SEJARAH SYEKH QUROTUL AIN KARAWANG (MAULANA HASANUDDIN CHAMPA)


 Penulis : M Rodhi irfanto




 Menulis Sejarah Islam Berdasarkan Fakta & Data,Semua tulisan bersifat rasional,
 terbuka, ilmiah dan bisa diperdebatkan Cp 081283222280 FB : M Rodhi irfanto

 
Ilustrasi Prabu Siliwangi (Kanan) & Syekh Quro (Kiri)
Red(policewatch.news),- Syekh Quro adalah Syekh Qurotul Ain atau Syekh Hasanudin atau Syekh Mursahadatillah. Menurut naskah Purwaka Caruban Nagari, Syekh Quro adalah seorang ulama. Dia adalah putra ulama besar Perguruan Islam dari negeri Campa yang bernama Syekh Yusuf Siddik yang masih ada garis keturunan dengan Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini serta Syekh Jalaluddin ulama besar Mekah. Jika ditarik dan dilihat dari silsilah keturunan, Syekh Hasanudin atau Syekh Quro masih ada garis keturunan dari Sayidina Husein Bin Saiyidina Ali r.a., menantu Nabi Muhammad SAW. dari keturunan Dyah Kirana ( Ibunya Syekh Hasanudin atau Syekh Quro ). Selain itu Syekh Hasanudin atau Syekh Quro juga masih saudara seketurunan dengan Syekh Nurjati Cirebon dari generasi ke– 4 Amir Abdullah Khanudin.
Adapun nasab Syekh Quro berdasarkan kitab nasab yang disusun Oleh Al Allamah Sayyid Bahruddin Azmatkhan Al Hafiz dan Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan, penerbit Madawis, Edisi Tahun 2014 adalah sebagai berikut  :
 1. Muhammad Rasulullah SAW
2. Fatimah Az-zahra
3. Husein As-shibti
4. Ali Zaenal Abidin
5. Muhammad Al-Baqir
6. Jakfar As-Shodiq
7. Ali Al-Uraidhi
8. Muhammad An-Naqib
9. Isa Ar-Rumi
10. Ahmad Al-Muhajir
11. Ubaidhillah
12. Alwi Al Awwal
13. Muhammad Shohibus Souma'ah
14. Alwi Atsani
15. Ali Kholi' Qosam
16. Muhammad Shohib Marbat
17. Alwi Ammul Faqih
18. Abdul Malik Azmatkhan
19. Abdullah Amir Khan
20. Sultan Ahmad Syah Jalaluddin
21. Husein Jamaluddin Jumadhil Kubro
22. Syekh Yusuf Siddiq
23. Syekh Hasanuddin/Maulana Hasanuddin/Syekh Quro Azmatkhan
***Sebelum berlabuh di Pelabuhan Karawang, Syekh Quro datang di Pelabuhan Muara Jati, daerah Cirebon pada tahun 1338 Saka atau tahun 1416 Masehi. Syekh Nurjati mendarat di Cirebon pada tahun 1342 Saka atau tahun 1420 Masehi atau 4 tahun setelah pendaratan Syekh Hasanudin atau Syekh Quro di Cirebon. Kedatangan Syekh Hasanudin atau Syekh Quro di Cirebon, disambut baik oleh Syahbandar atau penguasa Pelabuhan Muara Jati Cirebon yang bernama Ki Gedeng Tapa.
Maksud dan tujuan kedatangan Syekh Hasanudin ke Cirebon adalah untuk menyebarkan ajaran Agama Islam kepada Rakyat Cirebon. Syekh Hasanudin ketika di Cirebon, namanya disebut dengan sebutan Syekh Mursahadatillah oleh Ki Gedeng Tapa dan para santrinya atau rakyat Cirebon.
Setelah sekian lama di Cirebon, akhirnya misi Syekh Hasanudin untuk menyebarkan ajaran Agama Islam di Pelabuhan Cirebon rupanya diketahui oleh Raja Pajajaran yang bernama Prabu Angga Larang. Namun disayangkan misi Syekh Hasanudin ini oleh Prabu Angga Larang di tentang dan dilarang, dan kemudian Prabu Angga Larang mengutus utusannya untuk menghentikan misi penyebaran Agama Islam yang dibawakan oleh Syekh Hasanudin dan mengusir Syekh Hasanudin atau Syekh Mursahadatillah dari Tanah Cirebon.
Ketika utusan Prabu Angga Larang sampai di Pelabuhan Cirebon, maka utusan itu langsung memerintahkan kepada Syekh Hasanudin atau Syekh Mursahadatillah untuk segera menghentikan dakwah dan penyebaran Agama Islam di Pelabuhan Cirebon. Agar tidak terjadi pertumpahan darah, maka oleh Syekh Hasanudin atau Syekh Mursahadatillah atau Syekh Quro perintah yang dibawakan oleh utusan dari Raja Pajajaran Prabu Angga Larang itu disetujuinya, dan Syekh Hasanudin atau Syekh Mursahadatillah seraya berkata kepada utusan Raja Pajajaran Prabu Angga Larang : “ Meskipun dakwah dan penyebaran ajaran Agama Islam ini dilarang, kelak dari keturunan raja Pajajaran akan ada yang menjadi Waliyullah meneruskan perjuangan penyebaran ajaran Agama Islam ”. Peristiwa ini sontak sangat disayangkan oleh Ki Gedeng Tapa dan para santri atau rakyat Cirebon, karena Ki Gedeng Tapa sangat ingin berguru kepada Syech Hasanudin atau Syech Mursahadatillah atau Syekh Quro untuk memperdalam ajaran Agama Islam.
Ketika itu juga Syekh Hasanudin atau Syekh Mursahadatillah pamit kepada Ki Gedeng Tapa Muara Jati Cirebon untuk pergi ke Malaka, maka Ki Gedeng Tapa Muara Jati Cirebon menitipkan anak kandung Putri kesayangannya yang bernama Nyi Subang Larang, untuk ikut berlayar bersama Syekh Hasanudin atau Syekh Mursahadatillah ke Malaka.
Keberadaan di Karawang
Syekh Hasanudin atau Syekh Mursahadatillah berada di Pelabuhan Bunut Kertayasa ( Kampung Bunut Kelurahan Karawang Kulon Kecamatan Karawang Barat Kabupaten Karawang sekarang ini ). Di Karawang dikenal sebagai Syekh Quro karena dia adalah seorang yang hafal Al-Quran (hafidz) dan sekaligus qori yang bersuara merdu. Sumber lain mengatakan bahwa Syekh Quro datang di Jawa tepatnya di Karawang pada 1418 Masehi dengan menumpang armada Laksamana Cheng Ho yang diutus Kaisar Tiongkok Cheng Tu atau Yung Lo (raja ketiga jaman Dinasti Ming). 
Laksamana Cheng Ho
Tujuan utama perjalanan Cheng Ho ke Jawa dalam rangka menjalin persahabatan dengan raja-raja tetangga Tiongkok di seberang lautan. Armada tersebut membawa rombongan prajurit 27.800 orang yang salah satunya terdapat seorang ulama yang hendak menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Mengingat Cheng Ho seorang muslim, permintaan Syekh Quro beserta pengiringnya menumpang kapalnya dikabulkan. Syekh Quro beserta pengiringnya turun di pelabuhan Pura Dalem Karawang, sedangkan armada Tiongkok melanjutkan perjalanan dan berlabuh di Pelabuhan Muara Jati Cirebon.
Di Kabupaten Karawang pada tahun 1340 Saka (1418 M) didirikan pesantren dan sekaligus masjid di Pelabuhan Bunut Kertayasa, Karawang Kulon Karawang Barat sekarang, diberi nama Pondok Quro yang artinya tempat untuk belajar Al Quran. Syekh Quro adalah penganut Mahzhab Hanafi, yang datang bersama para santrinya antara lain : Syekh Abdul Rohman, Syekh Maulana Madzkur, dan Nyai Subang Larang. Syekh Quro kemudian menikah dengan Ratna Sondari putrinya dari Ki Gedeng Karawang dan lahir seorang putra yang bernama Syekh Akhmad yang menjadi penghulu pertama di Karawang. Syekh Quro juga memiliki salah satu santri yang sangat berjasa dalam menyebarkan ajaran Agama Islam di Karawang yaitu bernama Syech Abdulah Dargom alias Syech Darugem bin Jabir Modafah alias Syech Maghribi keturunan dari Sayyidina Usman bin Affan r. a. Yang kelak disebut dengan nama Syekh Bentong alias Tan Go. Syekh Bentong memiliki seorang istri yang bernama Siu Te Yo dan dia mempunyai seorang putri yang diberi nama Siu Ban Ci.
Ketika usia anak Syekh Quro dan Ratna Sondari sudah beranjak dewasa, akhirnya Syekh Quro berwasiat kepada santri–santri yang sudah cukup ilmu pengetahuan tentang ajaran Agama Islam seperti : Syekh Abdul Rohman dan Syekh Maulana Madzkur di tugaskan untuk menyebarkan ajaran Agama Islam ke bagian selatan Karawang, tepatnya ke kecamatan Telukjambe, Ciampel, Pangkalan, dan Tegalwaru sekarang. Sedangkan anaknya Syekh Quro dengan Ratna Sondari yang bernama Syekh Ahmad, ditugaskan oleh sang ayah meneruskan perjuangan menyebarkan ajaran Agama Islam di Pesantren Quro Karawang atau Masjid Agung Karawang sekarang.
Sedangkan sisa santrinya yang lain yakni Syech Bentong ikut bersama Syech Quro dan Ratna Sondari istrinya pergi ke bagian Utara Karawang tepatnya ke Pulo Bata Desa Pulokalapa Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang sekarang untuk menyebarkan ajaran Agama Islam dan bermunajat kepada Allah swt. Di Pulo Bata Syech Quro dan Syech Bentong membuat sumur yang bernama sumur Awisan, kini sumur tersebut masih dipergunakan sampai sekarang.
Waktu terus bergulir usia Syech Quro sudah sangat uzur, akhirnya Syech Quro Karawang meninggal dunia dan dimakamkan di Pulo Bata Desa Pulokalapa Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang. Sebelum meninggal dunia Syech Quro berwasiat kepada santri – santrinya berupa : “Ingsun Titip Masjid Langgar Lan Fakir Miskin Anak Yatim Dhuafa”.
Maka penerus perjuangan penyebaran ajaran Agama Islam di Pulo Bata, diteruskan oleh Syekh Bentong sampai akhir hayatnya Syekh Bentong.
Makam Syekh Quro Karawang dan Makam Syekh Bentong ditemukan oleh Raden Somaredja alias Ayah Djiin alias Pangeran Sambri dan Syech Tolha pada tahun 1859 Masehi atau pada abad ke – 19. Raden Somaredja alias Ayah Djiin alias Pangeran Sambri dan Syech Tolha, di tugaskan oleh Kesultanan Cirebon, untuk mencari makam Maha guru leluhur Cirebon yang bernama Syech Quro.
Bukti adanya makam Syekh Quro Karawang di Pulo Bata Desa Pulokalapa Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang, di perkuat lagi oleh Sunan Kanoman Cirebon yaitu Pangeran Haji Raja Adipati Jalaludin saat berkunjung ke tempat itu dan surat, penjelasan sekaligus pernyataan dari Putra Mahkota Pangeran Jayakarta Adiningrat XII Nomor : P-062/KB/PMPJA/XII/11/1992 pada tanggal 05 Nopember 1992 yang di tunjukan kepada Kepala Desa Pulokalapa Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang.

