Tampilkan postingan dengan label PAPUA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PAPUA. Tampilkan semua postingan

WABAH PANDEMIK COVID 19 DIMANA KAH TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH KABUPATEN YAHUKIMO



YAHUKIMO, PAPUA , POLICEWATCH,-  Kehadiran sebuah negara dengan Misi yg besar melihat kesejahtraan Masyarakat. Salah satu Tokoh Pemuda Kabupaten Yahukimo Erim Hisage Mengatakan dalam tragedi Kemanusiaan Vandemik Covid 19, 

Pemerintah Kabupaten Yahukimo tidak bertanggung jawab Kepada Masyarakat dan seluruh mahasiswa Kota study  di seluruh indonesia dan saat ini mengalami kendala sama makan dan minum.

 Apa lagi Bupati Kabupaten Yahukimo Abock Busup sementara ini beliau ada di jakarta, dan tidak melihat masyarakat sementara masyarkat mengalami kelaparan. 

Perintah Presiden Ir. H. Joko Widodo dana covid 19 sudah di luncurkan masing-masing daerah untuk di angkatkan. Pemerintah Kabupaten Yahukimo dana Covid 19 tidak di angkatkan ini menjadi Pertanyaan dimnakah angkaran Pandemik Covid 19 untuk Kabupaten Yahukimo atau kah Bupati tidak mampu untuk memimpin masyarakat sedangkan masyarakat kendala makan dan minum sementara kelaparan masyarakat sakit dan kurang gizi ini manfaatkan covid 19 serang masyarakat Kabupaten Yahukimo habis dan ini menjadi tolak ukur kemampuan 

Bupati Kabupaten Yahukimo berempati kepada masyarakat belum terukur maka Bupati Yahukimo Abock Busup belum bisa jadi Pemimpin untuk Periode Berikut. 

Ada beberapa hal garis besar yaitu :
1. Dana penanggulangan Covid 19 tdk dan blom di anggarkan
2. Tim Covid 19 belum di bentuk
3. Pengaadaan obat-obat belum sampai saat ini. 
4. Keberadaan Bupati sementara di Jakarta. 

Demikian atas kerja di ucapkan terimakasih. 

TOKOH PEMUDAH KABUPATEN YAHUKIMO

ERIM HISAGE. 20/04/20

PEWARTA : MARTIN H

Belum Adanya Ganti Rugi Akan Lahannya yang di Caplok Penguasa Untuk Bandara Mopah, Simson T M Minta Kepedulian Presiden Joko Widodo

Red,- Simson Tiotra Mahuze adalah salah satu pemilik lahan yang di ambil penguasa di peruntukan Bandara Mopah, Berbagai upaya telah dia tempuh untuk meminta hak nya.

Bahkan dia juga sempat di tahan oleh Polres Merauke selama dua bulan , dia pun sempat membawa kasusnya ini ke dirjen Perhubungan, tapi sampai saat ini juga belum ada titik terang.

Pewarta : Tim Redaksi

Sorong Kembali Memanas "Ratusan Orang di Sorong Papua Barat" Kembali Turun ke Jalan




Reporter :Bamban MD
Karo Penmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo 


JAKARTA, POLICEWATCH, - Aksi demonstrasi masih terjadi di kawasan Sorong, Papua Barat sampai saat ini. Setidaknya ada 500 massa yang turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasinya.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo mengungkapkan, meskipun unjuk rasa masih berlangsung, situasi dan kondisi di Sorong tetap berjalan kondusif.

"Kemudian di Sorong memang masih ada kegiatan masyarakat di satu titik massanya 500 orang. Masih dalam negosiasi dan komunikasi secara intens antara aparat keamanan baik TNI, Polri dan seluruh tokoh masyarakat di sana," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (20/8/2019).

Dedi menyatakan, untuk saat ini kondisi di Sorong terus berangsur baik dengan mengutamakan negosiasi. Nantinya, aspirasi dari massa aksi akan ditampung dan akan disampaikan ke Pemerintah Pusat.

"Apa yang jadi aspirasinya akan diterima, ditampung ke pemerintah pusat. Situasi di Sorong boleh dikatakan cukup membaik," ujar Dedi.

Selain itu, Bandara di Sorong dan Manokwari kekinian telah kembali beroperasi secara normal. "Artinya secara umum situasi Papua boleh dikatakan cukup kondusif," imbuh Dedi.

