan pertanggungjawaban.

Dari epistemologi ilmu ekonomi di atas dapat diketahui bahwa ternyata banyak unsur-unsur yang diperlukan untuk menjadi seorang ekonom yang intelektual sehingga tidak salah kaprah, antara lain: 

Bahwa karena ternyata tempat manusia dibedakan dari tempat Yang Maha Kuasa, jangan langgar. Ekonom tidak punya hak untuk bersikap mutlak. Hindari penggunaan kata-kata mutlak, seperti "pokoknya" atau "otomatis", hindari sikap merasa paling benar, paling tahu, karena tanpa disadari dia telah melakukan tindakan yang bukan merupakan haknya sebagai manusia.

Bahwa ternyata ekonom berbeda dengan orang-orang yang kita kenal sebagai ASBUN (asal bunyi) dan ASTUL (asal tulis), karena fiksi seorang ekonom harus lewat pembenaran (judgement) 3 pilar: moral, logika, dan pertanggungjawaban.

Bahwa berbeda pendapat (yang didukung 3 pilar) dalam ilmu ekonomi, malah disarankan, karena melalui perdebatan kebenaran itulah ilmu ekonomi berkembang, seperti yang disampaikan oleh JS Mill "economics is developed through disagreement".


Bahwa ternyata mudah membedakan seorang ekonom dari seorang kriminal yang menggunakan teori-teori ekonomi dalam perbuatan jahatnya, karena dia telah melanggar pilar epistemology ilmu ekonomi, utamanya pilar "moral".


Bahwa ternyata tes logika secara eksplisit khusus bagi calon mahasiswa Fakultas Ekonomi itu diperlukan, untuk memperkuat pilar logika mereka. sayangnya test logika secara eksplisit tersebut berhenti setelah dianggap sudah implisit dalam senioritas mahasiswa pelanggar pilar "moral".


Bahwa ternyata pertanggungjawaban dalam "fiksi" seorang ekonom crucial; dan karena pertanggungjawaban yang sulit dibantah adalah pertanggungjawaban kuantitatif, itulah sebabnya mahasiswa fakultas ekonomi harus mendalami kuantitatif, seperti matematika, statistika, dan ekonometrika. 

Bahwa meskipun dalam dunia ilmu ekonomi tidak ada "malpraktek" seperti dalam dunia ilmu kedokteran, misalnya, ternyata pertanggungjawaban seorang ekonom lebih berat, karena pertanggungjawaban itu sedalam harga dirinya. Sekali ekonom gagal mempertanggungjawabkan "fiksi" nya, dia jatuh ke lembah "ASBUN dan ASTUL".

Pendidikan intelektual mahasiswa di fakultas ekonomi diharapkan akan menghasilkan ekonom-ekonom yang intektual.

Referensi :

1.http://www.importanceofphilosophy.com/Epistemology_Main.html

2.http://plato.stanford.edu/entries/epistemology


Editor: Aam Purnama

Komentar Anda

Berita Terkini