Ka.Perwil Banten
Red, policewatch.news,_ Kasus bermula ketika Dini diduga menampar siswa kelas XII, Indra Lutfiana Putra (17), setelah siswa itu ketahuan merokok di lingkungan sekolah. Tak terima dengan perlakuan tersebut, orang tua Indra kemudian melaporkan Dini ke pihak kepolisian,
Sementara itu Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga Kabupaten Lebak, Banten, Dini Fatria, dinonaktifkan oleh pemerintah daerah setelah diduga melakukan tindakan kekerasan terhadap salah satu siswa yang memicu aksi mogok belajar massal.
Ratusan siswa diwartakan beberapa awak media sempat menolak mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) sejak Senin (13/10) sebagai bentuk protes atas tindakan tersebut, Sebanyak 630 siswa SMAN 1 Cimarga mogok mengikuti kegiatan belajar selama dua hari. Namun, pada Rabu (15/10), seluruh siswa telah kembali masuk sekolah dan mengikuti KBM seperti biasa.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 1 Cimarga, Dhea, menjelaskan bahwa meskipun sempat mogok, sekolah tetap memberikan pembelajaran secara daring agar hak belajar siswa tetap terpenuhi.
Dhea mengatakan, keputusan untuk melanjutkan pembelajaran secara daring diambil setelah pihak sekolah melakukan rapat internal dan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Banten.
“Ketika aksi mogok terjadi, kami sepakat memberikan pembelajaran daring dari Senin sampai Selasa agar siswa tetap bisa belajar,” tutur Dhea.
Kembalinya para siswa ke sekolah terjadi setelah adanya dialog antara perwakilan siswa, pihak sekolah, dan Dindikbud Banten. Dalam pertemuan tersebut, pemerintah daerah memutuskan untuk menonaktifkan Kepala Sekolah Dini Fatria sementara waktu dan menugaskan pelaksana harian (Plh) kepala sekolah baru.
“Kami sudah membuat pakta integritas untuk tidak mengedepankan kekerasan dan lebih memilih jalan diskusi. Siswa kembali bersekolah setelah dijamin tidak ada lagi kekerasan di sekolah,” ujar Dhea.
Keputusan itu disambut baik oleh para siswa, yang akhirnya sepakat untuk menghentikan aksi mogok dan kembali mengikuti kegiatan belajar.
VERSI SISWA DAN KLARIFIKASI KEPALA SEKOLAH
Dalam kesaksiannya, Indra menjelaskan bahwa ia ditegur oleh kepala sekolah setelah ketahuan merokok di warung dekat sekolah. , Ia mengaku sempat membuang rokoknya, namun kemudian diminta mencari puntungnya kembali. Karena tidak menemukannya, ia dituding berbohong dan menjadi sasaran kemarahan.
“Beliau marah, menendang saya di punggung, menampar pipi kanan, dan mengucapkan kata-kata kasar,” kata Indra.
Indra juga mengeklaim Dini menyebut dia goblok dan memaki dengan kata anjing.
Tak berhenti sampai di situ, Indra terus mendapatkan kata-kata kasar dari kepala sekolah setelah digiring ke ruang guru. , Bahkan, menurutnya, kata-kata kasar kepala sekolah dilontarkan terhadap dirinya, di hadapan guru-guru lainnya.
Sementara itu, Dini Fatria tidak membantah telah melakukan kontak fisik terhadap Indra. Namun ia menegaskan bahwa tindakan tersebut bukan pemukulan keras, melainkan tamparan pelan yang dilakukan karena emosi sesaat.
“Saya kecewa bukan karena dia merokok, tetapi karena berbohong. Saya menegur dengan keras dan sempat menepuk punggungnya, tapi tidak ada pemukulan keras,” cerita Dini.
Ia menambahkan, tindakannya dilakukan secara spontan setelah melihat siswa tersebut berusaha melarikan diri saat dipanggil.
Dini menyampaikan penyesalan atas insiden tersebut dan berjanji akan lebih berhati-hati dalam berkomunikasi dengan siswa di masa mendatang. Ia menegaskan bahwa pihak sekolah berkomitmen membentuk karakter siswa melalui pendekatan yang edukatif dan tanpa kekerasan.
“Kami di sekolah berupaya membentuk karakter anak, bukan merusak. Kalau ada kekeliruan dalam cara saya menegur, tentu akan saya evaluasi,” tutupnya.