Gempa Bumi "Berkekuatan 4,8 SR" Guncang Tambrauw Papua Barat


Reporter : Martin Mambua
Lokasi pusat gempa di dekat Tambrauw, Papua Barat

PAPUA,  (POLICEWATCH.NEWS) - Gempa bumi berkekuatan 4,8 Skala Richter (SR) mengguncang Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat, Rabu pukul 02.01 WIT, namun tidak berpotensi terjadinya tsunami di daerah tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Geofisika BMKG Sorong menyebutkan, gempa bumi tersebut terjadi pada koordinat 1,06 Lintang Utara (LU) dan 132,91 Bujur Timur (BT) di laut yang berjarak 817 kilometer timur laut Kabupaten Tambrauw, dengan kedalaman 10 kilometer.

Ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi ini merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat tumbukan lempeng.

Penjalaran getaran gempa dirasakan seluruh warga wilayah Kabupaten Tambrauw. Warga yang berada di gedung bertingkat sangat merasakan efek dari gempa tersebut.

Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami, karena kekuatannya tidak cukup besar untuk membangkitkan perubahan di dasar laut yang dapat memicu terjadi Tsunami.Hingga saat ini belum dilaporkan kerusakan yang timbul akibat gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Tambrauw tersebut.

Kampanye di Merauke, Prabowo Cerita Menahan Diri dari Ejekan, Hinaan Juga Fitnahan



Reporter : Marten mambua
di Merauke  Prabowo di sambut Ribuan Pendukungnya

Papua-Merauke (policewatch.news),- Capres Prabowo Subianto menyapa warga Merauke, Papua,. Di depan warga, Prabowo bercerita bahwa dia kerap difitnah dan dihina.

"Saya sering diejek, saya sering dihina, saya sering difitnah tapi saya menahan diri," ujar Prabowo saat kampanye terbuka di Merauke, Papua, Senin (25/3/2019).
Kendati sering difitnah, Prabowo mengaku selalu menahan diri untuk tidak membalas fitnahan tersebut.

"Saya menahan diri, saya serahkan kepada Yang Maha Kuasa, yang benar adalah benar, yang tidak benar adalah tidak benar," katanya. 
Prabowo pun meminta warga dan para pendukungnya untuk melakukan yang sama. Dia mengimbau agar toleransi selalu dikedepankan.

"Saya minta marilah kita tingkatkan rasa persaudaraan, marilah kita memandang semua adalah saudara. Kita boleh berbeda agama, boleh berbeda suku, boleh berbeda bahasa, tapi kita harus ingat, kita harus hidup mencari yang baik, hidup yang baik untuk anak-anak dan cucu-cucu kita," tutur Prabowo. 

Prabowo mengatakan, dengan hidup penuh toleransi dan saling menghargai, kerukunan akan tercipta sehingga persatuan dan kesatuan bangsa akan terjalin di Indonesia.

"Tidak mungkin kita bisa hidup baik kalau kita tidak hidup rukun. Kita harus selalu saling menghargai, saling mengasihi, saling membela, saling menjunjung tinggi, dan kita harus menjaga perasaan kita. Kita harus sering menahan diri, sering kita harus mengalah, sering kita harus menjaga perasaan orang lain," pungkas dia.


Terjadi Komntak Senjata "Tiga Prajurit TNI Gugur" 9 Orang KKB Tewas


Reporter : Marten Hambua

Papua (policewatch.news)- Terjadi kontak senjata antara kelompok kriminal bersenjata ( KKB) dengan anggota TNI di wilayah Kabupaten Nduga, Kamis (7/3/2019).
Kepala Penerangan Kodam XVII Cendrawasih Kolonel M Aidi saat dikonfirmasi melalui telepon  membenarkan hal tersebut, Namun, Aidi mengaku belum mendapat informasi pasti mengenai kontak senjata di Kabupaten Nduga, termasuk kondisi dari para anggota TNI.

“Benar adanya kontak senjata itu. Tapi kita ketahui di sana jaringan susah. Sampai saat ini saya juga berupaya memonitor melalui Radio SSB untuk menghimpun datanya. Nanti kalau sudah dapat informasi, saya akan rilis,” ungkap Aidi, Kamis malam,Tiga orang prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Nanggala, dilaporkan meninggal dalam kontak tembak dengan kelompok kriminal bersenjata, di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, Papua.

Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Yoshua Sembiring, kepada wartawan yang menghubungi dari Jayapura, membenarkan ada kontak tembak itu, yang menyebabkan tiga prajurit gugur.
''Memang benar ada laporan tentang kontak tembak, namun perkembangannya sejauh mana belum. Silakan hubungi Kapendam karena saat ini (saya) sedang berada di luar Papua," kata Sembiring, Kamis malam.
Sementara itu, data yang dihimpun terungkap tiga prajurit yang gugur dalam kontak tembak itu adalah Sersan Dua Mirwariyadin, Sersan Dua Yusdin, dan Sersan Dua Siswanto.

