Tenor amin Susanto |
Red, POLICEWATCH,- Ittabi ’uu ma laa yas-alukum ajrow wa hum muhtaduun Ikutilah
orang yang tiada minta balasan kepadamu, dan mereka adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk (QS. Yasin: 21)
Manusia di ciptakan di alam semesta ini sebagai makluk yang paling sempurna ,dari
semua makluk yang Allah SWT Ciptakan, kita hidup di dunia hanya sementara, maka dari itu jadilah
manusia yang berguna. "Jadilah manusia yang beriman,ikhlas,mukhlis dan
mutaqin,"
pengabdian ikhlas tanpa pamrih untuk semua bentuk kehidupan
di alam semesta, Tanpa kecuali, memgabdikan keberadaannya dalam patuh
menyeluruh, manusia seharusnya lebih dapat berada dalam fungsi ikhlas
kepatuhannya untuk kehidupan dan alam semesta, Itulah yang maksud kebajikan
sesungguhnya..
Pencapaian kualitas tertinggi dari manusia adalah kualiatas
pengabdian ikhlas dirinya pada tumbuh kembang Kedalam sifat- sifat ke-Tuhan-an
dalam diri yang akan mempertebal iman dan ketaqwaan, Dimana nurani mengabdi
pada kehidupan, Menjadikan dirinya manusia berguna
Dua kutub keikhlasan yang bertemu, mental yang kuat saat
terjun di masyarakat. ENERGI IKHLAS Ikhlas tidak menjadikan seseorang loyo.
Jiwa keikhlasan membuat orang bekerja tanpa pamrih.
Dengan kerja tanpa pamrih, seseorang akan mengeluarkan
energinya dengan maksimal tanpa berpikir terlebih dahulu apa yang akan ia
dapatkan dari hasil kerjanya.
Mental untuk bekerja keras tanpa disuruh terlebih dahulu
inilah yang perlu kita serap dari energi ikhlas yang memancar.
Dengan demikian, energi dan kekuatan yang terpancar akan
menjadi kuat dan maksimal, Mentalitas mau kerja hanya kalau ada upah ataupun
mau kerja kalau disuruh nampaknya mulai menggejala di berbagai organisasi, baik
pemerintah maupun swasta.
Dalam beberapa kesempatan berbincang dengan pimpinan
perusahaan dan organisasi, salah satu yang mereka diskusikan adalah bagaimana
membuat para pekerja bisa mengambil inisiatif untuk melaksanakan suatu kegiatan
tanpa menunggu perintah terlebih dahulu.
Berbagai cara telah mereka lakukan, tetapi nampaknya bukan
perkara mudah membuat para pekerja mereka menjadi kreatif.
Ditambah lagi, banyak pekerja yang selalu saja terlebih
dahulu bertanya: ”Ini saya dapat apa kalau kerja?”, sehingga banyak kegiatan
yang menjadi tersendat.
Mentalitas ikhlas adalah saat seseorang dengan
sungguh-sungguh bekerja, memikirkan kontribusi apa yang bisa ia berikan untuk
organisasi, masyarakat, dan bangsa secara keseluruhan, tanpa terlebih dahulu
memikirkan apa yang ia dapatkan.
Ia yakin bahwa dengan
kesungguhan dan kerja keras yang ia berikan, ia akan mendapatkan ganjaran dan
pahala dari Tuhan yang jauh lebih besar. Jika kita bekerja dengan ikhlas, maka
energi kreatif yang bisa kita berikan tidak akan pernah habis.
Inovasi dan kreativitas itu seakan terus mengalir karena
memang tidak dibatasi oleh pamrih apapun.
Kita berpikir,
bekerja, dan berusaha sebagai sebuah perwujudan pengabdian sebagai hamba Tuhan
dan karenanya mesti mengeluarkan semua upaya dengan sebaik-baiknya. Dengan
dasar keikhlasan inilah semestinya kita bekerja.
Tidak lagi sekedar mengharapkan ”imbalan” duniawi, tetapi
sudah melampaui itu semua, sehingga semua energi duniawi ini bisa kita curahkan
sepenuh hati. Hasilnya saya yakin akan jauh lebih berhasil dibandingkan dengan
orang-orang yang bekerja setengah hati, karena menimbang-nimbang berapa upah
yang akan dia terima.
Ikhlas, dengan demikian akan memfokuskan energi kita dalam
bekerja sehingga bisa mengeluarkan hasil kerja yang maksimal.
IKHLAS MEMBERSIHKAN HATI Ikhlas adalah bentuk kepasrahan
total, tidak berharap, membersihkan diri dari rasa pamrih.
Karenanya, bentuk ikhlas adalah menerima apapun pemberian
Tuhan, betapapun kita anggap buruk dan tidak sesuai harapan. Kita mengikhlaskan
segala bentuk peristiwa agar jiwa dan pikiran kita tetap jernih. Ikhlas juga
mengajarkan kita agar rendah hati dan tidak sombong, Karena di dunia ini tidak
ada yang perlu disombongkan dari diri kita masing-masing.
Semua yang ada di dunia ini adalah sementara, sehingga
masing-masing kita perlu mempersiapkan diri untuk bekal di hari nanti. Beberapa
sikap yang mengganggu keikhlasan, di antaranya adalah riya, yaitu bekerja untuk
dilihat dan dipuji orang.
Orang mengerjakan
sesuatu bukan bagaimana kerja itu bisa mengembangkan diri dan bermanfaat buat
lingkungannya, tetapi bagaimana agar bisa dipuji orang. Popularitas menjadi
tujuan utama, walaupun kadang tidak berjalan lurus dengan kualitas yang
dimilikinya.
Orang yang bekerja
tanpa ikhlas, maka pekerjaannya hanya cenderung dilakukan sebagai ”asal
dikerjakan”, ataupun ”asal keluar dari kewajiban”. Tidak ada ”ruh” yang
menggerakkan kerja itu sehingga hasilnyapun juga asal-asalan.
Sebaliknya, keikhlasan akan membuat orang bekerja keras,
baik di tempat sepi ataupun di tempat ramai, baik orang melihat apa yang
dikerjakan ataupun tidak. Selain riya, sikap lain yang mengganggu keikhlasan
adalah apa yang disebut ujub, yaitu kebanggaan diri secara berlebihan.
Kebanggaan diri secara berlebihan akan mengganggu keikhlasan
seseorang karena tujuan bekerja hanya untuk membanggakan diri di hadapan orang
lain. Karena itulah, sikap ikhlas ini penting agar saat bekerja tidak
mengharapkan apa-apa selain pahala dan ridha Allah.
Dengan demikian, kita tidak terjebak bekerja Asal Bapak
Senang (ABS), bekerja hanya jika dilihat orang, ataupun bekerja sekedar mencari
popularitas. Tetapi bagaimana kita bekerja sekuat tenaga, mengembangkan semua
potensi kita sebagai manusia, sebagai perwujudan kehambaan dan tanggung jawab
kita sebagai khalifah di muka bumi ini.
Semoga kita termasuk orang-orang yang ikhlas dan terhindar
dari sikap riya dan ujub (membanggakan diri secara berlebihan)***
By : Tenor Amin Susanto
Sebuah tugas yang tanfa pamrih, ikhlas.
yakinlah Allah akan memberikan mujizat, rahmat & pahala & barokah,nya.
Manusia bisa berbuat amal dari segi apa saja.
Berbahagialah bawha kita termasuk orang² yang baik, berbudi & bersosialita. Kita termasuk orang² yang di berkati allah.