Keterkaitan Syekh Quro dengan Raden Pamanah Rasa

Setelah beberapa waktu berada di pelabuhan Karawang, Syekh Hasanuddin menyampaikan dakwahnya di musholla yang dibangunnya dengan penuh keramahan. Uraiannya tentang agama Islam mudah dipahami, dan mudah pula untuk diamalkan, karena ia bersama santrinya langsung memberi contoh. Pengajian Al-Qur’an memberikan daya tarik tersendiri, karena ulama besar ini memang seorang Qori yang merdu suaranya. Oleh karena itu setiap hari banyak penduduk setempat yang secara sukarela menyatakan masuk Islam.
Raden Pamanah Rasa  Raja Pajajaran bergelar Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi)
Berita tentang dakwah Syekh Hasanuddin (yang kemudian lebih dikenal dengan nama Syekh Quro) di pelabuhan Karawang rupanya telah terdengar kembali oleh Prabu Angga Larang, yang dahulu pernah melarang Syekh Quro melakukan kegiatan yang sama tatkala mengunjungi pelabuhan Muara Jati Cirebon. Sehingga ia segera mengirim utusan yang dipimpin oleh sang putra mahkota yang bernama Raden Pamanah Rasa untuk menutup Pesantren Syekh Quro. Namun tatkala putra mahkota ini tiba di tempat tujuan, rupanya hatinya tertambat oleh alunan suara merdu ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh Nyai Subang Larang. Putra Mahkota (yang setelah dilantik menjadi Raja Pajajaran bergelar Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi) itu pun mengurungkan niatnya untuk menutup Pesantren Quro, dan tanpa ragu-ragu menyatakan isi hatinya untuk memperistri Nyi Subang Larang yang cantik itu dan halus budinya.
Lamaran tersebut rupanya diterima oleh Nyai Subang Larang dengan syarat mas kawinnya haruslah berupa “Bintang Saketi Jejer Seratus”, yaitu simbol dari “tasbih” yang berada di Negeri Makkah.
Sumber lain menyatakan bahwa hal itu merupakan kiasan bahwa sang Prabu haruslah masuk Islam, dan patuh dalam melaksanakan syariat Islam. Selain itu, Nyai Subang Larang juga mengajukan syarat, agar anak-anak yang akan dilahirkan kelak haruslah ada yang menjadi Raja. Semua hal tesebut rupanya disanggupi oleh Raden Pamanah Rasa, sehingga beberapa waktu kemudian pernikahan pun dilaksanakan, bertempat di Pesantren Quro (atau Mesjid Agung Karawang sekarang) dimana Syekh Quro sendiri bertindak sebagai penghulunya.
Raden Pamanah Rasa dan Nyai Subang Larang dikaruniai 3 orang putra yang bernama :
1. Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana atau Cakraningrat ( Yang lahir pada tahun 1345 Saka atau tahun 1423 Masehi ).
2. Nyi Mas Rara Santang atau Syarifah Muda’im ( Yang lahir pada tahun 1348 Saka atau tahun 1426 Masehi ).
3. Raja Sangara atau Raden Kian Santang ( Yang lahir pada tahun 1350 Saka atau tahun 1428 Masehi ).
Ketika anak–anak Nyi Subang Larang dengan Raden Pamanah Rasa telah menginjak usia dewasa dan telah mendapat bimbingan dari Waliyullah Syekh Quro, maka ketiga anak – anak dari Nyi Subang Larang dengan Raden Pamanah Rasa itu ditugaskan oleh Syekh Quro untuk lebih memperdalam lagi ajaran Agama Islam ke Pelabuhan Cirebon untuk berguru kepada Syekh Nurjati Cirebon.
Setelah cukup mendapatkan bimbingan dari Syekh Nurjati Cirebon, maka ketiga anak–anak dari Nyi Subang Larang dengan Raden Pamanah Rasa diberi tugas oleh Syek h Nurjati Cirebon, adik bungsu dari Nyi Mas Rara Santang dan Raden Walasungsang yang bernama Raden Sangara atau Raden Kian Santang bertugas menyebarkan dan mengajarkan ajaran Agama Islam di Barat Cirebon yakni ke wilayah Limbangan Kabupaten Garut, sedangkan Nyi Mas Rara Santang bersama kakaknya Raden Walasungsang ditugaskan untuk berhaji dan sebelum berhaji disarankan terlebih dahulu menemui Syekh Ibrahim di Campa untuk mendapatkan bimbingan.
Ketika setelah mendapatkan bimbingan dari Syech Ibrahim, maka Raden Walasungsang dan Nyi Mas Rara Santang ditugaskan untuk melanjutkan perjalanannya ke Mekah. Selama di Mekah, keduanya tinggal di pondok Syech Bayanullah, adik Syekh Nurjati dan berguru kepada Syekh Abuyazid. Setelah selesai melaksanakan ibadah haji, maka kakanya Nyi Mas Rara Santang yang bernama Raden Walasungsang dipersunting oleh Nyi Indang Geulis atau Endang Ayu di Mekah, sedangkan adiknya yang bernama Nyi Mas Rara Santang ketika di Mekah dipersunting oleh raja Mesir yang bernama Maulana Sultan Mahmud atau Syarif Abdullah.
Kemudian setelah berhaji, Raden Walasungsang beserta istrinya Nyi Indang Geulis atau Endang Ayu pulang ke negeri Caruban atau Cirebon, sedangkan adiknya yang bernama Nyi Mas Rara Santang di bawa oleh suaminya ke negeri Mesir.
Nyi Mas Rara Santang setelah menikah dengan Maulana Sultan Mahmud atau Syarif Abdullah namanya diganti menjadi Syarifah Muda’im. Hasil dari pernikahan antara Nyi Mas Rara Santang dengan Maulana Sultan Mahmud atau Syarif Abdullah, dikaruniai 2 orang anak yakni :
1. Syarif Hidayatullah ( Lahir di Mesir pada tahun 1372 Saka atau tahun 1450 Masehi ).
2. Syarif Nurullah ( Lahir di Mesir pada tahun 1375 Saka atau tahun 1453 Masehi ).