Dalam kontak senjata tersebut dilaporkan sembilan KKB tewas dan lima pucuk senjata api berhasil diamankan, beberapa Media lokal di Jayapura melaporkan Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) melakukan penyerangan ke Pos TNI di Yigi, Rabu (6/3/2019) malam, Prajurit TNI melakukan tembakan balasan sehingga terjadi kontak tembak, Keesokan harinya, prajurit dari pos Yigi melakukan pengejaran terhadap pelaku penyerangan pos, Saat melakukan pengejaran itu prajurit diserang kembali oleh KKSB dan tiga orang prajurit terkena tembakan sehingga meninggal dunia.

Dalam pengejaran tersebut ditemukan lima pucuk senjata api milik KKSB yang tertinggal, Sementara itu, untuk proses evakuasi korban dari lokasi, Kamis (7/3/2019) siang telah berangkat tim yang dipimpin oleh Brigjen TNI Muhamad Hasan yang beranggotakan Letkol Inf Riski Marlon dan 2 orang  tim medis. Tim evakuasi ini berangkat dari Timika kabupaten Nduga  dengan menggunakan helly bell tipe 412-A5177.
Saat ini ketiga jenasah prajurit yang gugur telah disemayamkan di RSUD Mimika menunggu pemberangkatan ke kampung halaman untuk di makamkan. Pemberangkatan jenasah direncanakan Jumat, (8/3/2019).
Sebelumnya, Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring mengatakan, saat ini ada 600 prajurit TNI disiagakan untuk menjaga keamanan proyek pembangunan di Nduga, Papua.

Proyek pembangunan di Nduga sempat terhenti karena aksi penembakan dari kelompok kriminal bersenjata (KKB), Kejadian itu mengakibatkan sejumlah pekerja dari PT Istaka Karya tewas.

“Pasukan TNI tersebut akan digelar di sepanjang jalur pembangunan Trans Papua Wamena-Mumugu, khususnya dalam pembangunan jembatan. Teknis pelaksanaannya pembangunan akan dilanjutkan oleh satuan zeni konstruksi (zikon) TNI AD, sedangkan tenaga ahli tetap dari PT Istaka Karya dan PT Brantas," ujar Yosua melalui keterangan tertulis yang diterima, Selasa (5/3/2019).  
Yosua mengatakan, pembangunan infrastruktur di Nduga merupakan salah satu program strategis nasional, sama halnya dengan program-program lainnya di seluruh Indonesia yang bertujuan untuk membuka isolasi daerah, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Yosua mengatakan, saat ini warga sudah mulai kembali ke kampung mereka dan menjalani kehidupan sosial dan ekonomi secara normal. 
Yosua menyebut, KKB selalu memutarbalikkan fakta, membuat seakan-akan TNI merupakan pelaku penjahat kemanusiaan.
“Mereka membuat opini bahwa yang dibantai di distrik Yigi pada bulan Desember tahun lalu adalah anggota TNI yang menyamar, tapi nyatanya media bisa melihat langsung korban dikembalikan ke keluarga semuanya adalah warga sipil.

Bahkan kita lihat yang sedang viral di media sekarang, keluarga membuat surat terbuka kepada Presiden agar informasi tentang nasib anggota keluarganya yang masih dinyatakan hilang agar segera terungkap,” pungkasnya


Danrem : Setiap Hari KKB Tembak Pos TNI-Polri



 Reporter ; Martin Mambua

Setiap malam kelompok bersenjata selalu menembak-menembak. Sekarang (Kamis sore) juga pos kita yang ada di Puncak Kabo di serang. Termasuk yang di Distrik Yigi, itu juga ada tembakan-tembakan ke arah kita (TNI)."

kelompok kriminal bersenjata (KKB)

Wamena (policewatch.news) - Komandan Korem (Danrem) 172/PWY Kolonel Inf Jonathan B Panjaitan mengatakan setiap hari kelompok kriminal bersenjata (KKB) menembak pos TNI-Polri di Yigi, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua.

"Setiap malam kelompok bersenjata selalu menembak-menembak. Sekarang (Kamis sore) juga pos kita yang ada di Puncak Kabo di serang. Termasuk yang di Distrik Yigi, itu juga ada tembakan-tembakan ke arah kita (TNI)," katanya, di Wamena, ibu kota kabupaten Jayawijaya, Kamis 13-12-2018

Ia mengatakan personel TNI-Polri yang menempati pos Yigi, merupakan pasukan pendukung tim pencarian dan evakuasi korban penembantaian KKB.

