Policewatch-Lombok Tengah.
Sebuah pernyataan kontroversial dilontarkan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Lombok Tengah, H. L. Firman Wijaya ST MT, dalam acara pembukaan Senam Kreasi Persatuan Olahraga Pernapasan Indonesia (PORPI) yang digelar di Alun-Alun Tastura, Praya, Sabtu (25/10/2025). Acara ini juga merupakan bagian dari perayaan HUT Lombok Tengah ke-80. Di hadapan Kadis Perpustakaan, Ketua Bhayangkari Lombok Tengah, Camat, dan sejumlah tamu undangan, Sekda Firman Wijaya menyampaikan pernyataan yang membuat banyak warga Lombok Tengah meradang.
"Kalau mau umur panjang, pergilah ke Jogja. Kalau mau umur pendek, tinggallah di Lombok," ujarnya dalam pidatonya.
Pernyataan ini sontak menuai reaksi keras dari berbagai kalangan masyarakat Lombok Tengah. Banyak yang menyayangkan kalimat yang dilontarkan oleh seorang pejabat publik sekelas Sekda. "Ini sangat menyakitkan. Seolah-olah Lombok ini tempat yang tidak baik untuk ditinggali," ujar salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Pernyataan Sekda ini dianggap tidak pantas, mengingat umur merupakan takdir Allah SWT dan tidak bisa dipatok-patokkan berdasarkan tempat tinggal. Warga pun mengingatkan akan firman Allah dalam Al-Qur'an, Surah Al-A'raf ayat 34:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Artinya: "Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat menunda atau mempercepatnya walau sesaat."
"Sebagai warga Lombok, kami sangat menyayangkan kalimat seorang Sekda. Umur itu di tangan Allah, bukan ditentukan oleh tempat tinggal," imbuhnya.
Sebelum melontarkan pernyataan kontroversial tersebut, Sekda Firman Wijaya sempat menyinggung tentang peningkatan usia harapan hidup di Lombok Tengah. "Dulu sebelum masuk sekolah tahun 80-an, usia harapan hidup kita 60-an, sekarang sudah 70-an," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sekda juga menyampaikan harapannya agar kegiatan PORPI ini dapat mendukung visi Lombok Tengah Masmirah, serta mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045. Ia juga menyebutkan beberapa agenda penting yang akan datang, seperti penampilan 1000 orang dramband kolosal pada tanggal 31 Oktober, dan Mandalika Train pada tanggal 6 Desember.
"Ini adalah senam kreasi, jangan sampai lomba ini melanggar norma agama dan adat. Gerakannya jangan sampai menyampaikan tafsir-tafsir yang dapat mengundang reaksi dan melanggar norma-norma agama," pesannya.
Acara yang berlangsung di taman wisata kota Praya, yang kini menjadi Alun-Alun Tastura, ini seharusnya menjadi momen untuk mempromosikan Lombok Tengah, bukan malah membuat pernyataan yang kontroversial dan menyakitkan hati warga.
Meskipun diwarnai dengan kontroversi, Lomba Senam Kreasi PORPI tetap berlangsung meriah selama dua hari, 25-26 Oktober 2025. Menurut laporan dari ketua panitia, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan jasmani serta mempererat silaturahmi antar pelajar, masyarakat umum, dan organisasi perangkat daerah.
Lomba ini diikuti oleh 47 grup dari berbagai kategori, yaitu pelajar (SMP/SMA), umum, dan organisasi/OPD. Para peserta menampilkan berbagai kreasi gerakan senam yang dinilai oleh dewan juri yang berkompeten di bidang senam dan kebugaran jasmani.
Kriteria penilaian meliputi kekompakan gerakan, kreativitas dan inovasi, ketepatan irama, serta penampilan dan ekspresi. Melalui kegiatan ini, terjalin interaksi positif antar peserta, dan dihasilkan kelompok-kelompok senam kreatif yang berpotensi menjadi duta olahraga kebugaran di tingkat daerah.
Ketua panitia berharap agar kegiatan Lomba Senam Kreasi PORPI dapat menjadi agenda tahunan yang mendorong semangat hidup sehat di tengah masyarakat. Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan ini.
"Semoga kegiatan ini membawa manfaat dan menjadi langkah nyata dalam mewujudkan masyarakat yang mandiri, berdaya saing, sejahtera, dan harmonis — sehat, bugar, dan gembira bersama Senam Kreasi PORPI," ujarnya.
Setelah pernyataan kontroversial tersebut mencuat, awak media mencoba mengonfirmasi langsung kepada Sekda Firman Wijaya melalui pesan WhatsApp. Namun, Sekda hanya menjawab singkat:
"Maaf semeton, saya tidak suka membuat drama. Kutipan kalimat-kalimat saya di berita itu tidak lengkap."
Ketika awak media mencoba meminta klarifikasi lebih lanjut mengenai maksud dari pernyataannya, Sekda Firman Wijaya tidak memberikan respons. Hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi lebih lanjut dari pihak Sekda Lombok Tengah terkait pernyataannya tersebut.
Jurnalis: Mamen
