Spirit Hijrah, Spirit Menuju Pribadi Yang Lebih Baik

/ 12 Oktober 2019 / 10/12/2019 01:55:00 AM


(Kabiro Media POLICEWATCH News Garut)

Media POLICEWATCH News– Dalam al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk bekerja, sebab dengan bekerja inilah manusia mempunyai nilai. Hal ini dijelaskan dalam firman-Nya yang termaktub dalam QS. At-Taubah : 105
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan katakanlah:”Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat perkerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang kamu kerjakan”. (QS. 9:105)
Imam al-Razi dalam kitab Mafaatiihul Ghaib hal. 192 menjelaskan bahwa ayat ini memiliki dua dimensi, yaitu dimensi targhib (dorongan atau motivasi) dan dimensi tarhib (ancaman).

Dimensi targhib
Dimensi ini terdapat pada kalimat “Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat perkerjaanmu itu”. Kalimat ini mengandung asas akuntabilitas dan transparansi, karena diawasi berarti pelaksanaan sebuah pekerjaan itu harus akuntabel (bias dipertanggung jawabkan), asas transparansi karena dilihat oleh Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin, berarti dalam dimensi targhib, perbuatan manusia baik di dunia akan menghasilkan sebuah apresiasi atau penghargaan oleh sebab terwujudnya kepuasan masyarakat, sedangkan di akhirat akan memperoleh ganjaran pahala yang berlipat ganda.
Ada satu kisah yang dinukilkan dalam kitab al-Qira’ah al-Rasyidah Jilid 4 hal. 12 karya Syeikh Abdul Fattah Shobri dan Syekh Ali Umar, disana dicatatkan ada satu kata mutiara penuh hikmah yang diucapkan oleh seorang petani tua tatkala menjawab pertanyaan seorang raja yang melihat dirinya sedang menanam sebuah pohon yang dalam benak raja tak mungkin petani tua itu bisa memakan dan menikmati hasil (buah) dari pohon yang baru saja ditanamnya. Kata mutiara tersebut adalah :

“Qad gharasa man qablana faakalna, wa naghrisu nahnu liya’kula man ba’dana”
(orang-orang sebelum kita telah menanam pohon, tapi kitalah yang memakan hasil (buahnya) saat ini dan jika saat kita menanam pohon hanya satu tujuannya yaitu untuk dinikmati hasilnya oleh orang-orang atau generasi yang hidup setelah kita).
Ucapan penuh makna dari seorang petani tua itu mengajarkan kepada kita semua bahwa dalam bekerja, prinsip utama yang harus ditanam adalah prinsip memberikan manfaat kepada orang lain. Apapun profesi yang kita geluti, apalagi sebagi seorang guru, jika bekerja sesuai dengan tupoksi kita, maka yang akan lahir adalah pelayan prima kepada masyarakat dan yang harus disadari bahwa pada saat yang sama kita sedang memberi manfaat kepada diri kita sendiri.

Dimensi tarhib
Dimensi ini terdapat pada kalimat lanjutannya “dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata”.
Imam Mujahid dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir menegaskan bahwa kalimat ini adalah ancaman dari Allah SWT terhadap orang-orang yang menyalahi perintah-Nya, menentang kebenaran dari-Nya. Dalam melaksanakan tugas apapun, tidak boleh menyalahgunakan wewenang yang kita miliki, terlebih berbuat zhalim kepada masyarakat yang semestinya dilayani dengan sebaik-baiknya.
Peristiwa aktual yang sering terjadi adalah adanya praktik pungli yang dilakukan oleh oknum yang bekerja di hampir semua sektor bidang pekerjaan. Pungli hanya akan membuat masyarakat menderita, kesulitan dan kepahitan, hingga pada akhirnya pelaku praktik pungli akan menerima balasan dari apa yang telah dilakukannya, di dunia hidup dalam kehinaan dan di akhirat kelak dinantikan dengan kepedihan dan siksaan.
Diakhir ayat 105 surat at-Taubah disebutkan
فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Ujung ayat ini menyimpulkan bahwa dengan memahami secara benar QS. At Taubah : 105, maka akan muncul setidaknya dua sikap dalam diri kita :

Kesadaran akan makna hidup yang Allah jatahkan kepada kita, menjadikan aktifitas bekerja kita sebagai lahan dan sarana untuk menebar benih amal-amal shalih
Meyakini konsekwensi dari setiap perbuatan yang kita lakukan pasti ada balasannya kelak. Ingatlah selalu bahwa ada hidup setelah mati dan ada akhirat sesudah dunia.
QS. At Taubah : 105 mengajarkan kita cara menuju tujuan mulia, jika setiap kita berusaha menanamkan kedua sikap ini, maka spirit menuju pribadi yang lebih baik insya Allah akan dapat diwujudkan. mampu mendorong kita untuk bisa menjadi pribadi yang terus berusaha berbuat baik dan menebar kebaikan.

Penulis : Dede Rahmat Taopik, S,Pd.I 
Komentar Anda

Berita Terkini