Penembakan mulai terjadi pada 2 Desember 2018, dan hingga kini masih terjadi termasuk pada 13 Desember 2018, walau tidak dalam serangan penuh.

"Akibat penembakan, warga yang mendengar bunyi tembakan langsung takut dan masuk ke hutan," ujarnya.

Danrem mengaku sudah memerintahkan personel di sana untuk mengajak warga tetap di kampung atau rumah mereka sebab TNI akan melindungi mereka.

"Tadi baru dilaporkan di pos kita, masyarakat yang di Distrik Mbua juga ketakutan, mereka mulai berkemas kembali ke hutan (mengungsi)," katanya.

Ia mengatakan tim evakuasi yang terdiri dari TNI/Polri masih mencari empat orang pekerja PT Istaka Karya yang hilang.

"Saat ini pasukan kita yang melakukan penyisiran untuk mencari jenazah itu ditembak juga. Ada TNI/Polri yang saya dorong ke atas lagi, setiap hari kita ke sana ke Puncak Kabo karena tempat pembantaian itu di Puncak Kabo," katanya.

Hingga kini belum ada anggota KKB yang berhasil diamankan, walau melalui alat komunikasi sempat tersadap pembicaraan sekitar tiga orang yang diduga merupakan anggota kelompok itu yang telah dilumpuhkan.

"Tetapi kami tidak bisa klaim itu benar anggota KKB atau tidak, karena itu baru sadapan pembicaraan melalui telepon," kata Kolonel Jonatan.

Penembakan di pegunungan Kabo Distrik Yigi Kabupaten Ndugama Propinsi Papua


Reporter : Marten Mambua


 
Pres rilis Polda Papua
Timika, policewatch.news, – Kapolda Papua Irjen Pol Drs. Martuani Sormin, M.Si, beberkan kronologi pembantaian karyawan PT Istaka Karya dan penyerangan Pos Satgaspamrahwan 755/ Yalet di Mbua Kabupaten Nduga, Papua oleh Kelompok Separatis Bersenjata (KSB).

Kata Kapolda, insiden berdarah yang terjadi di Kabupaten Nduga terjadi dua peristiwa berdarah yakni pada 2 Desember 2018 di Puncak Kabo dan pada 3 Desember 2018 tengah malam di Pos Satgaspamrahwan 755/Yalet.

Menurut Kapolda, pada Minggu 2 Desember 2018 pihaknya mendapat informasi yang masih simpang siur adanya penembakan dan penyanderaan. Kemudian Senin 3 Desember, dengan ijin Panglima Kodam, personil TNI/Polri yang ada di Wamena dikirim ke TKP dari Kodim Jayawijaya dan Polres Jayawijaya dengan jumlah 25 orang berangkat dengan menggunakan mobil.

Di tengah jalan masyarakat menghentikan personil, sehingga personil kembali. Dimana informasi masyarakat bahwa kekuatan anggota saat itu tidak seimbang dengan kekuatan kelompok separatis bersenjata (KSB).

Berdasarkan laporan itu, Polda Papua meminta bantuan dari Kodam XVII Cenderawasih untuk mengerahkan anggota TNI/Polri yang ada di wilayah Jayawijaya untuk bergabung dengan anggota TNI/Polri yang telah standy di Wamena. Kemudian Selasa pagi, para berangkat menuju ke TKP yang diperkirakan berada di Distrik Mbua, dengan mengunakan 25 unit kendaraan dengan jumlah personil 149.

Dari laporan awal, anggota telah mengamankan 4 karyawan PT. Istaka Karya dan 6 orang masyarakat lainnya. Dengan bantuan helikopter MI milik TNI para warga tersebut dievakuasi dari Mbua ke Wamena.

Dari ketarangan saksi, bahwa pada 1 Desember 2018 karyawan PT yang berada di camp berjumlah 28 orang, saat bersamaan ada kegiatan masyarakat bakar batu, beberapa karyawan PT. Istaka Karya turut ikut bakar batu. Acara bakar batu dimulai dari pukul 09.00 Wit s/d 15.00 Wit.

Selesai acara bakar batu, KSB pimpinan Egianus Kogoya mendatangi camp dan seluruh karyawan yang ada di camp dikeluarkan dan diperintahkan untuk diikat. Para karyawan digiring sampai ke Kampung Karunggame dan bermalam di kampung tersebut dengan kondisi tangan terikat.

Pada Minggu 2 Desember 2018 sekitar pukul 8 pagi, seluruh karyawan yang disandera diperintah untuk berjalan ke Puncak Kabo.