Waktu terus berganti, setelah Syarif Abdullah ayahnya Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah meninggal dunia, maka jabatan Sultan Mesir diserahkan kepada Syarif Nurullah, sedangkan Syarif Hidayatullah dan ibundanya yang bernama Nyi Mas Rara Santang meneruskan menimba ilmu agama Islam dari ulama Mekah dan Bagdad. Setelah cukup menimba ilmu Agama Islam, tepatnya pada tahun 1397 Saka atau tahun 1475 Masehi Syarif Hidayatullah bersama ibundanya pulang ke Negeri Caruban atau Cirebon bermaksud untuk menyebarkan Agama Islam dan bertemu kepada Eyang dan Uwaknya Syarif Hidayatullah yakni kepada Ki Gedeng Tapa ( Eyang Syarif Hidayatullah ) dan Raden Walasungsang atau Pangeran Cakrabuana atau Cakraningrat ( Uwak Syarif Hidayatullah ).
Sesampainya di Pelabuhan Muara Jati Cirebon, mereka disambut baik oleh Ki Gedeng Tapa yang merupakan Eyangnya Syarif Hidayatullah dan Raden Walasungsang yang merupakan Uwaknya Syarif Hidayatullah, pada waktu itu Raden Walasungsang menjadi Penguasa Cirebon yang bergelar Pangeran Cakrabuana atau Cakraningrat. Akhirnya setelah lama di Cirebon Syarif Hidayatullah mendapatkan bimbingan dan arahan dari Ki Gedeng Tapa dan Raden Walasungsang untuk menjadi Santri Baru guna menimba lebih dalam lagi ilmu dan memperdalam Agama Islam ke Paguron Gunung Jati di Pasambangan Jati yang dipimpin oleh Syech Nurjati Cirebon.
Waktu terus bergulir setelah memperdalam Agama Islam di Paguron Gunung Jati Syech Nurjati Cirebon, Syarif Hidayatullah menerima wejangan – wejangan yang berharga dari Syekh Nurjati yakni : ”Ketahuilah bahwa nanti di zaman akhir, banyak orang yang terkena penyakit. Tiada seorangpun yang dapat mengobati penyakit itu, kecuali dirinya sendiri karena penyakit itu terjadi akibat perbuatannya sendiri. Ia sembuh dari penyakit itu, kalau ia melepaskan perbuatannya itu.
Dan ketahuilah bahwa nanti di akhir zaman, banyak orang yang kehilangan pangkat keturunannya, kehilangan harga diri, tidak mempunyai sifat malu, karena dalam cara mereka mencari penghidupan sehari-hari tidak baik dan kurang berhati-hati. Oleh karena itu sekarang engkau jangan tergesa-gesa mendatangi orang-orang yang beragama Budha.
Baiklah engkau sekarang menemui Sunan Ampel di Surabaya terlebih dahulu dan mintalah fatwa dan petunjuk dari dia untuk bekal usahamu itu. Ikutilah petunjuk dia, karena pada saat ini di tanah Jawa baru ada dua orang tokoh dalam soal keislaman, ialah Sunan Ampel di Surabaya dan Syech Quro di Karawang. Mereka berdua masing-masing menghadapi Ratu Budha, yakni Pajajaran Siliwangi dan Majapahit. Maka sudah sepatutnyalah sebelum engkau bertindak, datanglah kepada dia terlebih dahulu. Begitulah adat kita orang Jawa harus saling menghargai, menghormati antara golongan tua dan muda.
Selain itu, dalam usahamu nanti janganlah kamu meninggalkan dua macam sembahyang sunah, yaitu sunah duha dan sunah tahajud. Di samping itu, engkau tetap berpegang teguh pada empat perkara, yakni syare’at, hakikat, tarekat, dan ma’rifat, serta wujudkanlah atau bentuklah masyarakat yang Islamiyah”.
Waktu terus berganti, ketika Syekh Nurjati meninggal dunia maka pemimpin Paguron Gunung Jati dipimpin oleh anak bungsunya Syekh Nurjati Cirebon yang bernama Syekh Datuk Khafid.
Hari berganti hari tahun berganti tahun, usia Syekh Datuk Khafid sudah sangat uzur, maka kedudukan atau pimpinan Paguron Gunung Jati digantikan atau dipimpin oleh Syarif Hidayatullah. Ketika menggantikan kedudukan pimpinan Paguron Gunung Jati sebagai guru dan da’i di Amparan Jati Syarif Hidayatullah diberi julukan Syekh Maulana Jati atau disingkat Syekh Jati.
Paguron Gunung Jati yang di pimpin oleh Syarif Hidayatullah ternyata berkembang pesat, banyak santri–santri di luar Cirebon untuk bersantri atau berguru di Paguron Gunung Jati. Perkembangan ini terus berlanjut tatkala Syarif Hidayatullah menggantikan uwaknya yakni Raden Walasungsang yang usianya sudah sangat uzur untuk memimpin Kerajaan Cirebon.
Ketika memimpin Kerajaan Cirebon Syarif Hidayatullah diberi gelar Susuhunan atau Sunan Gunung Jati Cirebon. Syarif Hidayatullah setelah memimpin Kerajaan atau Kesultanan Cirebon, ia menikah dengan Nyai Kawunganten adik dari Bupati Banten. Dari pernikahan antara Syarif Hidayatullah dengan Nyai Kawunganten, dikaruniai 2 orang putra, yaitu :
1. Ratu Wulung Ayu.
2. Maulana Hasanuddin, yang kelak menjadi Sultan Banten I.
Pada tahun tahun 1402 Saka atau tahun 1480 Masehi atau semasa dengan Wali Songo Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon, membangun sebuah Masjid yang bernama Masjid Sang Cipta Rasa. Masjid ini dibangun atas kerja sama antara Sunan Gunung Jati dengan Sunan Kalijaga. Nama masjid ini diambil dari kata " Sang " yang bermakna keagungan, " Cipta " yang berarti dibangun, dan " Rasa " yang berarti digunakan. Masjid Agung Sang Cipta Rasa terletak di sebelah utara Keraton Kasepuhan. Masjid ini terdiri dari dua ruangan, yaitu beranda dan ruangan utama. Untuk menuju ruangan utama, terdapat sembilan pintu, yang melambangkan Wali Songo. Masyarakat Cirebon tempo dulu terdiri dari berbagai etnik. Hal ini dapat dilihat pada arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang memadukan gaya Demak, Majapahit, dan Cirebon.

