Bersatunya Generasi Muda NU dan Muhammadiyah'' Pasangan AMIN Bagian SOLUSI KEBANGSAAN

/ 5 September 2023 / 9/05/2023 08:43:00 PM


 Bogor.policewatch.news: Tinjauan politis ideologis.

Oleh: Hanafi Tasra

PEMASANGAN  Anies Rasyid Baswedan (ARB) dengan Abdul Muhaimin Iskandar (Imin) yang disingkat AMIN  sebagai Capres dan Cawapres dalam pilpres 2024 mendatang, sepatutnyalah disikapi oleh semua warga bangsa dengan optimisme yang sangat tinggi.

Mengapa ? Karena pasangan ini potensial membawa kebaikan bagi perjalanan bangsa ini ke depan, baik secara politis jangka pendek, maupun secara ideologis jangka panjang.


*Tinjauan Politis*


Secara politis, kalkulasi elektabilitas Anies pada pilpres 2024,  sebagaimana diprediksi oleh para analis politik, dan sesuai pula dengan harapan kaum muslimin garis lurus (Istiqamah), pasangan AMIN ini, dengan seizin Allah Ta'ala  akan memenangkan kontestasi.

Tanpa mengada-ada, dan bukan tanpa alasan, secara common sense kita menyaksikan betapa dimana mana, di seluruh tanah air yang didatanginya, Anies beroleh dukungan yang sangat luas dan kuat dari seluruh lapisan  masyarakat: tua dan muda, pria dan wanita, bahkan remaja dan pemuda (generasi Z).

Semua menyatakan kerinduannya akan perubahan di negeri ini, dimana yang akan menjadi Presidennya adalah Anies Rasyid Baswedan.

Demikian kuatnya tarikan magnit tokoh ARB ini, maka masyarakat pendukungnya  tidak lagi mempersoalkan siapa yang akan dipilih beliau sebagai cawapresnya. Bagi mereka, nampaknya, yang penting adalah Anies di tahun 2024  ber "tahta" di istana negara.

Begitu sentralnya ketokohan Anies di mata mereka.

Alhamdulillah, ARB sudah menetapkan Cak Imin sebagai cawapresnya, dan dideklarasikan pada hari sabtu, 2 September 2023 yang lalu di kota Surabaya.

Pilihan ARB terhadap Cak Imin ini, oleh banyak kalangan dinilai sebagai pilihan cerdas, karena dengan strategi begitu, pasangan AMIN diprediksi akan mendulang suara yang cukup signifikan dari pemilih Nahdhiyin (NU) di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dua propinsi yang ditengarai merupakan celah kelemahan Anies.

Oleh karenanya, sekali lagi pilihan kepada Cak Imin, yang Ketum PKB ini, adalah pilihan strategis, mengingat kedua propinsi ini menjadi kunci dalam konteks pemenangan pilpres.

           Tinjauan ideologis

Sekalipun kedua insan capres n cawapres ini berasal dari latar belakang organisasional dan aliran politik yang berbeda, namun secara ideologis mereka punya kesamaan. Sama2 ingin memperjuangkan tegaknya prinsip ajaran Islam dalam kehidupan  bermasyarakat. Perbedaan mereka selama ini, hanyalah pada ranah furu'iyyah, bukan pada ranah ushuliyyah. Pada wilayah cabang, bukan pada wilayah pokok. Pada style, dan bukan pada prinsip.

Oleh karena itu, wajar kalau kita punya ekspektasi bahwa,  disandingkannya Cak Imin kepada Anies, akan memberi efek besar kepada penyatuan ummat secara keseluruhan.

Pada level masyarakat, bersatunya generasi pewaris Masyumi dengan pewaris Nahdhatul Ulama. Di level aliran, bersatunya aliran modernis dengan aliran tradisionalis. Di level mahasiswa, menyatunya HMI, PMII dan IMM. Di level pelajar, menyatunya PII, IPNU dan IPM. Di level pemuda, menyatunya GPI, Pemuda Muhammadiyah dan GP Anshor. Di level emak emak, menyatunya 'Aisyiah dengan Muslimat.

Alangkah indah dan megahnya bangunan umat Islam, jika ini terjadi, dan memang semestinya terjadi. (Baca QS Ali 'Imran/3: 102,103)

Sangat boleh jadi, cara pandang yang pessimistik dalam melihat persoalan, barangkali menganggap ekspektasi diatas sebagai sesuatu yang utopis. Tetapi sesungguhnya ia tidak akan menjadi utopis, manakala kesadaran kita semua ditarik ke maqam (level) kesadaran yang paling tinggi, yakni pengalaman historis, bersatunya kaum muhajirin dan kaum anshar di madinah, dengan pimpinan tertingginya, Nabi Muhammad Saw.(baca QS al Hasyar/59: 9).

Dan bila kita tarik lagi ke tingkat kesadaran kebangsaan kita, maka kita akan dapati persatuan kaum muslimin dibawah partai politik Islam *Masyumi* di awal kemerdekaan RI, sebagai hasil Muktamar Umat Islam yang berlangsung selama 2 hari di Jogyakarta, tanggal 1 - 2 zulhijjah 1364, bertepatan dengan 7 - 8 November 1945. Dimana ketika itu, semua sepakat untuk menjadikan Masyumi sebagai saluran  aspirasi politik kaum muslimin.

Dengan demikian berarti secara empirik sudah dibuktikan oleh sejarah bahwa, kaum muslimin itu, sesungguhnya bisa bersatu (baca QS al Hujurat/49: 10)

What's next ?

Manakala kaum muslimin sudah bersatu dalam suatu sikap politis yang sama, maka ada banyak hal yang semestinya bisa dilakukan untuk menjalankan fungsi kekhalifahan kita di bumi Indonesia tercinta ini. Dan agar persatuan itu, tetap langgeng, maka banyak hal yang perlu diperhatikan.

Salah satu diantaranya adalah,  mengenyampingkan ego sektoral, atau *ananiyyah.*

Ananiyyah ini adalah semacam penyakit pribadi dan sosial, yang kalau dibiarkan berjangkit, bisa merusak sendi-sendi ukhuwah Islamiyah yang sudah dengan susah payah dibangun.

Kita berharap, bersandingnya  Anies dengan Càk Imin ini, menjadi sebuah titik awal bagi dimulainya kembali kerja dan gerakan (amal shaleh) menyatukan hati kaum muslimin secara menyeluruh yg pernah dirintis oleh para pendahulu kita, menuju ke pelaksanaan ajaran Islam secara menyeluruh pula, yang dalam al Quran disebut *kaffah* (baca QS al Baqarah/2: 208 ).Amin Allahumma Amin   (Redaksi Mpp)



Komentar Anda

Berita Terkini