“2 jam perjalanan dilereng bukit kabo mereka diperintahkan untuk berbaris dan jongkok, , KSB melakukan tarian perang dan mengeksekusi satu persatu karyawan PT Istaka Karya,” tutur Kapolda menirukan kesaksian korban selamat.

Lanjut Kapolda “Korban yang masih hidup saat itu terlalu cepat melarikan diri sebanyak 3 orang, karena KSB belum jauh dilakukan pengejaran sehingga yang 3 orang tertangkap dan dieksekusi di tempat dengan menggunakan parang. Kemudian sisanya yang masih hidup setelah peristiwa ini ada yang berhasil melarikan diri, 2 orang lagi tertangkap dan juga dieksekusi, 6 orang lagi berhasil melarikan diri berbeda arah, 4 orang berhasil untuk selamat atas nama, Jimmy Aritonang, Martinus sampe, Ayub, dan Jefriyanto, 3 luka tembak, untuk Jimmy dalam keadaan sehat, 2 orang lagi atas nama Simanjuntak dan Hutagaol di perkiarakan masih hidup dan sampai saat ini masih belum ditemukan,” kata Kapolda dalam Jumpa pers Jumat (7/12) di posko evakuasi gabungan TNI Polri di hanggar Bandara Mozes Kilangin, Timika.

Kapolda menuturkan, para korban yang selamat tersebut berlindung jalan kaki kerah pos TNI di Mbua, malamnya sekitar pukul 05.00 Wit, Pos diserang,

“Mendapat serangan dari KKB dengan tameng masyarakat, yang mana masyarakat juga ikut melempar dengan batu dari semua arah pos, kemudian terjadi penembakan. Korban pertama adalah serda handoko, yang kedua pratu sugeng tertembak. Kontak tembak terjadi pada pukul 05.00 sampai 21.00 Wit, kontak tembak berhenti karena hujan deras,” ujar Kapolda.

Rabu (5/12) dilakukan penyisiran dan terjadi kontak tembak yang mengakibatkan anggota Brimob Bharatu Hidayat terkena yang aat ini sudah mendapatkan perawatan medis di RS Timika. Kemudian pada saat melakukan penyelamatan 1 unit helicopter juga tertembak

Untuk saat ini, 16 jenazah karyawan PT Istaka Karya telah di terbangkan ke kampung halamannya untuk di kebumikan. Sementara 3 jenazah lainnya belum ditemukan dan 2 diperkirakan masih hidup dan belum ditemukan atas nama Simanjuntak dan Hotagaol.

“Kami mohon dukungan dari masyarakat indonesia untuk 3 jenazah yang sedang dalam proses pencarian dan 2 dua karyawan diperkirakan masih hidup agar segera ditemukan,” ujar Kapolda.(Red)

Dari ke 19 Warga "Korban Perahu Terbalik 13 di Antaranya" Berstatus Pelajar SMA Negeri Urfas


Kapolres Waropen AKBP Supraptono sedang berikan arahan kepada personilnya guna pencarian belasan penumpang perahu motor yang dikabarkan hilang di Demba.


Jayapura (MPW,Papua) - Sebanyak 19 warga dikabarkan hilang setelah perahu motor yang ditumpanginya terbalik dalam perjalanan menuju Distrik Demba, Kabupaten Waropen, Papua.
 Kecelakaan laut yang terjadi pada Jumat (9/3) sekitar pukul 13.00 Wit itu berawal 19 penumpang termasuk motoris hendak ke Demba, namun saat berada di perairan muara Orega, perahu motor yang dikemudikan Riki Windesi terbalik.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Kamal kepada Antara Kota Jayapura, Sabtu mengakui, adanya laporan tentang perahu terbalik akibat diterjang ombak di perairan Orega, sekitar 45 menit perjalanan.

 "Memang betul ada laporan tentang kecelakaan dilaut akibat perahu terbalik hingga menyebabkan 19 orang penumpang dan motoris belum diketahui nasibnya,"
Dari ke 19 warga itu 13 di antaranya bestatus pelajar SMA Negeri Urfas yang rencananya hendak melawat teman sekolahnya yang meninggal di Distrik Demba.
 Namun, dalam perjalanan ombak menerjang perahu hingga terbalik dan itu diketahui setelah ada warga yang melaporkannya sekitar pukul 16.00 Wit.

"Sehingga tim SAR yang dipimpin Kapolres Waropen AKBP Supraptono langsung menuju sekitar TKP untuk mencari para korban namun belum ditemukan," kata Kombes Kamal.