Keterkaitan Syekh Quro dengan Raden Patah

Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Patah adalah putra Brawijaya raja terakhir Majapahit (versi babad) dari seorang selir Tiongkok. Selir Tiongkok ini puteri dari Kyai Batong (alias Tan Go Hwat). Karena Ratu Dwarawati sang permaisuri yang berasal dari Campa merasa cemburu, Brawijaya terpaksa memberikan selir Tiongkok kepada putra sulungnya, yaitu Arya Damar bupati Palembang. Setelah melahirkan Raden Patah, putri Tiongkok dinikahi Arya Damar (alias Swan Liong), melahirkan Raden Kusen (alias Kin San).
 Menurut Purwaka Caruban Nagari, nama asli selir Tiongkok adalah Siu Ban Ci, putri Tan Go Hwat dan Siu Te Yo dari Gresik. Tan Go Hwat merupakan seorang saudagar dan juga ulama bergelar Syekh Bentong (alias Kyai Batong) santrinya Syekh Quro.
Karawang pada masa Islam juga merupakan kawasan penting. Pelabuhan Caravam yang sudah eksis sejak masa Kerajaan Sunda tampaknya terus berperan hingga masa Islam. Salah satu situs arkeologi dari masa Islam di Karawang adalah makam Syekh Quro. Menurut tulisan yang tertera pada panil di depan komplek makam, Nama lengkap Syekh Quro adalah Syekh Qurotul Ain

Keterkaitan Syekh Quro dengan Syekh Nurjati

Syekh Quro merupakan utusan Raja Campa. Secara geneologis, Syekh Quro dan Syekh Nurjati atau Syekh Datuk Kahfi adalah sama-sama saudara seketurunan dari Amir Abdullah Khanudin generasi keempat. Syekh Quro datang terlebih dahulu ke Amparan Jati pada tahun 1338 Saka atau pada tahun 1416 Masehi.
Pada saat pendaratannya yang kedua di Karawang Syekh Quro datang ke Karawang bersama para santrinya yakni Syekh Abdul Rohman, Syekh Maulana Madzkur, dan Nyai Subang Larang yang ikut berlayar bersama rombongan dari angkatan laut Tiongkok dari Dinasti Ming yang ketiga dengan Kaisarnya, Yung Lo (Kaisar Cheng-tu). Armada angkatan laut tersebut dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho alias Sam Po Tay Kam. Mereka semua telah masuk Islam. Armada tersebut hendak melakukan perjalanan melawat ke Majapahit dalam rangka menjalin persahabatan. Ketika armada tersebut sampai di Pelabuhan Pura Dalem Karawang, Syekh Quro (Syekh Hasanudin) beserta pengiringnya turun. Syekh Quro pada akhirnya tinggal dan menyebarkan ajaran agama Islam di Karawang. Kedua tokoh ini dipandang sebagai tokoh yang mengajarkan Islam secara formal yang pertama kali di Jawa Barat. Syekh Quro di Karawang dan Syekh Nurjati di Cirebon. Selain itu pada masa hidupnya antara Syekh Quro dan Syekh Nurjati menjalin persahabatan sampai sekarang ini diantaranya yaitu :
1. Syekh Quro Karawang mengirimkan orang kepercayaannya yang bergelar Penghulu Karawang ke Dukuh Pasambangan untuk menjalin persahabatan.
2. Ratna Sondari ( Puteri Ki Gedeng Karawang ) atau istrinya Syekh Quro Karawang memberikan sumbangan hartanya untuk mendirikan sebuah masjid di Gunung Sembung ( Nur Giri Cipta Rengga ) yang bernama Masjid Dog Jumeneng atau Masjid Sang Saka Ratu.
3. Syekh Abdiulah Dargom alias Syekh Darugem alias Syekh Bentong dan Syekh Bayanullah ( Adiknya Syekh Nurjati Cirebon ) setelah menunaikan ibadah haji, mereka ( Syekh Bayanullah dan Syekh Bentong ) mendirikan Pesantren Quro di Desa Sidapurna Kabupaten Kuningan Jawa Barat sekarang.
4. Cucunya Syekh Ahmad dari Nyi Mas Kedaton yang bernama Musanudin, kelak Musanudin menjadi Lebai atau pemimpin Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon pada masa pemerintahan Susuhunan Jati atau Sunan Gunung Jati Cirebon. Sedang Syekh Ahmad itu sendiri merupakan anak dari Syekh Quro Karawang dengan Ratna Sondari putri Ki Gedeng Karawang.
5. Pengangkatan juru kunci di situs makam Syekh Quro dikuatkan oleh pihak Keraton Kanoman Cirebon.

Sejarah Penemuan Makam Syekh Quro

tempat ziarah Syekh Quro dan Syekh Bentong


--Keberkahan makam Syekh Quro tak lepas dari riwayat penemuannya yang menakjubkan. Juru kunci makam, Habib Rista menceritakan, pada abad ke-17 terdapat seorang yang bernama Raden Somaredja alias Ayah Djiin alias Penganten Sambri.
Beliau keturunan Munding Kawangi dari leluhurnya Kerajaan Galuh Pakuan, Pajajaran. Dia diminta oleh Kesultanan Cirebon untuk mencari tempat maha guru leluhur Cirebon yang bernama Syekh Quro.
Atas perintah itu, Raden Somaredja pun pergi dengan membawa pengawalnya dari kesultanan menuju ke arah barat yaitu ke daerah Cianjur lalu ke Bogor yaitu ke dusun Citeurep. Tujuannya untuk menemui pangeran Sake turunan dari Syekh Maulana Yusuf dari Banten.
Raden Somaredja lantas menceritakan maksud dan tujuannya. Di tempat itulah, Raden Somaredja mendapat ilham untuk melanjutkan pencariannya ke daerah Karawang hingga sampailah di Kuta Tandingan.
Di lokasi itu Raden Somaredja bertemu dan disambut baik oleh Eyang Sarpi. Karena Raden Somaredja orang yang baik hati dan cerdas, oleh Eyang Sarpi diangkat menjadi menantu. Dia dinikahkan dengan salah seorang putri angkatnya yang bernama Nyai Anisa.
Pernikahan Raden Somaredja dengan Nyai Anisah dikaruniai tiga putra yaitu, Raden Suryadiredja alias Dji’in, Raden Suryadidjaya alias Mian, Raden Suryawidjaya alias Embeh. Mereka yang kemudian mewariskan para pemimpin Desa Pulo Kalapa dan pengurus makam Syekh Quro.
Semenjak memiliki putra pertama Raden Suryaredja alias Dji’in, sapaan Raden Somaredja berubah menjadi Ayah Dji’in. Sementara istrinya, Nyai Anisah disebut Ma Ini. Sebagai mertua, Eyang Sarpi mengingatkan Raden Somaredja agar segera melanjutkan perjalanannya.

Tak lama kemudian, Somaredja beserta keluarga dan para pengawalnya melanjutkan perjalanan ke daerah Karawang sebelah Utara hingga sampai ke salah satu perkampungan yang disebut Pulo Kalapa. Tahun 1850 rombongan Somaredja tiba di sana yang kala itu masih rawa-rawa belantara. Di lahan itulah selajutnya Raden Somaredja mengolahnya menjadi lahan pertanian yang subur.
“Namun pada sewaktu pengelolaan lahan tersebut, ada sesuatu yang aneh di suatu lahan. Di tanah timbul selalu banyak binatang-binatang buas dan berbisa seperti ular, harimau dan sebagainya,” kata juru kunci makam Habib Rista.

Bahkan, saban malam Raden Somaredja senantiasa menyaksikan cahaya yang bersinar di tanah timbul itu. Para pengikutnya tak urung jatuh sakit saat membuka lahan tersebut. Penasaran, Raden Somaredja lantas berniat mencari tahu apa yang menyebabkan hal itu terjadi di sana.

Sejak mempunyai niatan tersebut, di setiap tidurnya Raden Somaredja kerap bermimpi melihat seorang ulama besar yang berpakaian jubah putih yang tengah bertawasul dan berzikir kepada Allah SWT sembari memegang tasbih. Mimpi ini hadir hingga tiga kali, menghiasi tidur Somaredja. Raden Somaredja pun lantas melakukan istiqomah, dengan hati yang tulus dan ikhlas memohon petunjuk dari Allah SWT.

Somaredja mengawali langkah istikomahnya dengan melantunkan azan terlebih dahulu di tempat tersebut. Namun, mendadak ada yang menyahutnya. Pun saat Somaredja selesai bertawasul dan membaca salam, sahutan kembali muncul.
  “Ketika dilihat, di depannya ada cahaya yang bersinar dan bersuara serta mengatakan, bahwa beliau adalah Syekh Quro. Tempat itu  persis di atas tumpukan bata bata yang ukurannya tidak sama dengan bata biasa. Sampai sekarang disebut Kramat Pulobata,” ujarnya.
Makam Syehk Quro
Atas temuan itu, Raden Somaredja langsung melapor ke keraton Cirebon sekaligus mengundang saksi atas temuan itu. Sesuhunan Cirebon lantas mengutus juru kunci Astana Gunung Jati yakni Kyai Talka atau Kyai Tolakoh untuk segera pergi ke tempat temuan Raden Somaredja.

Sesampainya di Pulobata, Kyai Tolakoh dan Raden Somaredja masih menjumpai cahaya itu. Terlihat pula oleh keduanya seseorang yang berpakaian jubah putih memegang tasbih yang sedang berdzikir. Saat keduanya mengucapkan salam, bayangan orang yang sedang berdzikir itu menjawab seraya memberikan pesan, "Jaga dan peliharalah tempat ini, Insya Allah  akan membawa keberkahan untuk semuanya." Setelah itu, bayangan dan sinar tersebut menghilang tanpa wujud.

