 |
Dok: MPW
|
Om swastyastu,"Oṁ atma tattwatma naryatma Swadah Ang Ah. Oṁ swargantu, moksantu, sùnyantu, murcantu. Oṁ ksāma sampurnāya namah swāha"Dumogi Amor ring Acintya. Om, Santih, Santih, Santih, Om
Red, Policewatch,- Kabar duka datang dari keluarga besar Badan Kerjasama Sosial
Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA). Pasalnya, sang Ketua Umum, Mayor Jenderal
Polisi (Purn) I Gusti Made Putra Astaman meninggal dunia pada Jum`at
(13/11/20).
"Kabar Duka untuk Bapak kita Bapak Mayjen Pol (P) Drs.
Putera Astaman, meninggal dunia pukul 19.00 di IGD RS. Gandaria, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan.
Mohon doa untuk beliau," demikian bunyi pesan yang beredar di kalangan
keluarga, para sahabat dan kenalan seperti dikutip pada Jum`at
(13/11) malam.
Berdasarkan informasi almarhum
Mayjen Astaman meninggal dunia di Rumah Sakit Gandaria, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan di usianya yang ke-82.
 |
| Dok : 2012 |
"Jenazah almarhum akan dibawa ke rumah duka jalan
Durian 12, Jagakarsa, Jakarta Selatan (sebelah Pelataran)," tambah pesan
tersebut.
Pemred Redaksi Media Policewatch.news M Rodhi Irfanto SH, yang juga merupakan Kabag OPS di Paguyuban Pengusaha Pengemudi Mitra Polri (P3MP) Yang almarhum dirikan pada 2014 lalu
M Rodhi Irfanto SH, turut mengkonfirmasi kabar duka
tersebut. Ia pun mengucapkan duka cita mendalam atas kepergian sosok yang
terkenal akan kegigihannya memberantas persoalan narkoba di Indonesia.
"Saya sangat berduka karena lebih dari 10 tahun Mengenal Beliau , Beliau adalah sosok Figur yang sangat berarti bagi saya, banyak pembelajaran hidup yang beliau berikan kepada saya, beliau adalah guru juga orang tua buat saya, dan saya juga pernah di ajak beliau di kediamannnya yang di singaraja Bali dan tinggal di sana 4 bulan papar M Rodhi Irfanto SH.
 |
| Dok : PRIBADI |
Siapa Putra Astaman
LAHIR sebagai "anak kolong" (ayahnya seorang
polisi, I Gusti Ketut Mas, terakhir berpangkat Letnan Satu dan bertugas di
Singaraja, Polda Nusra), Astaman mengaku lingkungan sekitarnya mempengaruhi
perjalanan hidupnya sebagai polisi.
Bagi Putera Astaman kelahiran Denpasar 10 Juni 1938 ini,
angka dua rupanya menjadi angka keramat. Selama 34 tahun perjalanannya sebagai
polisi, ada jabatan-jabatan tertentu yang dialaminya dua kali. Menjadi Wakil
Kapolda, Astaman mengalaminya dua kali, Wakapolda Sumbagsel (1983-84) dan
Wakapolda Jateng (1984-85).
Jabatan Direktur di Mabes Polri juga dua kali, yaitu
Direktur Pendidikan (1985-86) dan Direktur Bimbingan Masyarakat (1988-89).
Jabatan Kapolda pun dua kali, yakni Kapolda Sulselra (1986-88) dan Kapolda
Sumbagsel (1989-91). Sampai akhirnya Putera Astaman menjadi "orang nomor
dua" di Mabes Polri sebagai Deputi Kapolri bidang Operasi (1991-93).
Pada akhir perjalanannya sebagai polisi, Putera Astaman
menerima penghargaan Bintang Kebesaran Malaysia berupa Bintang Johan Mangku
Negara (JMN) dari Yang Dipertuan Agung Sultan Azlan Muhibbuddin Shah di Istana
Negara Kuala Lumpur.
Ini merupakan penghargaan tertinggi yang pernah diterima
perwira tinggi Polri selama ini. Bersama Kolonel (Pol) Moerdiono Dharmo,
Kasubdit Polisi Perairan Polri, Astaman menerima Bintang Kebesaran Malaysia itu
pada 28 September 1993 silam.
Sejak menjabat Wakil Asisten Operasi Kapolri (jabatan ini
sekarang sudah dihapus) tahun 1984 hingga menjadi Deputi bidang Operasi,
Astaman dinilai banyak berperanan meningkatkan hubungan Polri dengan PDRM
(Polis Di Raja Malaysia). Hubungannya dengan Tun Sri Mohammed Haniff (mantan
Kepala Polisi Malaysia) sampai saat ini pun masih kental, meski tidak melalui
jalur formal.