 Ke 19 warga itu masing-masing adalah 13 pelajar SMA Negeri Urfa yakni Frengki Rumandei, M.Asahalingki, Maria Koridama, Mince Koridama,Markus Ramanday, David Mudumi,Alek Imbiri,Rahman Maniagasi, Albert Bubui, Oktovianus Rudamaga,Melfin Reri, Kakopa Sarampayai,dan Yorgen Rewomi.

 Sedangkan penumpang lainnya Mince Rudamaga,Yahya Rabrageri,Marlena Dongori,Ehud Rabrageri, Riki Windesi (motoris) dan Yunus Buburaya (ABK).(*Anton PS*)

Sejarah Suku Irian Jaya


Wartawan Policewatch bersama salah satu warga    dari suku yang ada di papua


Red,(MPW,Sejarah Suku Irian Jaya) ~ Irian terletak di Pulau Irian/Papua sebelah barat. Bagian sebelah timurnya berdiri sebuah negara merdeka dengan nama Papua Nugini. Pulau Irian atau New Guinea panjangnya 1.500 mil dan lebarnya 500 mil, dinyatakan sebagai pulau nomor 2 terbesar dunia setelah Pulau Greenland. Panjangnya 1.500 mil dari ujung kepala ke ujung ekor, dan luasnya sekitar 299.310 mil bujursangkar. Bentuknya seperti seeokor burung purba yang sedang melompat terbang di atas Benua Australia menuju ke daratan Asia. Pada zaman dulu pulai tersebut dikenal dengan nama Papua dan sejarahnya paling tidak dapat ditelusuri sejak adanya kerajaan Sriwijaya yang dianggap meluaskan hegemoninya sampai ke ujung Irian bagian barat. Setelah kerajaan itu hilang peranan hegemoni tersebut diteruskan oleh sultan-sultan Tidore dan ternate dari Kepulauan Maluku. Sedangkan para penjelajah Eropa mulai mengenalnya sejak abad ke-16.

Menurut pengakuan resmi penjelajah Barat, pulau ini ditemukan oleh dua orang pelaut Portugis, d'Abrue dan Sarrano pada tahun 1511. Para penjelajah yang mencari rempah-rempah itu rupanya tidak tahu kalau di beberapa tempat di pulau itu juga ditanami rempah-rempah, sehingga luput dari penguasaan mereka. Pada tahun 1545 datanglah pelaut Spanyol, Inigo Ortis de Retes dari arah timur. Melihat pulau ini cukup menarik maka penjelajah ini segera menancapkan bendera negara di sebelah timur muara Sungai Memberamo, kemudian pulau itu diberinya nama Nova Guinea (New Guinea).
suku di papua tempo dulu
Tapi rupanya kerajaan Spanyol ketika itu tidak tertarik untuk memiliki pulau itu. Orang Belanda pertama yang sampai di pulai ini adalah William Janz (1606). Dilanjutkan oleh beberapa ekspedisi lain, sampai pada pertengahan abad ke-17 didirikan sebuah pos militer untuk menjaga kegiatan perdagangan yang mulai berkembang di pulau itu. Ketika penjelajah Jerman dan Perancis sudah berani pula menghampiri Irian/Papua, Belanda buru-buru memproklamasikan bagian barat pulau itu sebagai bagian dari wilayah Nederland (1828). Wilayah itu mereka kontrol dari Ambon. Sementara itu orang Inggris menancapkan pula bendera kerajaannya di bagian timur, tepatnya di Port Moresby (1883).

Daerah pedalaman pertama kali disingkapkan oleh orang luar ketika Belanda melaksanakan suatu ekspedisi yang dipimpin oleh Dr H A Lorentz pada tahun 1909. Tujuh belas tahun kemudian berangkat pula suatu ekspedisi Belanda-Amerika yang dipimpin oleh Dr M Stirling. Ekspedisi inilah yang pertama sekali mengadakan kontak dengan penduduk Lembah Baliem di pegunungan tengah. Penduduk asli yang menyebut dirinya Ndani tersebut mereka beri nama Dani.

Selanjutnya ada lagi ekspedisi yang dipimpin oleh Richard Arcbold dari American Museum of Natural History pada tahun 1938. Sebelum Jepang menguasai pulau itu pada perang dunia II sejumlah missionaris sudah mulai menyebarkan Injil di Irian/Papua. Penduduk Jepang hanya terpusat di bagian barat dan utara saja. Dua tahun kemudian pulau itu dibebaskan oleh Jenderal Douglas Mac Arthur yang mendirikan basis di dekat Danau Sentani.