Waktu itu bertepatan pada ahri Jum’at malam Sabtu Kliwon akhir bulan Ruwah atau Sya’ban tahun 1277 H / 1859 M . Sejak itulah Raden Somaredja dan Kyai Talka melaporkan temuan tersebut ke kesultanan Cirebon.

Para ulama Kraton Cirebon lalu berkunjung ke tempat itu untuk melakukan istighosah bersama. Mereka bersepakat dan meyakini bahwa di tempat itulah keberadaan makam karomah Syekh Quro. Di tempat itulah lantas diberi tanda dengan membawa Batu Jahul atau batu nisan dari Cirebon. Makam yang terletak di Dusun Pulobata, Desa Pulo Kalapa, Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Karawang ini salah satu yang ramai dikunjungi peziarah.

Referensi

1.   Syehk Quro Karawang Disparbud Prov. Jabar
2.   Biografi Syekh Nurjati IAIN Cirebon
3.   Sejarah Makam Syekh Quro Lemah Gandu
4.   Biografi Syekh Nurjati H. R. Bambang Irianto, BA dan Dra. Siti Fatimah, M.hum. 2009. Syekh Nurjati (Syekh Datul Kahfi) perintis Dakwah dan Pendidikan. Cirebon : Zulfana Cierbon


Pemprov Jateng Dukung Penuh Terhadap Usaha Mikro Kecil




Reporter : M. Taufiq.Sapta



Dari kiri: Pimwil Jamkrindo kanwil 5 Jateng,Wahyu Hidayatullah, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jateng, Bima kartika,SH.MH, Dekan FEB Undip, DR, Suharnomo dan Anggota Komisi B DPRD Jateng, Achsin Makruf serta Moderator Prasetyobudi. Foto : M. Taufik
Semarang, (Policewatch.news).Sektor usaha ekonomi kecil dan mikro terbukti telah mampu menjadi tulang punggung ekonomi nasional, untuk itu harus senantiasa dijaga ,dipelihara saat krisis ekonomi global melanda. Sektor kecil dan mikro di Indonesia masih berdiri tegak,menunjukkan eksistensinya,
sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk senantiasa mengembangkan usaha kecil dan mikro. Apalagi disaat ini jawa tengah sudah mendapatkan berkah bonus demografi dimana penduduk
usaia produktif menjadi dominan.
Antusiasme anak muda saat ini untuk berwirausaha harus dikelola agar berkah ini tidak berubah jadi malapetaka .Pemerintah Provinsi Jawa Tengahpun telah memberikan dukungan penuh terhadap usaha kecil mikro sebagian masih membutuhkan pendampingan seperti pelatihan dan promosi untuk ini di buktikan dorongan dan motifasi yang lebih dari pemerintah ,dari pusat sampai daerah dan pihak terkait.
Pemerintah Provinsi juga meminta kabupaten kota untuk berani tampil memasarkan produk usaha kecil unggulannya pada setiap kesempatan. Tujuannya agar UMKM nya maju hingga mampu menembus pasar Internasional. Selain itu akses permodalan menjadi faktor penting usaha kecil mikro agar bisa bertahan dan berkembang, untuk itu perlu campur tangan pemerintah melalui lembaga penjamin kredit agar mereka bisa mengakses kredit usaha rakyat.
Anggota komisi B DPRJateng, Achsin Makruf menyatakan,jumlah pengusaha Indonesia jumlahnya masih dibawah rata rata Negara di Asia, jumlah pengusaha Indonesia baru 3 persen dari jumlah penduduk Indonsia. Kita masih kalah dengan Negara Thailand udah mencapai 4 persen, Malaysia 5 persen, Singapura mencapai 7 persen bahkan untuk Negara Negara maju sudah mencapai angka 12 persen seperti China, Amerika Serikat.
Menurutnya kesejahteraan masyarakat bisa dilihat dari sector usaha, sector jumlah pengusahanya. Manakala jumla pengusaha tinggi maka bisa dipastikan bahwa kesejahteraan masyarakat pada tingkat sejahtera, ini dilihat dari perbandingan rasio dengan jumlah penduduk Negara Negara yang secara ekonomi maju,” ujarnya, saat menjadi salah satu nara sumber Dialog bersama Parlemen Jawa Tengah dalam prime topic, dengan tema Tumbuh kembangkan Usaha Mikro Kecil yang disiarkan langsung MNC Trijaya FM di Gedung C,lantai 4 FEB Undip Tembalang Semarang, Senin, 11/3/2019.
Sementara itu Dekan FEB Undip Semarang,Suharnomo mengungkapkan, di kampus FEB Undip Tembalang Semarang ada Klinik Bisnis, starup profile book. Banyak juga yang mengarah pada star up digital basic diantaranya tangan bionic, box office, sirobo semua berbicara untuk ekonomi ke depan basic kreatifitas education termasuk di bidang UMKM. Menurut nya selama ini sebgian orang turun temurun melakukan sesuatu menjadi besar didasarkan dari yang dia bisa.
Apa yang kita buat di klinik bisnis di FEB Undip ini adalah bagian dari down streaming dari produk produk riset pengembangan UMKM pun harus didasarkan pada riset,” tuturnya.
 

Para nara sumber menerima cindera mata dari Dekan FEB Undip Semarang ,DR, Suharnomo,
Pada kesempatan yang sama Sekretaris Dinas Koperasi dan UMKM Jateng, Bima kartika SH.MH mengungkapkan , Pemprov Jateng melalui Dinas Koperasi dan UMKM telah melakukan pembinaan terhadap pelaku UMKM yang jumlahnya mencapai 137 ribu supaya perekonomian masyarakat meningkat, diharapkan kedepannya pelaku UMKM terus meningkat kualitasnya melalui program UMKM naik kelas.
Menurut Bima Kartika, dalam pembinaan UMKM dilakukan mulai dari pembuatan produk Legalitas hingga pemasaran. Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas UMKM di Jateng khususnya di tahun 2019 ini disiapkan anggaran sebesar Rp.69 milliar, ini lebih besar dibandingkan pada anggaran tahun 2018 lalu sebesar Rp.59 milliar jadi ada tambahan Rp.10 milliar.
Selain itu pihaknya saat ini mengaku bekerja sama dengan bandara Ahmad Yani Semarang dengan membuka gallery UMKM yang memasarkan 760 produk UMKM dari Jateng. Pemprov jateng melalui Dinas Koperasi dan UMKM meningkatkan anggarannya setiap tahunnya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas UMKM. Pelaku UMKM di jateng mencapai angka 13,7 persen atau sekitar 4,8 juta dari jumlah penduduknya 35 juta,” pungkasnya.

Wujudkan Pemilu Yang Berintegritas, Polres Sintang Adakan FGD



Reporter : Tedy
(FGD) sekaligus Deklarasi Damai para Parpol, Caleg maupun masyarakat di kabupaten sintang 

