Keikhlasan Hati Membentuk Pengabdian Tanpa Pamrih

/ 4 Januari 2020 / 1/04/2020 08:15:00 PM
Tenor amin Susanto



Red, POLICEWATCH,-  Ittabi ’uu ma laa yas-alukum ajrow wa hum muhtaduun Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu, dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. Yasin: 21)

Manusia di ciptakan di alam semesta ini  sebagai makluk yang paling sempurna ,dari semua makluk yang Allah SWT Ciptakan, kita hidup di dunia hanya sementara, maka dari itu jadilah manusia yang berguna. "Jadilah manusia yang beriman,ikhlas,mukhlis dan mutaqin,"

pengabdian ikhlas tanpa pamrih untuk semua bentuk kehidupan di alam semesta, Tanpa kecuali, memgabdikan keberadaannya dalam patuh menyeluruh, manusia seharusnya lebih dapat berada dalam fungsi ikhlas kepatuhannya untuk kehidupan dan alam semesta, Itulah yang maksud kebajikan sesungguhnya..

Pencapaian kualitas tertinggi dari manusia adalah kualiatas pengabdian ikhlas dirinya pada tumbuh kembang Kedalam sifat- sifat ke-Tuhan-an dalam diri yang akan mempertebal iman dan ketaqwaan, Dimana nurani mengabdi pada kehidupan, Menjadikan dirinya manusia berguna

Dua kutub keikhlasan yang bertemu, mental yang kuat saat terjun di masyarakat. ENERGI IKHLAS Ikhlas tidak menjadikan seseorang loyo. Jiwa keikhlasan membuat orang bekerja tanpa pamrih.

Dengan kerja tanpa pamrih, seseorang akan mengeluarkan energinya dengan maksimal tanpa berpikir terlebih dahulu apa yang akan ia dapatkan dari hasil kerjanya.

Mental untuk bekerja keras tanpa disuruh terlebih dahulu inilah yang perlu kita serap dari energi ikhlas yang memancar.

Dengan demikian, energi dan kekuatan yang terpancar akan menjadi kuat dan maksimal, Mentalitas mau kerja hanya kalau ada upah ataupun mau kerja kalau disuruh nampaknya mulai menggejala di berbagai organisasi, baik pemerintah maupun swasta.


Dalam beberapa kesempatan berbincang dengan pimpinan perusahaan dan organisasi, salah satu yang mereka diskusikan adalah bagaimana membuat para pekerja bisa mengambil inisiatif untuk melaksanakan suatu kegiatan tanpa menunggu perintah terlebih dahulu.

Berbagai cara telah mereka lakukan, tetapi nampaknya bukan perkara mudah membuat para pekerja mereka menjadi kreatif.

Ditambah lagi, banyak pekerja yang selalu saja terlebih dahulu bertanya: ”Ini saya dapat apa kalau kerja?”, sehingga banyak kegiatan yang menjadi tersendat.

Mentalitas ikhlas adalah saat seseorang dengan sungguh-sungguh bekerja, memikirkan kontribusi apa yang bisa ia berikan untuk organisasi, masyarakat, dan bangsa secara keseluruhan, tanpa terlebih dahulu memikirkan apa yang ia dapatkan.

 Ia yakin bahwa dengan kesungguhan dan kerja keras yang ia berikan, ia akan mendapatkan ganjaran dan pahala dari Tuhan yang jauh lebih besar. Jika kita bekerja dengan ikhlas, maka energi kreatif yang bisa kita berikan tidak akan pernah habis.

Inovasi dan kreativitas itu seakan terus mengalir karena memang tidak dibatasi oleh pamrih apapun.

 Kita berpikir, bekerja, dan berusaha sebagai sebuah perwujudan pengabdian sebagai hamba Tuhan dan karenanya mesti mengeluarkan semua upaya dengan sebaik-baiknya. Dengan dasar keikhlasan inilah semestinya kita bekerja.

Tidak lagi sekedar mengharapkan ”imbalan” duniawi, tetapi sudah melampaui itu semua, sehingga semua energi duniawi ini bisa kita curahkan sepenuh hati. Hasilnya saya yakin akan jauh lebih berhasil dibandingkan dengan orang-orang yang bekerja setengah hati, karena menimbang-nimbang berapa upah yang akan dia terima.

Ikhlas, dengan demikian akan memfokuskan energi kita dalam bekerja sehingga bisa mengeluarkan hasil kerja yang maksimal.

IKHLAS MEMBERSIHKAN HATI Ikhlas adalah bentuk kepasrahan total, tidak berharap, membersihkan diri dari rasa pamrih.

Karenanya, bentuk ikhlas adalah menerima apapun pemberian Tuhan, betapapun kita anggap buruk dan tidak sesuai harapan. Kita mengikhlaskan segala bentuk peristiwa agar jiwa dan pikiran kita tetap jernih. Ikhlas juga mengajarkan kita agar rendah hati dan tidak sombong, Karena di dunia ini tidak ada yang perlu disombongkan dari diri kita masing-masing.

Semua yang ada di dunia ini adalah sementara, sehingga masing-masing kita perlu mempersiapkan diri untuk bekal di hari nanti. Beberapa sikap yang mengganggu keikhlasan, di antaranya adalah riya, yaitu bekerja untuk dilihat dan dipuji orang.

 Orang mengerjakan sesuatu bukan bagaimana kerja itu bisa mengembangkan diri dan bermanfaat buat lingkungannya, tetapi bagaimana agar bisa dipuji orang. Popularitas menjadi tujuan utama, walaupun kadang tidak berjalan lurus dengan kualitas yang dimilikinya.

 Orang yang bekerja tanpa ikhlas, maka pekerjaannya hanya cenderung dilakukan sebagai ”asal dikerjakan”, ataupun ”asal keluar dari kewajiban”. Tidak ada ”ruh” yang menggerakkan kerja itu sehingga hasilnyapun juga asal-asalan.

Sebaliknya, keikhlasan akan membuat orang bekerja keras, baik di tempat sepi ataupun di tempat ramai, baik orang melihat apa yang dikerjakan ataupun tidak. Selain riya, sikap lain yang mengganggu keikhlasan adalah apa yang disebut ujub, yaitu kebanggaan diri secara berlebihan.

Kebanggaan diri secara berlebihan akan mengganggu keikhlasan seseorang karena tujuan bekerja hanya untuk membanggakan diri di hadapan orang lain. Karena itulah, sikap ikhlas ini penting agar saat bekerja tidak mengharapkan apa-apa selain pahala dan ridha Allah.

Dengan demikian, kita tidak terjebak bekerja Asal Bapak Senang (ABS), bekerja hanya jika dilihat orang, ataupun bekerja sekedar mencari popularitas. Tetapi bagaimana kita bekerja sekuat tenaga, mengembangkan semua potensi kita sebagai manusia, sebagai perwujudan kehambaan dan tanggung jawab kita sebagai khalifah di muka bumi ini.

Semoga kita termasuk orang-orang yang ikhlas dan terhindar dari sikap riya dan ujub (membanggakan diri secara berlebihan)***
By : Tenor Amin Susanto

Komentar Anda

Sebuah tugas yang tanfa pamrih, ikhlas.
yakinlah Allah akan memberikan mujizat, rahmat & pahala & barokah,nya.
Manusia bisa berbuat amal dari segi apa saja.
Berbahagialah bawha kita termasuk orang² yang baik, berbudi & bersosialita. Kita termasuk orang² yang di berkati allah.

Berita Terkini