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945 dan baru diakui oleh Belanda empat tahun kemudian wilayah Irian bagian barat mulai pula dituntut oleh bangsa Indonesia, karena merupakan bagian dari keseluruhan bekas jajahan Belanda yang merdeka menjadi negara Indonesia. Belanda berusaha mempertahankannya sehingga Indonesia mengadakan ekspedisi militer dengan sandi Komando Mandala pada bulan januari 1962.

PBB turun tangan menengahi sejak bulan oktober tahun itu sampai bulan Mei 1963. Setelah memberi kesempatan kepada orang Irian untuk menyatakan setuju atau tidak bergabung dengan Indonesia, maka pada tanggal 9 April 1969 resmilah Irian bagian barat itu menjadi bagian dari Indonesia. Irian Jaya menjadi wilayah provinsi Indonesia ke 17 sejak tahun 1969.

Nama lain dari Irian Jaya pada zaman dulu adalah Papua, Netherland New Guinea, Dutch New Guinea, dan West New Guinea. Pada mulanya Indonesia menyebut bagian barat itu Irian Barat. Kata Irian berasal dari bahasa Biak untuk menyebut daratan Irian, artinya "daerah iklim panas". Setelah menjadi bagian dari negara Indonesia ditambah dengan kata jaya (glorious), sehingga menjadi Irian Jaya (1973). Ibukota provinsi itu pada zaman Belanda disebut kota baru. Setelah menjadi wilayah Indonesia disebut Soekarnopura, kemudian tahun 1973 diubah lagi menjadi Jayapura. Pada masa itu jumlah penduduk Jayapura baru sekitar 75.000 jiwa dan penduduk Irian lainnya sekitar 140.000 jiwa.

Ahli ilmu bangsa-bangsa membedakan penduduk asli Irian Jaya menjadi dua kelompok ras. Pertama kelompok Melanesia yang umumnya mendiami wilayah pesisir dan kelompok Papua yang mendiami daerah pedalaman dan pegunungan. Penduduk pedalaman dianggap masih hidup dalam kebudayaan neolitik sedangkan penduduk pesisir umumnya mengembangkan kebudayaan mesolitik. Pada masa sekarang perbedaan tersebut hampir tidak kelihatan lagi. Penduduk Irian Jaya sebenarnya terdiri dari ratusan kelompok etnik atau suku bangsa yang satu sama lain saling terpisah bahkan terasing dalam kesatuan-kesatuan hidup yang terkadang amat kecil jumlahnya.

Suku Momuna: Berburu, meramu dan kepercayaan
 
Anton PS bersama Suku yang ada di papua
Yahukimo, Suku Momuna memiliki kesamaan dengan masyarakat Korowai terutama model rumah atau rumah pohon. Orang Momuna menyebut rumah pohon atau rumah tradisional  mereka, dengan nama “Buku Subu”. Seperti apa kisahnya? Berikut jurnal yang telah tayang di Koran Jubi, karya Piter Lokon.
Masyarakat suku Korowai, tersebar di tiga wilayah administrasi: Boven Digoel, Mappi, dan Asmat. Sementara suku Momuna, tersebar di dataran rendah kota Dekai, Yahukimo.

Namun  sejurus perkembangan zaman, kini masyarakat suku Momuna sudah jarang lagi tinggal di rumah pohon. Mereka sudah tinggal di rumah biasa, hasil bantuan sosial pemerintah Kabupaten Yahukimo. Walau demikian, upaya untuk membangun “Buku Subu” tetap dilakukan guna menarik turis lokal dan nusantara untuk berkunjung ke kampung mereka di Dekai, ibukota Kabupaten Yahukimo.

Orang Momuna sejak dulu sudah memiliki keyakinan dan kepercayaan sendiri soal penciptaan terutama Allah pencipta.
 "Kami tidak percaya kepada pohon atapun kali, kami meyakini bahwa ada yang menciptakan kami," kata Kepala Suku Besar Momuna Ismail Keikera kepada Jubi belum lama ini di kediamannya.

Lebih lanjut dia menambahkan, ada yang menciptakan dan tentu pemilik ciptaan itu pasti ada, sehingga ada tempat keramat atau tempat penghuni.

“Kami percaya bahwa orang yang berkuasa ada, sehingga kami tidak menyembah pohon atau kali dan kepada apapun. Dulu itu ada hanya tempat keramatlah atau larangan-larangan dari nenek moyang sampai generasi kami sekarang begitu,” kata Keikera menambahkan.

Ia mencontohkan pada pohon, ada larangan orang tua bahwa kayu merah atau dengan bahasa Momuna disebut "koweni“ jangan ditebang atau disentuh, sebab jika menyentuh ataupun memotong pasti bisa menjadi gila.