 SINTANG, KAL-BAR (POLICEWATCH.NEWS).Kepolisian Resor Sintang menggelar Focus Group Discussion (FGD) sekaligus Deklarasi Damai para Parpol, Caleg maupun masyarakat di kabupaten sintang dalam menyambut pesta demokrasi yaitu Pemilu Legislatif dan pemilu Presiden 2019 agar berjalan Aman, damai dan sejuk khususnya di wilayah hukum Polres Sintang yang mana juga kegiatan ini diselenggarakan di Pendopo Bupati Sintang, Senin (11/3/2019).
Dalam kesempatan tersebut, Kapolres Sintang AKBP Adhe Hariadi, S. IK., M.H di depan seluruh tamu undangan yang terdiri dari Forkopimda, TNI – Polri, Partai Politik, Para Caleg, Kepala Desa serta masyarakat umum yang hadir pada pagi hari ini menyampaikan terimakasihnya kepada tam undangan yang sudah hadir di acara ini yang mana pada kegiatan pagi ini dalam rangka menyambut Pemilu 2019 yang akan berlangsung kurang lebih 37 (Tiga Puluh Tujuh) hari lagi.
Deklarasi damai yang dilaksanakan oleh seluruh tamu undangan yang hadir pada kegiatan FGD pagi hari ini diharapkan tidak hanya sebagai ucapan saja melainkan sebagai langkah dalam mewujudkan jalannya pelaksanaan Pemilu 2019 agar tetap aman, damai dan sejuk serta terhindar dari Konflik berkelanjutan yang dapat memecah belah rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Adapun AKBP Adhe juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama dapat mensukseskan jalannya Pemilu 2019 khususnya yang berada di Kota Sintang, menyikapi hal ini Polres Sintang juga mengundang ketua KPU dan Bawaslu untuk hadir pada pagi hari ini sebagai pembicara terkait kesiapan dalam menghadapi Pemilu serta tata cara dalam mencoblos kepada masyarakat Kota Sintang yang sekiranya masih awam (kurang mengerti) tentang cara pencoblosan.
Seperti yang kita tau Keberadaan TNI-Polri, KPU, dan Bawaslu pasti tidak akan maksimal untuk mengawal jalannya proses Pemilu 2019, apalagi seperti yang diungkapkan oleh Kapolres Sintang AKBP Adhe Hariadi bahwa jumlah personel yang dimiliki oleh Polres Sintang hanya berjumlah 554 sedangkan untuk TPS yang sudah pasti berjumlah 1414, dikarenakan keterbatasan jumlah personel yang ada maka dari itu Polres Sintang juga meminta tambahan pasukan yang berasal dari Polda Kalimantan Barat berjumlah 120 personel untuk melaksanakan pengawalan Mako maupun TPS terdekat.
Tidak hanya itu, pernyataan Kapolres juga ditujukan kepada masyarakat umum yang mana keberadaan masyarakat juga sangat berperan besar untuk bersama – sama dalam mengawal jalannya Pemilu yang aman dan kondusif, kata Kasat Binmas dalam acara tersebut.
Untuk itu AKBP Adhe Hariadi mengajak masyarakat untul bersama-sama dengan aparat kepolisian tetap menjaga situasi yang aman dan damai, agar dalam Pemilu 2019 nantinya, situasi tetap berjalan aman dan kondusif dan Jangan mudah terpancing dengan issu-issu yang memecah belah keamanan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab Justru Pemilu ini harusnya adalah ajang pesta demokrasi untuk lebih mempererat dan memperkokoh tali persaudaraan” ujarnya.

HASIL DARI RAKERNAS DI DEPOK IKATAN WARTAWAN ONLINE KABUPATEN PALI SEGERA DIBENTUK

Reporter. : Bambang.MD
Efran Ketua DPD IWO PALI ketika diwawancarai media ini di Rakernas IWO Depok Jawa Barat, Senin (11/03/2019).

PALI - MEDIA POLICEWATCH.NEWS - Pasca Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Organisasi Ikatan Wartawan Online (IWO) ke -I yang digelar di Shekinah Village, Jalan Pulo Mangga No.48 Grogol, Limo, Kota Depok Jawa Barat.pada Senin 11-12  Maret 2019. DPD IWO Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) Sumatera Selatan akan segera bergerak cepat untuk menyiapkan dan membentuk formatur kepengurusan defenitif IWO di Bumi Serepat Serasan.
Hal ini disampaikan Efran selaku penerima mandat Ketua DPD IWO PALI ketika diwawancarai media ini di Rakernas IWO Depok Jawa Barat, Senin (11/03/2019).
"Seusai Rakernas ini, kami akan segera membentuk kepengurusan DPD IWO di Kabupaten PALI untuk di definitifkan " Ujarnya.
Dituturkan Efran bahwa DPP IWO telah memberikan mandat kepada dirinya melalui surat Nomor 0011/MAN/IWO-Sumsel/III/2019 sebagai Ketua sementara, sedangkan Engghie BN sebagai Sekretaris IWO Kabupaten PALI.
Lanjut Efran, dengan adanya mandat tersebut, mereka ditugaskan untuk membentuk dan menyiapkan formatur kepengurusan IWO dikabupaten PALI.

" Cita-cita kami membentuk IWO di Kabupaten PALI bukanlah tanpa sebab dan bukan pula hanya ingin membentuk organisasi belaka, Melainkan IWO PALI ingin menjadi bagian dari asset jurnalis sebagaimana tuntutan zaman yang sudah membawa perubahan adab dunia yang semakin canggih " Terangnya.
"Di era industri 4.0 wartawan dituntut bukan hanya bertugas menyampaikan informasi, melainkan juga dituntut untuk membangun sebuah peradaban dunia sebagaimana sesuai dengan lagu Mars IWO," Papar Efran.
Dimana lanjutnya lagi, saat ini teknologi digital bukanlagi suatu perilaku atau barang tersier, melainkan adalah sebuah kebutuhan atau hal yang primer. Hampir setiap orang, baik itu dewasa dan anak-anak telah memiliki Hp, itu artinya setiap orang berkesempatan dengan bebas dan leluasa untuk mengakses informasi aktual, hangat dan terpercaya, sekali kilik maka informasi sudah ditangan.

"Untuk itulah IWO hadir di Bumi Serepat Serasan, tidak terlalu berlebihan saya kira, jika IWO PALI kelak bercita-cita ingin menjadi organisasi pers yang berfungsi penggerak kemajuan sekaligus penggerak kecerdasan masyarakat di Kabupaten PALI, dan bukan pesaing organisasi pers lain. Ucap Efran.
Untuk diketahui bahwa Ikatan Wartawan Online (IWO) se Indonesia sukses mengadakan Rakernas ke-I bertempat di Kota Depok, Jawa Barat dengan mengangkat tema "Masa depan Wartawan di era industri 4.0. 
Rakernas perdana ini dihadiri 300 peserta dari pengurus Se - Indonesia -  dari anggota IWO dari seluruh Provinsi/Kabupaten/Kota se-Indonesia. 

Rakernas tersebut juga diisi dengan Talk Show yang menghadiri narasumber-narasumber ternama. Seperti, Direktur Komunikasi Indonesia Indikator, Restika Herlambang, Enterprener muda, Edy Fajar, dan Mantan Wartawan Istana senior era 1990-2003, serta moderator Presenter Megaswara TV, Monalisa

Berdasarkan Survei Internal, Tim Sukses Sebut Prabowo-Sandi Menang di Atas 60 Persen


Reporter : Irfan
pasangan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno

Jakarta (policewatch.news),-Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, pihaknya yakin pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dapat meraih suara di atas 60 persen pada Pilpres 2019.

Hal itu diungkapkannya saat dimintai tanggapannya terkait hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang menunjukkan elektabilitas pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin lebih tinggi ketimbang pasangan Prabowo-Sandiaga.

"Kami yakin beberapa hari ini pada saat pencoblosan Prabowo-Sandi itu bisa menang di atas angka 60 persen," ujar Dahnil saat dihubungi, Senin (11/3/2019).

Dahnil mengatakan, berdasarkan hasil survei internal, elektabilitas pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno telah mencapai 54 persen.

Sementara, elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin berada di sekitar angka 40 persen.
Kendati demikian, Dahnil tidak menyebutkan secara spesifik mengenai hasil survei internal tersebut, misalnya mengenai jumlah responden dan kapan survei internal itu dilakukan.
Ia hanya menyebut elektabilitas Prabowo-Sandiaga unggul di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Sedangkan di Jawa Tengah, elektabilitas Prabowo-Sandiaga masih berada di bawah Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Hasil survei kami, justru saat ini sudah crossing, Prabowo-Sandi sudah di angka 54 persenan sedang Jokowi 40-an," kata mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah itu.

Sebelumnya, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) melakukan survei kepada 1.426 responden yang mewakili seluruh provinsi di Indonesia.
Peneliti menanyakan, seandainya pemilu dilakukan sekarang, siapa pasangan capres dan cawapres yang akan dipilih.
Hasilnya, 54,9 persen memilih pasangan Jokowi-Ma'ruf. Sementara, pemilih pasangan Prabowo-Sandi sebesar 32,1 persen.
Kemudian, sebanyak 13,0 persen menyatakan tidak tahu atau merahasiakan pilihannya.
"Selisih keduanya sekitar 23 persen, bila pilpres dilakukan saat survei," kata Deni.
Pengumpulan data dalam survei ini berlangsung pada 24-31 Januari 2019.
Penelitian ini menggunakan metode multistage random sampling, dengan melibatkan 1.426 responden.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka. Adapun, margin of error dalam penelitian ini lebih kurang 2,65 persen.

