Kepala Disporapar Jateng : Peran Pemerintah Dalam Memberikan Porsi Peran Pemuda Lebih Dominan

/ 19 Agustus 2019 / 8/19/2019 08:50:00 AM
Reporter : M. Taufiq.Sapta
Dari kiri : Dr.PrihatinTiyanto PH, Untang Semarang, KepalaDisporapar Prov. Jateng,
SinungNugrohoRachmadi, Komisi A DPRD ProvJateng, Dr. Bambang Joyo Supeno. Foto: M.
Taufiq.Sapta

Semarang ( PoliceWatch.News )- Tahun 1945 silam Indonesia memproklamasikan Kemerdekaannya, Teks yang di bacakan Ir.Soekarno dengan lantang itu, menandai langkah awal Indonesia sebagai sebuah bangsa yang merdeka .

Setelah berates tahun dijajah, NKRI berdiri dengan semangat berkorban kerajaan kerajaan yang mampu dipersatukan oleh pendiri bangsa dengan tujuan menjadi Negara besar yang adil dan makmur serta beradab.

Semangat kesatuan yang di usung pada awal berdiri Negara Indonesia, ibarat obor penyemangat yang menjadi landasan perjuangan orang orang masa itu. Mengenal perbedaan agama, golongan apaupun,geografis masing masing daerah memberontak atas kesamaan diri tak ingin di jajah lagi.

Atas dasar kesamaan itu hadir sebuah konsep kebangsaan dalam diri orang orang masa itu, sama halnya dengan generasi milenial sebagai Warga Negara Indonesia yang memiliki hak serta kewajiban sama dengan warga Negara dari generasi lainnya. Generasi Milenial pun sudah melakukan hal untuk jamannya.

Negara harus berani tampil secara kontekstual dengan pendekatan pendekatan yang kekinian agar nilai nilai pancasila ,nasionalisme, patriotisme rasa keIndonesiaan generasi milenial tetap terpatri. Bagaimana sebenarnya eksistensi nilai nilai nasionalisme dan patriotisme, benarkah nasionalisme bahkan nilai nilai pancasila dari generasi milenial semakin menurun ? sesungguhnya harapan itu berlangsung sebuah bangsa kemudian teraktualkan potensinya secara baik serta memiliki ketahanan yang cukup demi kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk didalamnya adalah ketahanan ideologi.

Ketika kehidupan ini semakin terbuka tentu perlu redivinisi terkait nasionalisme. Semangat patriotism tanpa menghilangkan pondasi kecintaan kita terhadap tanah air dan juga kesempatan dedikasi seluruh bangsa khususnya anak anak untuk mencurahkan energinya untuk kebaikan agar bisa terus memiliki ide, gagasan yang maju, serta perkembangan teknologi dan globalisasi dengan memberikan negeri ini.

Anggota Komisi A DPRD Prov jateng, DR. Bambang Joyo Supeno mengatakan, generasi milenial sekarang ini apakah sudah mempertahankan nilai nilai patriotisme apa belum ? dan pentingnya pendekatan untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan patriotism kepada generasi milenial,” ucapnya.

Menurut Bambang, seiring perkembangan zaman yang modern ini generasi milenial bakal terus maju dan bisa mengubah karakter ide, perilaku patriotisme, harapan kami para pemuda berinovatif dengan memberikan konsep berfikir yang serdas,” paparnya, saat menjadi narasumber pada acara Dialog bersamaParlemenJawa Tengah yang di disiarkan langsung MNC Trijaya FM dengan tema Nasionalisme Patriotisme Era Milenial di ruangbahana hotel Noormans, jalanTeuku Umar nomor 27 Kota Semarang, Rabu ( 14/8/2019 ).

Sementara itu Kepala Disporapar Prov jateng, Sinoeng Nugraha Rachmadi, mengungkapkan, Dalam meningkatkan semangat nasionalisme di kalangan milenial, peran pemerintah memberikan porsiperan pemuda lebih dominan dalam melaksanakan program program yang ada.

Karena 23,8 persen dari jumlah penduduk Jateng adalah kaum muda atau kaum milenial. Sekitar 8,5juta penduduk jateng (23,8 persen) adalah di dominasi usia muda. Menurut Sinoeng kondisi yang demikian merupakan sebuah modal untuk menanamkan nilai nilai nasionalisme kebangsaan dalam setiap program kegiatan yang melibatkan kaum muda.

Menurutnya dalams etiap program yang di jalankan bersama kaum milenial atau kaum muda kegiatan kepemudaan,olah raga dan pariwisata sifatnya kemitraan, artinya sekarang ini mengalami pergeseran system yaitu Learning by doing, maksudnya sadar atau tidak kaum muda mengadakan musyawarah sesuai kebutuhan mereka,” pungkasnya.

Pada Kesempatan yang sama Dr. Prihatin Tiyanto Agung Hutomo dari Untag Semarang, memaparkan,dalam pemahaman implementasi Pancasila dilapangan terdapat ketimpangan misalnya walaupun orang desa tidak memahami teori tentang pancasila namun sudah di implementasikan dalam kehidupan seharihari, itu kondisi dilapangan, beda dengan orang kota yang selalu mengejar teori maksudnya yang memiliki pendidikan,” paparnya.

Menurut Prihatin pemahaman yang diterima sepenggal sepenggal masyarakat yang kurang paham nilai nilai pancasila, dianggapnya itu semua benaritu yang menjadi persoalan di lapangan,” pungkasnya.
Komentar Anda

Berita Terkini