"Jadi kita lihat orang banyak yang seperti gila meronta-meronta di rumah sakit itu bukan karena apa, itu mereka sentuh pohon Koweni, kalo kami kena tidak perlu kerumah sakit tetapi tinggal tiup sebentar saja sudah sembuh,"katanya.

Dia menambahkan, sudah bertemu sebanyak lima warga yang meronta-ronta seperti orang gila.
"Dokter sudah ikat kaki dan tangan tetapi orangnya tetap saja meronta jadi dorang ada ganggu dia, saya sudah temukan sudah lima kali,” kata Ismail.

Walau demikian Ismail menambahkan, suku Momuna belum pernah memberikan penyembahan kepada pohon, batu atau kali.
 "Tetapi kami menyembah kepada Potmadito (Allah) Pencipta yang menguasai langit dan bumi. Jadi ternyata cerita Alkitab juga sama tidak ada perubahan, sehingga kami percaya bahwa Allah pencipta ada," katanya.

Dia menegaskan jadi tua-tua itu menjadi kepala suku menurut silsilah yang mereka anut.
"Kalau dilihat dari pembuangan Babel jadi kami jelas, di mana pembuangan babel kita yakini Allah yang sama,” ucapnya.

Kepercayaan kepada Allah pencipta, membuat masyarakat Momuna sangat dekat dengan alam dan lingkungan mereka. Hingga tak heran kalau mereka selalu mempertahankan hidup dengan mencari ikan atau dalam bahasa Momuna disebut Ci, menokok sagu atau (Mbi) dan Mate atau ubi hutan sudah menjadi makan pokok sehari-hari dari orang Momuna.

Selain itu, orang Momuna juga berburu hasil hutan, seperti babi hutan, burung Kasuari, buaya, kura-kura dan lain sebagainya. Setiap kali berburu selalu dibekali dengan sagu, baru bisa mencari daging atau burung dan ikan.
Umumnya orang Momuna mengenal Ubi Gubu atau Matei dalam bahasa Momuna mulai dikenal setelah misionaris datang membawa turun Injil ke Dekai.
 
Meramu dan berburu
Sejak dulu orang tua selalu hidup berpindah-pindah, kata Ismail. Karena ketika sumber makanan habis, maka mereka harus pindah dan membuka kebun baru lagi.

Para antropolog menyebutkan, ada tiga macam kehidupan nomaden, yaitu sebagai pemburu-peramu (hunter-gatherers), penggembala (pastoral nomads), dan pengelana (peripatetic nomads). 
Berburu-meramu lanjut pakar antropolog adalah metode bertahan hidup yang paling lama bertahan dalam sejarah manusia, dan para pelakunya berpindah mengikuti musim tumbuhan liar dan hewan buruan. Rotasi perladangan berpindah-pindah itu akan berlangsung selama 20 tahun dan masyarakat adat akan selalu kembali ke lokasi semula untuk berkebun karena sudah subur.

Perladangan berpindah-pindah sebenarnya sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Jika kesuburan lahan mulai berkurang mereka akan membiarkan lahan itu (follow of period) untuk memperbaiki siklusnya dan ini sangat berbeda ketika menerapkan pertanian menetap, karena lahan-lahan tropis tak selamanya subur jika tak diberi pupuk.

Antropolog Indonesia Prof Dr Subur Budi Santoso dalam penelitiannya mengatakan, etos kerja dari masyarakat peramu dan pemburu sangat kuat untuk mencapai hasil sebaik mungkin tanpa harus merusak lingkungan, sebagai pola-pola pengembangan adaptasi manusia.

Makanan pokok orang-orang Momuna sejak dulu sagu dan ubi-ubian tetapi sagu adalah makanan pokok masyarakat setempat.
"Tidak  ada sagu juga orang bisa lemah, tetapi sekarang ini baru ada nasi," kata Kepala Suku besar Momuna.
Menurut dia tak boleh sembarang orang menebang sagu, karena itu makanan pokok orang asli Momuna, jika ditebang jelas membunuh orang Momuna.

“Siapapun yang tebang sagu dendanya bisa sampai Rp50 juta , jangan macam-macam karena itu makanan pokok kami orang Momuna, karena ini sama saja membunuh satu orang nyawa,” katanya.

Dia tak memungkiri kalau pemerintah juga pernah memberikan beras miskin atau beras sejahtera yang diterima dari Pemerintah Yahukimo melalui PD Irian Bhakti dan diserahkan kepada aparat desa.

“Kami berharap kedepan melalui desa bisa dapat beras perbulan sebagai warga negara Indonesia,” kelakarnya.Bersambung,-(anton ps)