RAKERNAS IWO, RESMI DIBUKA MENJADI KONSTITUEN DEWAN PERS JADI AGENDA UTAMA


Reporter. : Bambang.MD
Bambang MD & Surya K ikuti Rakernas Ikatan Wartawan Online (IWO) di depok
DEPOK - POLICEWATCH.NEWS - Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Wartawan Online (IWO) sudah dibuka dan digelar secara resmi di Shakinah Village, Kota Depok, Senin (11/3/2019).
Tercatat ada sebanyak 150 pengurus dan anggota IWO dari seluruh Indonesia turut hadir dalam Rakernas yang digelar selama 2 hari tersebut.
Ketua Umum IWO, Jodhi Yudono dalam sambutannya menegaskan ada tiga agenda utama yang akan dibahas selama Rakernas.
“Yang pertama agenda Rakernas ini adalah menuju konstituen Dewan Pers,” ujar Jodhi salam sambutannya.
Lanjut Jodhi, Untuk mewujudkan hal tersebut, melalui Rakernas ini akan dibentuk tim perumus yang akan mengawal agenda IWO menjadi konstituen Dewan Pers.

Agenda berikutnya adalah menentukan program kerja IWO dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu, agenda lainnya adalah sosialisasi Kode Etik Wartawan Online (KEWO).
Jodhi menambahkan kehadiran peserta Rakernas IWO menunjukkan tingginya solidaritas dan rasa kebersamaan untuk mewujudkan IWO menjadi organisasi pers yang besar dimasa yang akan datang.
“Kehadiran kita adalah bahwa kita berdiri diatas kaki sendiri. Bahwa kita tidak bisa didikte oleh siapapun. Kita hadir disini adalah karena ada rasa cinta dan sayang diantara kita,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Jodhi juga menuturkan,  keberpihakan IWO pada aspek kemanusiaan. “Bangsa ini sekarang sudah kehilangan kasih sayang. IWO akan membangunan persaudaraan dan peradaban. Melalui forum Rakernas ini saya katakan bahwa IWO peduli dengan kemanusiaan. Kita wartawan, tapi jangan lupa kemanusiaan,” Tukasnya
Hadir pada Rakernas ini, dua tokoh senior pers Indonesia, mantan wartawan istana Agus dan Kosmos, mantan Ketua wartawan istana sejak diera Soekarno hingga era Soeharto.
Sementara itu salah seorang wartawan senior dari Kabupaten Lahat – Sumsel, Bambang MD yang merupakan peserta peninjau pada Rakernas ini mengatakan bahwa acara Rakernas ini sangat luar biasa, ini moment besar dunia jurnalis Indonesia. Bayangkan seluruh wartawan yang tergabung di IWO Indonesia bisa berkumpul dengan biaya sendiri.
Juga Kata Bambang, Sangat sependapat dengan perkataan pembicara Mustika Herlambang, yang katanya media Online itu media kelas tiga itu sangat benar mala media Online itu media kelas satu sebagai pilar demokrasi tutupnya.

Siti Aisyah Bebas, Sandiaga Harap Pemerintah Berikan Pekerjaan di Dalam Negeri


Reporter : Fauzyiah
TKI Siti Aisyah Bebas 

Jakarta (policewatch.news) - Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno angkat bicara terkait bebasnya TKI Siti Aisyah dari tuntutan hukuman mati karena dituding membunuh Kim Jong Nam di Malaysia Februari 2017 lalu.
Menurut Sandiaga Uno, negara harus menjamin perlindungan terhadap TKI di luar negeri.
"Setiap tenaga kerja Indonesia atau WNA di luar negeri perlu mendapat perlindungan dan negara harus hadir memberi perlindungan itu," kata Sandi di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin, (11/3/2019).
Sandiaga Uno mengaku gembira dengan dibebaskannya Siti Aisyah.

Ia berharap Siti Aisyah dapat kembali ke kehidupan normal setelah hampir dua tahun berurusan dengan hukum di Malaysia.
"Tentunya kami menyambut dengan gembira dan suka cita setelah Siti dibebaskan dari tuntutannya. Mudah-mudahan ia bisa kembali ke kehidupan normal," katanya.
Pemerintah, kata Sandiaga, harus memberi lapangan kerja kepada Siti. Sehingga ia dapat hidup layak di Indonesia.
"Negara harus memberikan satu kesempatan kerja untuk Siti. Insya Allah bisa pulang ke Indonesia dan bisa memiliki kehidupan yang layak di Indonesia," katanya. Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri atau (Kemlu RI) memberikan keterangan resmi terkait pembebasan Warga Negara Indonesia (WNI) Siti Aisyah.
Diketahui, Siti Aisyah (SA) merupakan WNI yang menjadi terdakwa dalam kasus pembunuhan Kim Jong Nam di Malaysia pada 17 Februari 2017 silam.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanantha Nasir mengatakan, dalam persidangan di Pengadilan Tinggi Shah Alam, Malaysia, pada Senin pagi hari ini, Jaksa Penuntut Umum Malaysia mengajukan kepada hakim untuk menghentikan tuntutan kepada Siti Aisyah."Atas dasar itu hakim memutuskan tuntutan kepada Siti Aisyah dihentikan dan Siti Aisyah dinyatakan bebas," ujar pria yang kerap disapa Tata saat konferensi pers di Kantor Kemlu RI, Pejambon, Jakarta Pusat, Senin (11/3/2019

Komunitas Pandowo Laporkan Perusakan dan Penganiayaan Pengemudi Ojek Daring


 Reporter  : M B latif 

Paguyuban Driver Online Wonosobo (Pandowo) melaporkan tindakan penganiayaan dan perusakan sepeda motor dan atribut pengemudi ojek online (daring) yang dilakukan sejumlah pengemudi ojek pangkalan, ke Polres Wonosobo.11/3

Wonosobo (policewatch.news) - Paguyuban Driver Online Wonosobo (Pandowo) melaporkan tindakan penganiayaan dan perusakan sepeda motor dan atribut pengemudi ojek daring   yang diduga dilakukan sejumlah pengemudi ojek pangkalan, ke Polres Wonosobo, Jawa Tengah.11/3

Sekretaris Pandowo Arif Priyanto di Wonosobo, Senin, mengatakan laporan ditujukan kepada aparat kepolisian, setelah korban menjalani visum pascatindakan penganiayaan yang dilakukan oknum ojek pangkalan di wilayah Kota Wonosobo.
Arif mengungkapkan setelah para pengemudi ojek daring beroperasi menggunakan atribut lengkap, kembali terjadi kericuhan antara pengemudi ojek daring dengan pengemudi ojek pangkalan di wilayah Wonosobo yang mengakibatkan satu orang mengalami luka ringan dan satu unit sepeda motor dan dua helm rusak.

Menurut dia kejadian bermula pada saat pihak pengemudi ojek daring kembali beroperasi sesuai SOP perusahaan, namun di tengah perjalanan pihak ojek pangkalan melakukan operasi penertiban (sweeping) di area Alun-alun Wonosobo.

"Pertama kali konflik ini di area Alun-Alun Wonosobo. Salah satu pengemudi kami menjadi korban, ditendang dan dianiaya sampai kakinya susah dibuat jalan. Bahkan motor dan helm dirusak," katanya.

Atas kejadian tersebut, pihaknya melakukan laporan ke kepolisian dengan membawa hasil visum korban penganiayaan. Namun, pada saat hendak melaporkan, kembali terjadi kericuhan di daerah Koramil 01 Wonosobo.

"Seperti di video yang sudah menyebar, motor dan helm korban dibanting hingga rusak dan saya sarankan kepada anggota untuk melaporkannya ke Polres Wonosobo dari pada membalas dengan anarkis," katanya.

Akhirnya, pihaknya melaporkan peristiwa tersebut ke Polres Wonosobo bersama ratusan pengemudi ojek daring. Pihak kepolisian, katanya, akan secepatnya memproses laporan tersebut. Selain itu, pihaknya menyerahkan penuh urusan hukum tersebut kepada kuasa hukum Pandowo, Teguh Purnomo.

"Korban penganiayaan ada satu pengemudi mengalami luka memar bagian paha dan berdarah pada bagian kaki. Untuk yang menjadi korban pengrusakan ada tiga orang," katanya.

Kuasa Hukum Pandowo, Teguh Purnomo menuturkan aparat Polres Wonosobo harus segera melakukan penegakan hukum terkait kasus penganiayaan dan perusakan kendaraan dan atribut pengemudi ojek daring. Apalagi tindakan mereka dilakukan secara terang-terangan di muka umum, sehingga penegakan aturan untuk segera diproses.

