Policewatch-Lombok Tengah
Desas-desus mengenai pengusiran wisatawan di destinasi wisata Benang Stokel dan Benang Kelambu berhembus kencang. Ketua Pengelola, H. Humaidi, menegaskan bahwa tuduhan tersebut merupakan fitnah dan kebohongan besar. H. Humaidi, bersama warga sekitar, mengungkapkan kronologi kejadian sebenarnya dan menjelaskan sistem rotasi warung yang menjadi inti permasalahan.
"Tiket masuk lokal Rp5.000, mancanegara Rp10.000. Untuk sewa tempat makan di dalam belum kita pungut, karena belum merata. Itu tujuannya, kalau ada tamu harus dirotasi, ada pembagian biar bisa bayar retribusi. Tapi, yang dari travel nggak setuju, jadi kesepakatan tahun 2024 sama pedagang kuliner nggak bisa berjalan sampai hari ini. Bahkan, dengan adanya aturan ini, dijadikan keberatan dan permasalahan," ungkap H. Humaidi.rabu 07/05/2025
Ia juga menepis klaim bahwa tour guide yang menolak sistem rotasi diusir. "Sistem rotasi bukan untuk memaksa wisatawan makan di tempat tertentu. Ini demi keadilan ekonomi bagi para pedagang lokal. Wisatawan bebas memilih mau makan atau tidak, mau menggunakan jasa guide lokal atau tidak. Itu hak mereka sepenuhnya," tegasnya.
H. Humaidi menyatakan bahwa sistem rotasi telah dilakukan selama dua minggu dan mendapat dukungan dari UMKM kuliner lokal. "Hanya satu yang maju, RM Nirmala. Yang ikut sebagai anggota Sapana (Sahabat Pariwisata Nusantara) itu pendapatan setiap hari melebihi dari tiket masuk dan parkir. Satu grup bayar maksimal Rp1 juta sampai Rp2 juta, karena travel, supir yang ikut sebagai anggota atau pengurus Sapana diwajibkan belanja di RM Nirmala. Pernah dulu, kita minta retribusi, katanya dia pegang surat hibah tempat rumah makan yang diberikan sama Bapak H. Kadir," jelas H. Humaidi.
Lebih lanjut, H. Humaidi menjabarkan rincian pelaku usaha dan guide lokal yang tergabung dalam pengelolaan wisata tersebut:
- Jumlah pengusaha kuliner di pintu masuk gerbang Geopak: 13
- Di tengah: 8
- Areal Benang Kelambu: 13
- Jumlah guide lokal yang aktif: 75, yang jualan: 40, sama yang di luar kawasan
- Ojek: 90, ongkos ojek PP Rp30.000. Jasa guide lokal Rp50.000 untuk rombongan 15 sampai 20 orang, menggunakan jasa guide lokal dua orang, ini untuk mengantisipasi kalau ada kecelakaan, dan pertanyaan tamu tentang Geopak, cagar biosfir, kearifan lokal, budaya, konservasi, flora, fauna. Ini dampingi sampai setengah hari, bahkan seharian bagi tamu yang mengunjungi 4 lokasi air terjun, Benang Stokel, dan Benang Kelambu, turun naik bukit, melewati sungai. Dan tidak ada pemaksaan untuk diharuskan menggunakan guide lokal.
"Nah ini yang jadi dipermasalahkan guide lokal oleh travel, agen pengusaha travel, keinginan supaya guide travel yang langsung bawa tamu langsung tanpa menggunakan guide lokal. Kita ada aturan yang sama, kita sepakat, kecuali tamu Rusia, Jerman, Jepang yang nggak bisa bahasa Inggris, diperbolehkan guide travel untuk mendampingi," tegas H. Humaidi.
H. Humaidi menjelaskan bahwa retribusi hanya diperoleh dari tiket masuk dan parkir. "Warung makan, usaha kuliner, ojek, guide lokal belum bisa ditarik retribusi," jelasnya.
Terkait bagi hasil dari pengelolaan pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam, H. Humaidi mengungkapkan bahwa 20% disetok tiap bulan melalui KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan). "5% untuk kabupaten yang disetorkan melalui Dinas Pariwisata Lombok Tengah. Namun, Bupati tidak terima pada waktu itu, terlalu kecil karena yang punya wilayah dan setoran dinaikkan menjadi 10%, PNBP 64," jelasnya.
Sisanya digunakan untuk gaji karyawan, petugas kebersihan, dan perbaikan tutup H Humaidi.
Jurnalis
Mamen