SELAIN mencetuskan konsep Samsat, Putera Astaman juga penggagas dan pelaksana
"daerah bebas becak" di DKI Jakarta. Tahun 1971, saat menjabat Kepala
Bagian Operasi Ditlantas Polda Metro Jaya, Astaman dibantu pihak-pihak terkait,
melakukannya secara bertahap dengan beberapa rayon.
"Inilah yang paling mengesankan saya. Berperan sebagai
pencetus ide, sekaligus pelaksananya. Itu kebahagiaan yang sukar dilukiskan,"
katanya.
Saat menjabat Kaditlantas Polda Metro Jaya (1973-1978),
Putera Astaman memperkenalkan Patroli Keamanan Sekolah (PKS) sekaligus
memassalkannya. Waktu itu Astaman berpendapat, polisi tak bisa selamanya
nongkrong terus-menerus di sekolah, untuk mencegah perkelahian pelajar.
Karena itu para siswa perlu dilatih secara swakarsa
mengamankan lingkungan sekitarnya. Jika setiap sekolah memiliki 30 orang siswa
yang berdisiplin tinggi dan memiliki visi kamtibmas ke depan, maka setidaknya
mereka harus dapat mempengaruhi teman-teman lainnya. Konsep PKS ini ternyata
merambah ke daerah- daerah lainnya.
Bahkan di Jakarta sendiri, PKS berkembang
dan didukung oleh Pemda DKI Jakarta.
Ketika menjabat Direktur Bimmas Polri (1988-89), Putera
Astaman-lah yang pertama kali memprakarsai apel besar satpam. Setiap tanggal 30
Desember, satpam memperingati hari ultah korpsnya dengan semarak. Astaman
melihat pentingnya peranan satpam untuk membantu tugas-tugas Polri.
MESKIPUN sudah pensiun dari dinas Polri sejak pertengahan
tahun 1992 silam, Mayjen Polisi I Gusti Made Putera Astaman --terakhir menjabat
Deputi Kapolri bidang Operasi-- ini masih memperlihatkan gairah hidup yang
tinggi. Stamina tubuhnya pun masih kuat.
Ini karena pengaruh Orhiba (olah raga
hidup baru) yang ditekuninya sejak tahun 1987 ketika masih menjabat Kapolda
Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulselra) di Ujungpandang.
Menikah dengan Ayu Made Sutiti (52), ia dikaruniai empat
orang anak yang sudah dewasa, masing-masing AA Ngurah Wirawan (28), AA
Maswijaya (25), AA Mayun Wirastiti (23), dan AA Ngurah Agung Wirayudha (28).
Setelah memasuki masa pensiunnya, Putera Astaman yang telah
menerima Bintang Bhayangkara Pratama dari Presiden RI ini, sempat diusulkan
menjabat Irjen di Depsos dan Deparpostel, juga pernah dicalonkan sebagai
Gubernur Bali, walau akhirnya mentok.
Putera Astaman yang hingga kini masih aktif sebagai Ketua
Umum Lemkari, anggota Dewan Pembina Peruman Wulaka Pariwisada Hindu Dharma
Pusat dan Ketua Bidang Sosial Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman, sebenarnya
termasuk putra terbaik Polri.
Gagasan dan pemikirannya masih segar. Banyak sudah gagasan
yang diajukan dan dilaksanakannya selama 34 tahun perjalanannya menjadi polisi.
Bahkan beberapa di antaranya masih dipakai dan digunakan oleh Polri sampai sekarang.
Dari kantor barunya di gedung PT Djajanti Group di bilangan
Jakarta Pusat, Putera Astaman yang menjabat salah seorang direktur perusahaan
yang berperan dalam pembangunan kawasan Indonesia Timur ini kelihatan masih
enerjik. Olah raga golf dan tenis tetap menjadi bagian hidupnya
Profil Singkat:
Nama: Mayor Jenderal Polisi (Purn) I Gusti Made Putra
Astaman
Tempat Tanggal Lahir: Bali, 10 Juni 1938.
DanSatlantas Polda Metro Jaya 1977-1978
Kapolda Sulawesi Selatan dan Tenggara pada 1986-1988
Kapolda Sumatra Bagian Selatan 1988-1991
Deputi Operasi Kapolri 1991-1993
Ketua Umum Pengurus Besar Lembaga Karateka Indonesia PB LEMKARI 1991-1994
Ketua Umum organisasi BERSAMA Periode 1994-1998 dan tahun 2016-2020
Ketua umum DPP PEBABRI Periode 2002-2007
Pendiri Paguyuban Pengusaha Pengemudi Indonesia P3MP