"Yang kami lihat pada kasus hari ini, ada sekelompok orang melakukan perusakan dan penganiayaan yang dilakukan secara terang-terangan, sehingga saksi jelas banyak yang melihat, barang bukti baik motor dan helm juga jelas bukti-buktinya. Ini perkara mudah, sehingga diharapkan aparat berwajib bisa segera melakukan penegakan hukum. Jangan sampai ada kesan hukum di Wonosobo tidak berjalan, hanya karena delik pidana dilakukan lebih dari seorang," katanya.

Ketua Pengurus Ojek Kota Wonosobo (POKW) Slamet Riyono menyebutkan, apa yang dilakukan anggotanya merupakan reaksi dukungan terhadap surat edaran Disperkimhub Wonosobo terkait penghentian sementara operasional sepeda motor berbasis daring pada penumpang.

"Hingga saat ini belum ada aturan menenai ojek daring, jadi rekan-rekan hanya bereaksi untuk mendukung keputusan yang dikeluarkan Disperkimhub," katanya.

Kabagops Polres Wonosobo Kompol Sutomo menyampaikan bahwa para pengemudi tak perlu terpancing emosinya.

"Terkait dengan laporan yang rekan-rekan pengemudi sampaikan tadi masih dalam pemeriksaan dan akan kami tindaklanjuti," katanya.
Menurut dia Polres Wonosobo masih memeriksa saksi-saksi yang ada."Kami berharap setelah rekan-rekan pulang dari tempat ini jangan ada konvoi," Pungkasnya...


Pemprov Jabar Jelaskan Uu Ruzhanul Absen di Persidangan


Reporter : Nana S
 Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum tidak memenuhi panggilan menjadi saksi sidang lanjutan perkara korupsi dana hibah Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya,
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum tidak memenuhi panggilan menjadi saksi sidang lanjutan perkara korupsi dana hibah Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, di Pengadilan Negeri Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, Senin.11/3
Bandung (policewatch.news) - Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan penjelasan terkait Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum tidak memenuhi panggilan menjadi saksi sidang lanjutan perkara korupsi dana hibah Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, di Pengadilan Negeri Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, Senin.11/3

Biro Humas dan Keprotokolan Setda Jawa Barat dalam siaran persnya menyatakan bahwa Wagub Jabar yang juga sebagai Plh Gubernur Jawa Barat, hari ini kegiatan ke Jakarta menghadiri undangan langsung Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman untuk acara peresmian National Plastic Action Partnership.

Surat Pemberitahuan resmi ketidakhadiran Wagub sudah dikirimkan ke PN Bandung.
Wagub Jabar sangat menghormati proses hukum yang sedang berjalan sesuai prosedur dan mekanisme serta ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sementara itu, Jaksa Penuntut Umum (JPU), Andi Andikawira juga telah menerima informasi terkait Uu yang tidak bisa memberikan kesaksian terkait dugaan keterlibatannya dengan perkara yang merugikan negara sebesar Rp3,9 miliar tersebut.
"Karena mengikuti kegiatan rapat terbatas sekaligus peresmian terkait National Plastik Action Partnership Indonesia di Jakarta," kata Andi di Pengadilan Negeri Bandung, Jalan L.L.R.E Martadinata, Kota Bandung.

Menanggapi hal tersebut Ketua Majelis Hakim, M Razad akhirnya memutuskan untuk memanggil kembali Uu Ruzhan Ulum setelah sebelumnya diminta oleh para terdakwa. Sidang selanjutnya akan digelar pekan depan.
"Demikian sidang hari ini, dan akan dilanjutkan Senin pekan depan, 18 Maret dengan menghadirkan saudara Uu Ruzhanul Ulum," kata Razad dalam persidangan.

Sehingga, JPU Andi Andikawira mengatakan pihaknya akan memanggil Uu sekali lagi sesuai dengan keputusan sidang dan menghormati proses hukum.
"Ya kita akan lakukan pemanggilan (Uu) sekali lagi sebagai mana penetapan hakim, kan tadi dengar sendiri keinginanan terdakwa untuk menghadirkan sekali lagi, kita laksanakan sebagaimana penetapan hakim," kata Andi.


Surat Terbuka Untuk Penghina ABRI, Robertus Robet


Reporter : irfan

“Orasi anda sungguh menyakiti hati kami yg teramat dalam, betapa bapak menganggap bahwa ABRI tidak berguna, makan dan naik kereta tidak bayar.”
akun fb Nisma 

Jakarta(policewatch.news)-  Robertus Robet berhasil menarik perhatian masyarakat setelah video aksinya yang tengah menyanyikan lagu penghinaan terhadap Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) viral akhir-akhir ini.

Dalam video itu, Robertus menyanyikan lagu yang kerap dinyanyikan oleh aktivis gerakan di zaman reformasi sebelum ABRI kemudian dikembalikan kepada kitah awal yakni TNI.

Robertus sempat ditangkap, namun belakangan dia dibebaskan oleh Polda Metro Jaya. Bahkan dikabarkan, polisi tengah mencari si penyebar video aksi Robertus tersebut.
Penghina ABRI, Robertus Robet

Viralnya kasus Robertus ini, memantik kemarahan publik pada Robertus. salah satunya datang dari salah satu istri prajurit TNI Angkatan Laut, yakni Nisma Abdullah. Meski Robertus telah meminta maaf kepada TNI, namun kegeraman Nisma tak pupus begitu saja.

Dalam surat pendek yang dibagikan secara terbuka di Facebook, 3 jam lalu Nisma mengungkapkan bagaimana kekesalannya kepada Robertus. Nisma merasakan sakit atas penghinaan ini.
Berikut surat terbuka Nisma yang ditujukan untuk Robertus seperti dikutip redaksi policewatch.news dari Facebook.

Surat pendek untuk Dr. Robertus Robet …

Kepada,
Yth. Bapak Dosen Dr. Robertus Robet.
di tempat.
Dengan segala Hormat.
Bapak Dr. Robertus Robet yang genius. Perkenalkan saya Nisma Abdullah istri Prajurit Marinir AL Almh. Lexie Hengki Pandeiroot. Saya tinggal di Komplek Seroja Jln. Sawo No. 10A Harapan Jaya Bekasi Utara.

Dengan hati yang tulus ingin mengundang anda berkunjung ke kompleks Seroja khususnya kerumah saya pribadi agar anda dapat mengenal kehidupan ABRI dan anggota keluarganya yang juga tentu punya Hak Asasi sebagai Manusia.

Orasi anda sungguh menyakiti hati kami yg teramat dalam, betapa bapak menganggap bahwa ABRI tidak berguna, makan dan naik kereta tidak bayar.

Bapak Robertus Robet yg Doktor sungguh nyanyian yel-yel anda saya anggap melampaui batas dan tidak menunjukkan pribadi manusia yg berpendidikan sehingga mampu bijak dalam bertutur walau tutur itu anda sampaikan diarena kebebasan berpendapat.

Jika sistim Negeri ini yang anda anggap salah sampaikanlah dengan lugas tidak membabi buta.
Saya sangat tahu aksi kamisan krn sekali dua kali saya pernah terlibat. Aksi kamisan menuntut hak asasi korban kekerasan rezim.

Dengan membela hak asasi korban ’65, 98, dan Munir, anda mengenyampingkan bahwa anggota ABRI dan keluarganya juga memiliki Hak Asasi yg sama yg tidak boleh diabaikan oleh siapapun apalagi melecehkan apa yg sudah dilakukan ABRI terhadap Negeri ini. Pengabdian Prajurit ABRI mengemban tugas Negara yg dibebankan kepundak para prajurit yang harus siap digaris depan jadi korban atau mengorbankan.

Jujur Pak Robertus Robet sakit hati ini mendengar pelecehan yang anda sampaikan.
Darah ini bagai mendidih ingin rasanya mencari anda untuk bisa merobek mulut anda. Tapi saya berusaha sekuat hati meredam amarah didada ini. Karena saya anggap Bapak Robertus tidak mengenal ABRI dan keluarganya dengan baik akan tugas2 yg diemban.

Jujur saya menerima petisi pembebasan anda tapi saya tidak menandatangani petisi itu krn saya anggap anda bersalah apapun argumen anda untuk lepas dari jeratan hukum.
Saya justru berharap ada petisi yang dibuat agar anda diadili sesuai dengan apa yg sudah anda lakukan.

Ingat ABRI dan Keluarganya juga punya Hak Asasi sebagai Manusia.
Demikian surat terbuka ini saya sampaikan untuk dipahami.

Hormat Saya,
Nisma Abdullah Sakulati